Momen 75 tahun Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) menjadi pengingat agar mau berbagi untuk kesejahteraan bersama
Alkisah ada seorang pemuda datang di sebuah kampung. Ia mendapati suasana di kampung tersebut dingin, terkesan tidak ada interaksi sosial yang hangat. Sang pemuda lantas mengetuk pintu satu rumah untuk meminta makan. Akan tetapi, tuan rumah mengatakan bahwa ia tidak memiliki persediaan makanan.
Sang pemuda menjawab, “Baiklah, kalau begitu saya mau meminjam panci, nanti kita makan bersama. Saya memiliki batu ajaib!” Tetangga-tetangga pun berdatangan hendak menyaksikan si pemuda memasak batu ajaib. Saat merebus batu itu, pemuda tadi mengatakan masakan ini akan enak jika ditambahkan daging, lalu seorang penduduk desa bersedia menyumbangkannya. Setelah daging dimasukkannya dalam kuali, pemuda itu kembali berkata, masakan ini akan enak jika ditambahkan sayur-mayur. Kembali seorang penduduk desa datang memberikannya. Begitu seterusnya hingga terkumpul berbagai bahan makanan yang membuat masakan itu lengkap dan banyak.
Cerita pemuda dan batu ajaib ini disampaikan Uskup Agung Jakarta, Bapak Uskup Ignatius Kardinal Suharyo dalam homili misa HUT ke-75 Gereja HSPMTB. Beliau mengungkapkan bahwa renungan itu memiliki pesan agar umat Katolik terus menyadari tanggung jawab iman untuk selalu terlibat dalam membangun kesejahteraan bersama.
“Dalam sejarah umat manusia, sampai saat ini kesejahteraan bersama belum mampu diwujudkan,” tandas Ketua Konferensi Waligereja Indonesia periode 2012—2022 ini. Bapak Uskup Suharyo memberikan contoh dengan informasi terkait perbandingan dari 84 orang yang paling kaya di dunia ini setara dengan “kekayaan” 3,5 miliar orang yang kurang beruntung.
“Silakan membayangkan ketimpangan itu terjadi. Sementara cita-cita kemerdekaan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia juga belum tercapai, masih sangat jauh,” tegasnya. Tentang kesenjangan sosial, Bapak Uskup angkat bicara terkait fenomena flexing. Menurutnya, semakin banyak orang yang suka pamer kekayaan atau kemewahan.
“Di sisi lain, jika kita berjalan saat malam hari banyak ditemui saudara-saudari kita yang tidak memiliki rumah. Mereka tidur di gerobak sampah yang pada siang harinya digunakan untuk memulung,” kisahnya. Ia menegaskan agar sebagai umat Katolik, kita mau membiarkan diri dipimpin Roh Kudus dalam setiap langkah hidup.
“Salah satu tanda seseorang dipimpin Roh Kudus adalah saat seseorang dengan berani dan selalu berusaha memilih yang baik dan benar dan tidak sekadar memilih yang menyenangkan dan gampang. Sekecil apapun, kita hendaklah menunjukkan keterlibatan membangun kebaikan bersama dan kesejahteraan bersama,” pesannya.
Sementara itu, Romo Paroki HSPMTB, Pater Walterus Teguh Santosa, S.J. mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki potensi yang tersimpan dan kita semua ditantang untuk merangkainya menjadi gerakan solidaritas yang membawa kesejahteraan bersama.
“HSPMTB memiliki banyak pengalaman seputar solidaritas. Mulai dari Dana Sehat dan Kematian Santo Yusuf melalui Iuran Kartu Kuning; Aksi Puasa Pembangunan (APP) untuk mendukung program Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) hingga Program Ayo Sekolah, Ayo Kuliah, Ayo Kerja (ASAK). Inilah salah satu usaha Gereja dalam menciptakan jembatan yang menghubungkan antara si kaya dan si miskin,” ujarnya.
“Setiap orang ditantang memainkan perannya masing-masing. Tak harus peran besar, seperti aktif dalam organisasi, tetapi peran yang tidak terlihat pun perlu dilakukan. Misalnya, Gerakan Kartu Kuning itu menjadi peran yang tidak dilihat orang, tetapi itu nyata,” pesan Pater Teguh.
Lebih lanjut Pater Teguh menyampaikan bahwa Gereja se-KAJ telah merintis gerakan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu gerakan yang dilakukan gereja HSPMTB adalah mendampingi dan mendukung UMKM rintisan yang dijalankan Orang Muda Katolik dengan gerakan beli dari umat.
Kesejahteraan dan KAJ
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memiliki program pelayanan pastoral jangka panjang (2016-2026). Program tersebut berlandaskan semboyan “Seratus Persen Katolik, Seratus Persen Indonesia.” Bapa Uskup Ignatius Kardinal Suharyo menegaskan bahwa seratus persen Katolik merupakan panggilan dari setiap orang Kristiani.
“Paus Fransiskus menegaskan bahwa semua orang dalam status dan kedudukan apapun mempunyai panggilan yang sama menuju kesempurnaan Kristiani, kesempurnaan kasih,” ungkapnya.
Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa seratus persen Indonesia adalah watak bangsa Indonesia yang cinta akan tanah air. Karenanya, KAJ merumuskannya dalam program pastoralnya. Selama 2016-2021 KAJ memiliki tema pastoral yang bertujuan mendalami sila-sila Pancasila.
“Gagasan itu diterjemahkan menjadi gerakan. Salah satu gerakan yang paling dikenal adalah rosario merah putih.”
Secara khusus tahun 2022-2026, KAJ memiliki lima tema pastoral terkait aktualisasi watak peduli yang sesuai dengan ajaran sosial gereja. Tema pastoral itu meliputi hormat terhadap martabat manusia (tahun 2022); kebaikan bersama dan kesejahteraan umum (2023); solidaritas (2024); perhatian kepada kaum miskin (2025); dan lingkungan hidup (2026).
“Jadi pas sekali kutipan surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Roh dianugerahkan kepada masing-masing untuk kepentingan bersama. Diharapkan umat Katolik pernah mendengar istilah ajaran sosial gereja, pernah mencoba mendalami, dan pernah mencoba mengaktualisasikan. Itu disebarluaskan di dalam katekese tiga menit setiap Minggu di paroki-paroki se-KAJ,” tambahnya.
Bapak Uskup Suharyo juga mengakui bahwa egoisme merupakan tantangan yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan nilai pelayanan pastoral Gereja.
“Gejalanya adalah keserakahan, korupsi, suap, dan manipulasi. Korupsinya lengkap mulai eksekutif, yudikatif, hingga legislatif. Bisnis pun seringkali berselingkuh dengan negara, misalnya dengan undang-undang yang menguntungkan pihak tertentu.”
“Mari kita dalami program watak bangsa Indonesia itu melalui inspirasi iman. Kita coba rawat dan kembangkan sikap peduli dan cinta tanah air,” pungkasnya.
Dalam kesempatan ini pula, Bapak Uskup mengapresiasi keberhasilan HSPMTB yang secara konsisten menggembalakan umat. Hal ini sebagai bentuk dukungan terhadap upaya KAJ yang terus menggiatkan pelayanan pastoral. Peringatan HUT ke-75 Gereja HSPMTB ini didasarkan pada tonggak peristiwa baptisan pertama 23 Mei 1948. Hingga saat ini Gereja HSPMTB telah melahirkan 13 paroki di Tangerang Raya dan beberapa Paroki di Jakarta Barat.
Kontributor: Ario & Redy – Paroki Tangerang