Ya, mungkin itu adalah judul yang tepat untuk perjumpaan yang saya rasakan saat bertemu dengan teman-teman volunteer di Seksi Pengabdian Masyarakat (SPM) Realino.
Selama ini saya banyak menjumpai sahabat yang tidak ingin terlibat dan kurangnya keinginan untuk bangkit. Orang muda itu memang “ruwet“, selalu bertahan pada ideologi masing-masing serta susah untuk dapat berani “menjadi” dan berkontribusi. Acuh tak acuh terhadap sesama di dunia dewasa ini seolah menjadi hal yang biasa. Ketakutan saya adalah hal acuh tak acuh yang menjadi normal life di masa sekarang. Padahal, peran orang muda di masa sekarang ini sangat dibutuhkan.
Seperti yang dikatakan Bung Karno “Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Di mana kalimat tersebut memiliki isyarat bahwa orang muda akan selalu menjadi ujung tombak keberhasilan di setiap proses. Namun, di masa sekarang keadaannya berkebalikan dengan hal ini.
Saya bersyukur masih diperbolehkan Tuhan untuk bertemu dengan sahabat yang hebat di SPM Realino. Sebab, di tengah pergulatan duniawi mereka tetap mau menjadi terang dan garam untuk memanusiakan manusia (kata-kata Rm. Driyarkara ini menjadi yang paling ciamik untuk digaungkan di masa kini). Menyadari setiap proses dan jeli melihat setiap kemungkinan yang ada.
Mungkin anak-anak dampingan Bongsuwung dan Jombor merupakan 10% dari anak-anak di Indonesia yang membutuhkan pendampingan dan kasih kita.Harapku tertanam kala menatap wajah nan rupawan para volunteer, jangan berhenti mengasihi mereka yang membutuhkan. Luka paling dalam adalah saat kita melihat senyum mereka pudar karena kehilangan harapan.
Tanpa kata kau bercerita
Goresan penuh kisah
Warnamu membawa rasa
Menguak asa yang tersisa
Sapuan warna sarat makna
Penuh kata yang tak terucap
Tuk kudengar dalam senyap
Berprakarsalah, dan letakkan hatimu untuk mulai berproses.
Salam, Be friend, Collaborate, Empower.
Kontributor: Agatha Umifriska Ariyani – Volunteer SPM Realino