capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Perjalanan Paus Fransiskus sebagai seorang Jesuit

Date

wal bulan September ini, Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostoliknya ke beberapa negara, salah satunya Indonesia. Dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia, Paus Fransiskus tidak hanya bertemu dengan pemerintah dan umat Katolik saja, namun juga dengan tokoh-tokoh lintas agama, kaum muda scholas, dan penerima manfaat organisasi amal. Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ditutup dengan Misa Kudus yang diselenggarakan di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta dan dihadiri kurang lebih 80.000 umat Katolik dari seluruh Indonesia.

 

Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia begitu menarik perhatian dan antusiasme bukan hanya dari umat Katolik saja, namun juga non-Katolik. Banyak orang yang rela menunggu di jalan-jalan yang dilalui Paus agar bisa sekadar melihat atau juga menyapanya. Paus Fransiskus atau Jorge Mario Bergoglio terpilih menjadi Paus pada 13 Maret 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI. Beliau adalah Paus pertama dari ordo Jesuit atau Serikat Jesus.

 

Serikat Jesus atau Societas Jesu adalah ordo religius dalam Gereja Katolik yang didirikan oleh St. Ignatius Loyola bersama sahabat-sahabatnya pada tahun 1540. Anggota Serikat Jesus ini terdiri atas imam, bruder, dan skolastik (frater atau calon imam) yang sedang belajar dalam proses pendidikan yang tersebar di enam benua dan 124 negara. Dalam kesehariannya, para Jesuit, termasuk Paus Fransiskus, meneladani cara hidup atau spiritualitas yang diajarkan oleh Ignatius Loyola dan kemudian lebih dikenal dengan istilah spiritualitas Ignatian. Spiritualitas inilah yang menjadi dasar para Jesuit dalam mengambil keputusan demi kemuliaan Allah yang lebih besar (Ad Maiorem Dei Gloriam).

 

Berikut akan kami sajikan tulisan singkat mengenai riwayat perjalanan panggilan Paus Fransiskus. Sebagai seorang Jesuit, ia menjalani formasinya sama seperti Jesuit lain. Gambaran proses formasi seorang Jesuit, khususnya berdasarkan praktik yang ada dalam konteks Indonesia adalah sebagai berikut: Formasi pertama seorang Jesuit adalah novisiat (dua tahun pendidikan awal dan masa probasi di mana rahmat panggilan dikembangkan sehingga terlihat buah-buahnya). Di masa novisiat ini para novis, sebutan untuk mereka yang sedang menjalani formasi di novisiat, diberikan dasar pemahaman spiritualitas dan kharisma St Ignatius Loyola melalui berbagai kegiatan, misalnya Latihan Rohani, eksperimen, ratio conscientiae, pengakuan dosa, bimbingan rohani, dan interaksi dengan sesama novis serta anggota komunitas lain. Para novis ini dibimbing oleh magister dan socius magister novisiat.

 

Pater Jorge Mario Bergoglio (Paus Fransiskus) memimpin misa pertamanya. Dokumentasi : Newsbook

 

Setelah menyelesaikan formasi novisiat dan mengucapkan kaul pertamanya, seorang Jesuit akan melanjutkan ke jenjang formasi berikutnya, yaitu formasi intelektual. Formasi pertama adalah studi filsafat selama kurang lebih empat tahun. Mereka yang berada dalam formasi filsafat ini disebut skolastik atau frater. Frater adalah sebutan lain bagi seorang calon imam. Studi filsafat ini bertujuan untuk memperkenalkan para calon imam atau skolastik dengan dunia logika, aneka pemikiran, metafisika, etika, dan lain-lain. Selain fokus belajar ilmu filsafat, umumnya setiap skolastik diutus untuk “merasul”, seperti melakukan pendampingan ke mahasiswa dan pelajar, kerasulan sosial, kerasulan paroki, dan lainnya. Dengan ini setiap skolastik belajar untuk mengintegrasikan hidup studi-rohani-kerasulan. 

 

Setelah selesai studi filsafat, seorang skolastik akan dilantik menjadi lektor-akolit dan melanjutkan ke formasi Tahap Orientasi Kerasulan (TOK) selama dua atau tiga tahun. Dalam masa ini, seorang skolastik bisa saja ditugasi untuk menjalani studi khusus atau terjun dan terlibat penuh dalam karya kerasulan Serikat. Mereka juga hidup dalam komunitas karya di mana mereka ditempatkan. Mereka akan banyak belajar berkolaborasi dengan sesama kolega Jesuit dan non-Jesuit berlandaskan semangat kerasulan Serikat.

 

Selesai TOK, mereka akan melanjutkan ke tahap formasi teologi selama tiga atau empat tahun. Formasi teologi ini menjadi syarat wajib untuk dapat ditahbiskan menjadi imam. Tujuan formasi teologi ini adalah membantu sesama untuk mengenal dan mengasihi Allah serta mencari keselamatan jiwa-jiwa mereka.

 

Dalam masa kurang lebih tiga sampai lima tahun setelah tahbisan, seorang imam Jesuit kemudian akan diundang untuk menjalani formasi tahap akhir: tersiat. Tahap ini sering disebut juga “schola affectus (sekolah hati)”. Sebutan lain untuk tahap ini ialah novisiat tahun ketiga. Para Jesuit diajak untuk menyegarkan kembali pengetahuan mengenai Serikat, spiritualitas, Latihan Rohani, dan lain-lain. Tersiat berlangsung enam atau sembilan bulan di bawah bimbingan seorang instruktur tersiat. Tersiat juga menjadi salah satu syarat bagi seorang Jesuit sebelum mengucapkan kaul akhir.

 

Riwayat Perjalanan Panggilan Paus Fransiskus  

Jorge Mario Bergoglio lahir di Flores, Buenos Aires, Argentina 17 Desember 1936. Bergoglio dewasa menemukan panggilannya menjadi imam Jesuit setelah mengaku dosa di sebuah gereja pada 21 September 1953. Keinginannya masuk Jesuit sempat terhenti karena ia mengidap sakit pneumonia dan kista, sehingga sebagian paru-parunya harus dipotong. Akhirnya, ia masuk novisiat Jesuit pada 11 Maret 1958.

 

Motivasi awal Bergoglio bergabung dengan Serikat Jesus adalah keinginannya menjadi misionaris ke Jepang. Namun rupanya Tuhan memiliki misi yang lain. Setelah menjalani dua tahun formasi Novisiat, Bergoglio mengucapkan kaul pertama pada 12 Maret 1960. Kaul pertama yang diucapkan adalah kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan. Setelah mengucapkan kaul pertama, Bergoglio melanjutkan tugas perutusan pertama yaitu studi filsafat di College Maximus of San Jose di San Miguel, Buenos Aires.

 

Frater Jorge Mario Bergoglio, yang difoto pada tahun 1966, mengajar sastra dan psikologi di Sekolah El Salvador di Buenos Aires. Dokumentasi: Sekolah El Salvador Associated Press)

 

Setelah selesai filsafat, Bergoglio menjalani formasi TOK di beberapa lembaga karya. Ia mengajar sastra dan psikologi di SMA Colegio de la Inmaculada Concepción di Santa Fe, Argentina dari 1964-1965. Tahun 1966, ia mengajar kursus di Sekolah Menengah Colegio del Salvador di Buenos Aires.

 

Pada tahun 1967, Bergoglio memulai formasi teologi di Fakultas Filsafat dan Teologi di Colegio San Jose, San Miguel. Selama kurang lebih tiga tahun Bergoglio belajar teologi untuk mengeksplorasi rasio mengenai hal-hal yang berkaitan dengan iman dan keilahian.

 

Pada 13 Desember 1969, Bergoglio menerima tahbisan imam dari tangan Mgr. Ramón José Castellano, Uskup Agung Cordoba. Satu tahun setelah tahbisan, Pater Bergoglio diundang untuk menjalani formasi tersiat. Ia menjalani tersiat di Universitas Alcala de Henares di Spanyol pada 1970-1971. Setelah tersiat, Pater Bergoglio melanjutkan tugas perutusannya sebagai Magister Novis (pendamping para frater novis) dan Wakil Rektor di Seminari San Miguel, Buenos Aires, Argentina. Dua tahun setelah tersiat, Pater Bergoglio mengucapkan kaul akhir sebagai profes (kaul khusus yang menyatakan ketaatan penuh kepada Paus terkait tugas dan perutusan apostoliknya) pada 22 April 1973. Di tahun yang sama, setelah kaul akhir, pada 31 Juli Pater Bergoglio menjadi Provinsial Serikat Jesus Provinsi Argentina dan Uruguay. Provinsial atau superior mayor adalah pemimpin Jesuit yang dipilih oleh Jenderal (Pimpinan Tertinggi) dan membawahi salah satu provinsi. Provinsi adalah unit teritorial di mana perkumpulan Jesuit ini diorganisir; pengawasan suatu provinsi dipercayakan kepada seorang Provinsial. Beliau menjabat sebagai Provinsial dari tahun 1973-1979.

 

Pada tahun 1998, Uskup Jorge Mario Bergoglio menghadiri peresmian sebuah kapel di daerah kumuh di Buenos Aires. Dokumentasi: Parroquia Virgen de Caacupe AFP Getty Images

 

Setelah menjabat Provinsial, beliau mendapat beberapa tugas perutusan, antara lain menjadi rektor dan dosen Teologi di Colegio Maximo (1979-1985), mengajar di Colegio del Salvador Buenos Aires (1986-1990), dan pastoral care di Cordoba (1990-1992). Pada 20 Mei 1992, ia ditahbiskan menjadi uskup pembantu Keuskupan Agung Buenos Aires dan enam tahun kemudian (28 Februari 1998) menjadi Uskup Agung Buenos Aires.

 

Selama menjadi Uskup Buenos Aires, Uskup Bergoglio secara teratur mengunjungi daerah-daerah kumuh, baik untuk mengenal orang-orang miskin maupun menyemangati para imam yang diutus untuk hidup bersama mereka. Selama menjadi uskup agung, jumlah imam dan seminaris yang tinggal serta bekerja dengan mereka yang tersingkirkan semakin bertambah setiap tahunnya.

 

Uskup Bergoglio diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada 21 Februari 2001 dan ditunjuk sebagai penghubung (relator) Sinode para Uskup di Roma. Paus Yohanes Paulus II memberinya gelar San Roberto Bellarmino. Ia meminta umatnya di Argentina tidak datang ke Roma untuk merayakan pengangkatannya sebagai Kardinal. Namun ia berpesan agar uang yang akan digunakan untuk perjalanan mereka ke Roma disumbangkan kepada orang miskin. Kardinal Bergoglio juga pernah menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Argentina pada 2005-2011. Pada bulan April 2005, Kardinal Bergoglio mengambil bagian dalam Konklaf dimana Paus Benedictus XVI terpilih. Pada 13 Maret 2013 Kardinal Bergoglio terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri karena usia tua. Ia mengambil nama Fransiskus sebagai nama pontifikalnya.

 

Uskup Agung Buenos Aires, Kardinal Jorge Mario Bergoglio, membasuh kaki seorang wanita tak dikenal pada Kamis Putih di rumah sakit bersalin Sarda di Buenos Aires pada 24 Maret 2005. Dokumentasi: NBC News.

 

Dalam menjalankan tugas kepausan di manapun, Paus Fransiskus selalu menghidupi spiritualitas Ignatian. Selama penerbangan pulang ke Roma dari World Youth Day yang diadakan di Brasil pada musim panas 2013, Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan, “Saya merasakan kejesuitan dalam spiritualitas saya; spiritualitas Latihan Rohani, spiritualitas yang ada di dalam lubuk hati saya. Saya merasakan hal ini begitu mendalam. Tiga hari lagi saya akan merayakan pesta Santo Ignatius bersama para Jesuit. Saya akan memimpin Misa pagi. Saya tidak mengubah spiritualitas saya, tidak. Fransiskus, Fransiskan, tidak. Saya merasa sebagai seorang Jesuit dan berpikir sebagai seorang Jesuit pula. Saya tidak bermaksud hipokrit, saya hanya berpikir sebagai seorang Jesuit.”

 

Kontributor: Tim Komunikator dan Sekretariat Jesuit Indonesia

Daftar Pustaka

  • Bernardi SJ, Peter. Pope Francis and Ignatian Discernment. New World Pope: Pope Francis and the Future of the Church, 53-69, 2017. Retrieved from Loyola eCommons, Theology: Faculty Publications and Other Works.
  • Gramatowski SJ, Wiktor. Jesuit Glossary: Guide to Understanding to Documents. 2012. Roma: Archivum Romanum Societatis Iesu (ARSI).
  • Vatican (2013). Biography of The Holy Father Francis. Diakses 1 September 2024, dari https://www.vatican.va/content/francesco/en/biography/documents/papa-francesco-biografia-bergoglio.html 

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *