Hari Panggilan Sedunia tahun ini jatuh pada hari Minggu, 12 Mei 2019. Tim Promosi Panggilan Serikat Yesus yang didukung oleh para Nostri ikut memeriahkan acara yang diselenggarakan sejumlah Komisi Panggilan Paroki bersama dengan Ordo atau Kongregasi lain, baik di KAJ maupun KAS. Dalam acara yang bertajuk “Aksi Panggilan” ini, kami diminta untuk membuka stand, mengikuti live in, mengisi sharing panggilan ketika homili, bertugas koor, dan bertegur sapa dengan umat seusai bubaran misa. Menurut data yang dapat kami himpun, tahun ini Serikat Yesus hadir dan berpromosi di 17 paroki di JaDeTaBek dan JogLoSemar.
Sejauh kami amati, aksi panggilan dengan format seperti ini bukanlah hal yang baru lagi. Setidak-tidaknya dalam 4 tahun terakhir format demikian cenderung menjadi pola. Hasil kegiatan semacam ini tampaknya jauh dari yang bisa diharapkan, yaitu mendapatkan calon yang tertarik untuk bergabung dengan Serikat. Barangkali, manfaat kegiatan semacam ini lebih dirasakan oleh kami sendiri, khususnya para frater dan bruder yang ikut terlibat. Pengalaman bertandang ke paroki menjadi kesempatan “jeda sejenak” dari kesibukan studi filsafat atau teologi.
Pada titik ini, kami merasa perlu berkhayal tentang terobosan. Memang, hampir di setiap Aksi Panggilan, stand SJ tergolong masih ramai atau diminati umat. Namun, melanjutkan begitu saja format aksi panggilan seperti tahun ini (dan tahun-tahun sebelumnya), sudah kurang menimbulkan greget bagi kami sendiri di Tim Prompang. Nuansa minggu panggilan yang berjalan begitu-begitu saja dari tahun ke tahun inilah yang akhirnya memancing masing-masing dari kami untuk mengupayakan bentuk promosi panggilan secara baru.
Setidaknya ada beberapa kebaruan yang kami bawa dalam promosi panggilan tahun ini.
Pertama, kami berupaya menjadikan acara Minggu Panggilan sebagai sebuah gerakan bersama dari Serikat Yesus. Ini terimplementasi dengan adanya poster bersama Tim Promosi Panggilan Korwil Jakarta dan Korwil Yogyakarta. Poster inilah yang kemudian dapat kami sebarkan melalui akun media sosial (Facebook, Instagram, Twitter) Promosi Panggilan dan Jesuit Insight. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Nostri yang telah terlibat mempromosikan poster minggu panggilan di dalam akun media sosial mereka masing-masing.
Kedua, kejenuhan yang ada juga memantik kami untuk mempromosikan hidup keyesuitan secara baru. Berdasarkan riset sederhana yang kami lakukan, umat yang ada mulai “bosan” dengan narasi yang sering mereka dengar mengenai hidup membiara, yaitu dengan meninggalkan keluarga, bergabung dengan kelompok religius tertentu (masuk seminari/novisiat) , hidup di dalamnya dalam kesalehan, dsb. Inilah yang akhirnya memantik kami untuk berupaya mempromosikan keyesuitan dengan kerangka Universal Apostolic Preferences (UAP).
Harapan kami, dengan mengenal UAP, umat yang ada semakin mengenal bahwa menjadi Yesuit itu tidak hanya mengejar kesucian dan relasi dengan Tuhan, akan tetapi turut melibatkan diri dalam keprihatinan yang dihadapi dunia. Dengan kata lain, kami ingin mempromosikan bahwa:
Menjadi Yesuit itu konkret dan sekaligus terlibat bersama dunia.
Menjadi Yesuit itu hidup dalam kerangka “Latihan Rohani” dan diskresi.
Menjadi Yesuit itu hidup dalam harmoni dengan lingkungan sekitar.
Menjadi Yesuit itu berarti menjadi teman kaum muda dalam menghadapi modernitas yang ada.
Menjadi Yesuit itu berarti siap menjadi teman bagi mereka yang tersingkir.
Dua hal di ataslah yang kemudian menginspirasi kami untuk menyediakan sedotan bambu (bamboo straw) bertuliskan akun, kanal, dan website Serikat Yesus serta Promosi Panggilan SJ yang terhubung satu sama lain. Souvenir ini kami anggap dapat memperkenalkan akun media sosial Promosi Panggilan dan UAP yang menjadi horison Serikat universal.
Animo umat yang hadir boleh dibilang cukup besar. Bertambahnya jumlah followers akun @prompang.sj dan dibarengi dengan munculnya beberapa orang yang menghubungi nomor kontak Prompang (dan mengutarakan minatnya agar didampingi secara intensif baik online maupun offline dari Bogor, Bali, NTT, hingga Merauke) menjadi preseden positif dan pertanda keberhasilan promosi Serikat kita melalui kanal-kanal media sosial . Selain itu, promosi panggilan dengan kerangka UAP juga mendapat tanggapan positif. Selain giveaway sedotan bambu yang cukup laris diincar umat-umat paroki, indikator lain yang juga muncul adalah adanya perubahan paradigma dalam diri umat mengenai panggilan hidup religius, terutama sebagai seorang Yesuit.
Usai mengikuti proses Minggu Panggilan tahun ini, Tim Prompang menyadari bahwa ada beberapa inovasi tertentu yang perlu dikembangkan oleh kita bersama sebagai Promotor Panggilan. Pertama, sembari tetap mengupayakan perjumpaan langsung dengan umat paroki, urgensi promosi panggilan melalui media sosial tak pernah habisnya perlu mendapat perhatian khusus. Ditambah dengan semakin banyaknya permintaan calon dari luar Jawa untuk mendapat pendampingan secara online. Kedua, selain membagikan sejarah panggilan pribadi, baik kiranya bila masing-masing dari kita juga turut memperkenalkan berbagai keprihatinan yang sedang menjadi horison Serikat Yesus saat ini. Hal ini menjadi penting terutama agar semakin tumbuh kesadaran dari umat bahwa menjadi Yesuit selalu hidup dalam tegangan keterlibatan. Demikianlah reportase kami. Semoga tulisan ini turut menginspirasi dan menyemangati kita semua baik dalam mensyukuri kembali anugerah panggilan pribadi kita sekaligus mempromosikannya kepada pribadi-pribadi di sekitar kita.
Septian Marhenanto, SJ