Tahun 2020 adalah tahun yang spesial. Tahun di mana saya merayakan Hari Kemenangan, Idul Fitri, dalam suasana tenang, di rumah aja. Saat di mana saya merasakan kehangatan keluarga yang dalam dan juga saat saya menjadikan gadget sebagai barang yang banyak sisi positifnya. Tahun yang unik yang memang harus dialami namun tahun yang saya sendiri tidak ingin kembali lagi. Yang jelas, saya ingin dalam menjalani tahun ini, saya dan keluarga tetap sehat walafiat.
Puasa di masa pandemi memang menyenangkan karena tidak banyak aktivitas berat karena kuliah bisa di rumah aja. Namun lebaran di masa pandemi sangatlah tidak menarik karena kami merayakan hari kemenangan dalam suasana tenang dan biasa aja. Tidak ada kemeriahan dan silaturahmi yang sangat menggembirakan sehingga setelah lebaran, saya tidak dapat membeli barang-barang yang saya suka. Setelah salat Ied pun, kami langsung berada di rumah dan semuanya terjadi seperti hari-hari biasa saja. Mungkin ini takdir dari Allah yang membuat kami harus merayakan Idul Fitri dengan penuh kesederhanaan, namun saya yakin bahwa Allah punya rencana yang akan menyelesaikan semua masalah pandemi ini dengan sangat bijaksana. Saya bersyukur karena masih diberikan hidup sampai saat ini.
Tentu saja, selama pandemi ini, kami taat pada protokol yang diberikan. Di desa saya, di Turi, protokol ini sangat berlaku. Kadang, beberapa orang yang ngeyel ditakut-takuti akan bahaya penularan Covid yang sangat mengerikan. Saya sendiri tidak terlalu memikirkan hal-hal yang mengerikan tersebut karena saya tetap bersyukur selama pandemi suasana keluarga, di rumah, menjadi semakin hangat. Kebersamaan sangat kuat dan kami saling mendukung satu sama lain untuk mengikuti protokol yang ditentukan. Kakak saya yang sudah bekerja, saat sampai rumah, selalu diminta cuci tangan dan setelah itu mandi sebelum bertemu dengan anggota keluarga lainnya. Kebisingan di desa ini juga semakin berkurang karena polusi suara dan polusi udara menjadi berkurang. Saya menikmati indahnya suasana alam di desa ini. Begitu juga dengan hubungan dengan tetangga-tetangga di desa. Banyak orang di rumah aja dan sebagai orang muda saya sering terlibat dalam kegiatan solidaritas desa. Karena aktivitas tersebut, saya menjadi semakin mengenal orang-orang yang ada di desa saya. Biasanya kami sangat sibuk, pergi pagi pulang malam, namun dengan pandemi ini, kami menjadi saling mengenal satu sama lain.
Tentu saja, Idul Fitri kali ini jauh berbeda dari harapan. Saya merasa ada suasana yang hilang, ada yang kurang dalam suasana kemenangan kali ini. Saya tidak terlalu nyaman dengan adanya silaturahmi via gadget, saya juga tidak terlalu nyaman dengan kuliah online, dan saya juga tidak suka dengan salat yang berjarak. Secara umum, saya sendiri tidak suka dengan suasana yang membatasi gerak seperti ini yang tidak sesuai dengan jiwa muda saya. Namun saya percaya hal baik akan datang pada waktunya sehingga saya tetap stay at home dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang diluar protokol.
Fitri Kusuma (Mahasiswi Sanata Dharma, FKIP Biologi)