capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Vigili Kelahiran Pancasila

Date

Gereja St. Theresia, Bongsari mengadakan vigili Kelahiran Pancasila, pada 31 Mei 2020. Acara ini bekerja sama dengan komunitas Persaudaraan Lintas Agama dan turut mengundang tokoh-tokoh lintas agama di Kota Semarang untuk berdoa bagi NKRI yang sedang menghadapi wabah covid-19 sekaligus untuk berefleksi tentang arti Pancasila dalam situasi seperti ini. Acara ini juga dihadiri oleh Bhiku Cattamano (Budha), Indriani Hadisumarta (Konghucu), Ida Bagus Gde Winaya(Hindu), Pdt Sediyoko (Kristen Protestan), Ahmad Sajidin (Islam), Arifin (Penghayat Kepercayaan Komunitas Sapta Dharma) dan Setyawan Budi (Pelita).

Proses acara berlangsung dengan lancar dengan diawali menyanyikan lagu Indonesia. Kemudian dilanjutkan doa oleh Rm Didik untuk Tanah Air dilanjutkan dengan refleksi Pancasila makna Pancasila. Dalam refleksinya tersebut, Rm Didik bercerita tentang “Blangkon”. Blangkon adalah penutup kepala yang biasa dipakai masyarakat Jawa. Dalam pandangan filosofis masyarakat Jawa terkait “Blangkon” adalah sebagai “jagad gede“. Masyarakat Jawa berjumpa dengan sesuatu yang Agung dan yang Ilahi dan di sana terkandung juga kebijaksanaan dan tuntunan hidup agar manusia selamat. Sedangkan orang yang memakainya, dipandang sebagai “jagad cilik“. Maksudnya adalah, manusia selalu dalam tekanan antara yang baik dan yang jahat. Setiap manusia itu membutuhkan pegangan dan tuntunan hidup. Maka ketika seseorang menggunakan “Blangkon”, ia siap berserah pada Sang Jaga Gede dan siap menyelaraskan hidupnya dengan nilai-nilai kebijaksanaan agar selamat.” Maka, setiap manusia di Indonesia pada dasarnya membutuhkan pegangan dan tuntunan hidup. Dalam konteks Indonesia ini Pancasila dapat menjadi “platform”. Pancasila dengan nilai-nilainya menguasai cara berpikir,cara merasa dan cara bertindak masyarakat Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Indonesia beruntung memiliki Pancasila yang dapat mempersatukan masyarakat.

Begitu juga dengan Covid-19. Selain telah memakan korban jiwa dan harta benda, Covid-19 telah menawarkan pelajaran yang berharga. Covid 19 dapat menunjukkan kebobrokan sistem masyarakat kita dimana ada sekelompok orang yang seenaknya tidak mengindahkan protokol dan akhirnya membuat sengsara bangsa karena PSBB makin diperpanjang. NKRI pantas bersyukur karena memiliki Pancasila yang nilai-nilainya berakar kuat dalam kehidipan warganya. Hal ini tampak ketika masyarakat dapat bahu membahu peduli sesama melawan virus corona dan memperhatikan kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Covid-19 telah menyerang masyarakat tanpa diskriminasi maka kita diajak untuk melawannya tanpa diskriminasi juga. Dalam kehidupan pada masa “new normal“, harapannya kehidupan bermasyarakat di Indonesia sudah tidak ada lagi yang bersikap diskriminatif.” Semoga bangsa kita tidak ada lagi orang yang seenaknya atau dengan penuh intensi merusak Pancasila ini.

Suasana doa bersama untuk Negeri ini berakhir dengan amat syahdu ketika para pemuka agama saling bergantian berdoa dengan kekhasannya masing-masing. Acara ditutup dengan menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dan diakhir berkat meriah oleh Rm. Didik.

Edwardus Didik Cahyono

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *