Pandemi meluluhlantakkan dan menunggangbalikkan banyak sendi kehidupan. Namun, di sisi lain pandemi juga telah memacu dan memicu terciptanya banyak karya, inovasi, dan pemikiran baru. Siapa sangka dari Papua yang lama terbelakang dalam banyak sendi kehidupan bisa muncul karya yang mulai dilirik orang dalam dunia pendidikan?
Maret 2020, Pater Sudriyanto, S.J. terjebak di Jakarta setelah menghadiri pertemuan. Dia tak bisa langsung kembali ke Nabire. Dalam keterkurungan, tak bisa ke mana-mana, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukan untuk mengisi waktu. Sukhri, volunteer yang seharusnya mulai bergabung bulan Juli 2020, diajak bergabung di Jakarta. Sukhri mengenal Pater Sudri, S.J. ketika beliau bertugas di JRS Aceh.
Mereka berpikir untuk mengembangkan “sekolah rakyat.” Konsepnya, anak-anak harus tetap bisa belajar walaupun terhalang oleh pandemi dan akses internet. Mulailah pustaka digital digarap. Namanya Pustaka Neo-EduTech atau disingkat PNE 4.0.
Dukungan dan sumbangan, baik dana, fasilitas, maupun pemikiran, perlahan mengalir. Para pentolan Asosiasi Alumni Sekolah Jesuit (AAJI) dan beberapa aktivis pendidikan lainnya terlibat sejak awal. Juga beberapa alumni Kolese Le Cocq dan sobat dari Papua yang berada di Jakarta. Mereka seringkali datang di markas kerja PNE di Jl. Canadyanti, Jakarta Selatan. Bersama mereka tim PNE banyak berdiskusi, merumuskan visi, dan mencari strategi agar PNE ini nantinya bisa terwujud dan terdistribusi di Papua dan wilayah-wilayah lain tanpa akses internet.
Akhirnya, setelah 6 bulan kerja keras sepanjang hari, jadilah perangkat wifi pendidikan yang mampu menyebarkan materi digital tanpa sambungan internet. Sebanyak 50 ribu buku dan video, tentang pendidikan mulai dari PAUD sampai SMA/SMK, dan pengetahuan umum.
Sesudah berhasil menciptakan platform wifi pendidikan ini, tim merasa perlu untuk melakukan uji coba. Ternyata Yayasan Strada sangat tertarik dan merasa platform ini dibutuhkan di sekolah-sekolah Strada di pinggiran Jakarta dan Tangerang. Jadilah Yayasan Strada memesan 10 unit. Misi SJ di Kalimantan Timur juga sudah memakai 3 unit dan Lembaga Daya Dharma 8 unit.
Melihat visi PNE 4.0 untuk menyediakan layanan akses wifi pendidikan di wilayah-wilayah tanpa akses internet, para petinggi PT Primacom sangat terkesan. Mereka kemudian mendukung program PNE 4.0 dengan menyediakan VSat untuk update materi digital dan menyediakan layanan kompresi data. Dalam 6 bulan sejak PNE 4.0 didistribusikan di Papua, sudah 4 titik VSat terpasang, yaitu di Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, dan Kabupaten Paniai. Kerja sama tim PNE 4.0 dan PT Primacom telah menghasilkan kontribusi yang sangat berharga.
Dalam periode Januari-Juli 2021, sebanyak 110 unit PNE 4.0 Versi 1 (versi mobile) sudah terdistribusi di sekitar 100 sekolah di 9 kabupaten di Papua (Serui, Nabire, Deiyai, Dogiyai, Paniai, Intan Jaya, Manokwari, Sorong, dan Fakfak). Keterlibatan Bupati, Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah mempermudah pengenalan pustaka digital ini.
CARA KERJA
Platform wifi pendidikan PNE 4.0 ini mudah dioperasikan. Tidak membutuhkan instalasi. Tinggal plug and play, colok ke listrik dan siap pakai. Tidak membutuhkan pulsa data atau sambungan ke internet. Bisa diakses di mana saja, entah di tengah hutan, di pulau terpencil, atau di pinggir pantai, yang penting ada alur listrik, entah listrik PLN, generator, atau tenaga surya (solar cell).
PNE Versi 1 bisa diakses 10-15 pengguna sekaligus. Pengguna bisa streaming, downloading, uploading, dan chatting. Sistem intranet ini sangat berguna bagi sekolah-sekolah yang mengalami kesulitan mengakses internet. Anak-anak atau orang tua/wali bisa datang ke sekolah untuk mengunduh materi yang diperlukan secara gratis atau tanpa pulsa data. Sangat umum didapati bahwa anak-anak di Papua tidak memiliki buku pelajaran. Dengan adanya PNE 4.0 ini, mereka bisa memiliki buku pelajaran dan video pembelajaran dalam jumlah yang berlimpah.
HAK CIPTA
Buku-buku dan video yang tersedia dalam PNE 4.0 berasal dari sumber open source, sehingga tidak ada masalah hak cipta yang dilanggar. Sebagai contoh, buku paket dari Kementrian Pendidikan Nasional, tertulis dalam watermark, diunduh dari psmk.kemdikbud.go.id/psmk.
MINAT BACA
Pemunculan PNE 4.0 ini menimbulkan pertanyaan besar. Apa gunanya pustaka digital kalau anak-anak tidak mempunyai minat baca? Menunggu anak memiliki minat baca yang tinggi membutuhkan waktu panjang. Menurut Sugata Mitra, peneliti dan pendidik di India, pendidikan adalah sebuah proses yang berjalan dengan sendirinya asal anak punya motivasi atau punya dorongan ingin tahu dan ada teknologi yang tepat. Sugata melakukan eksperimen ini dengan menempatkan perangkat desktop usang dengan akses internet yang cukup, di sebuah tembok luar di beberapa wilayah pedalaman India. Tanpa bantuan guru atau orang dewasa, awalnya anak-anak saling mengajar bagaimana menggunakan desktop, kemudian mengakses materi-materi menarik. Perlahan kemampuan membaca dan berpikir mereka berkembang (lih. Sugata Mitra, Kids can teach themselves, Ted.com). Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa anak tidak harus bisa membaca terlebih dahulu untuk bisa menggunakan perangkat digital. Sebaliknya, teknologi digital justru dapat mempercepat literasi membaca.
ADI LUHUR DAN SEKITARNYA
Saat ini dengan bantuan VSat Primacom, SMA Adi Luhur bisa menggunakan internet lebih lancar dan bisa mengakses pustaka digital PNE 4.0. Jaringan PNE 4.0 ini disebarkan dari Wisma SJ ke tujuh titik, yaitu Pastoran KSK, Asrama Putri, Asrama Putra, SMA YPPK Adi Luhur, SMP YPPK St. Antonius, dan SD YPPK St. Petrus.
PENGEMBANGAN
Pada Juli 2021 sudah selesai platform wifi pendidikan PNE 4.0 Versi 2. Platform Versi 2 ini dibuat untuk mendukung terciptanya sekolah digital. Fungsinya bukan hanya untuk menyebarkan materi digital tanpa internet, tetapi untuk memfasilitasi KBM berbasis digital.
Pada bulan Juli 2021 ini, dua sekolah tingkat SMA di Nabire sudah menggunakan PNE 4.0 Versi 2 ini untuk mendukung KBM berbasis digital. Sebanyak lebih dari 300 murid di masing-masing sekolah beserta gurunya mulai memanfaatkan platform wifi pendidikan dan materi pendidikan yang disediakan. Tanpa sadar semangat save paper (hemat kertas) mulai merasuk.
Apabila pandemi Covid-19 berakhir, diharapkan sekolah digital ini tetap berlangsung. Karena dunia di masa depan tidak bisa dilepaskan dari penguasaan digital. Dengan demikian sekolah mulai saat ini harus membiasakan anak didik terampil dalam menggunakan teknologi digital.
Tim PNE sudah merencanakan untuk memperluas distribusi PNE 4.0 ini ke seluruh tanah Papua, baik Versi 1 maupun Versi 2. Luasnya wilayah dan sulitnya medan tidak menyurutkan semangat tim PNE. Mengapa? Perangkat dan konten PNE 4.0 bukan hanya relevan di tanah Papua, tetapi juga mendesak di berbagai daerah. Tim bertemu dengan fakta ini, yaitu bahwa literasi membaca anak-anak Papua tergolong paling rendah, langkanya buku pelajaran sekolah bagi murid, susahnya akses internet di banyak wilayah pedalaman, tersendatnya KBM karena tingginya ketidakhadiran guru di kelas, dan kelangkaan guru baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Kehadiran PNE 4.0 ikut memberi solusi terhadap masalah-masalah ini.
Takjub dengan penemuan ini, saya sangat bergembira bisa memuaskan hasrat membaca dan memperluas wawasan. Apalagi dengan pengembangan yang dilakukan sekarang, semakin banyak bacaan berbahasa Inggris yang bisa diakses. Dalam antusiasme ini saya mempromosikan dan mengajak anak-anak Adi Luhur untuk memperkaya diri dengan banyak membaca. Sosrokartono, kakak R.A. Kartini berpesan, “Tubuh boleh dikurung, tetapi pikiran harus bebas.” Tubuh boleh dikurung oleh pandemi, tetapi daya cipta harus bebas menjelajah.”
Kontributor : Pater Dismas Tulolo, S.J.