Syukur kepada Allah, Latihan Rohani Pemula (LRP) angkatan ke-5 yang dimulai 1 Agustus 2021 telah usai pada Minggu, 12 September 2021. Meskipun LRP diibaratkan seperti pisang goreng karena lebih ringan dan mudah ini, tetapi tetap diminati oleh banyak umat. Keikutsertaan umat semakin berkembang baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Jika pada LRP angkatan ke-1 hanya diikuti oleh 90 peserta, pada LRP angkatan selanjutnya selalu lebih dari 100 orang. Bahkan, peserta LRP angkatan ke-5 mencapai 173 orang. Hingga saat ini total peserta LRP sudah mencapai lebih dari 650 orang. Akan tetapi, ternyata, tidak semua peserta bisa menyelesaikan dinamika LRP. Di angkatan ke-5 ini hanya 156 peserta (90% dari peserta awal) yang dapat menyelesaikan LRP. Bahkan 138 dari antara mereka mengirimkan refleksi akhir. Jumlah peserta yang bertahan ini sungguh luar biasa mengingat tuntutan proses LRP tidak mudah. Setiap peserta LRP dituntut untuk berdoa batin selama 5 minggu berturut-turut minimal setengah jam sehari dan dilanjutkan dengan menuliskan refleksi pengalaman doa mereka. Banyak dari mereka yang jatuh bangun, tetapi mereka tetap mau bertekun. Oleh karena itu, dapat bertahan dan setia dalam LRP merupakan anugerah tersendiri dari Allah bagi para peserta.
Selama menjalani LRP, peserta bagaikan bersepeda tandem bersama Yesus. Hal ini diungkapkan oleh Pater Marwan, S.J. saat pertemuan awal dengan para peserta dan fasilitator. Setiap peserta berada dalam satu sepeda dengan Yesus, menikmati kebersamaan dengan Yesus, jatuh bangun, mengalami desolasi dan konsolasi. Sementara itu para fasilitator bersepeda di samping peserta, menemani mereka yang sedang berproses bersama Allah.
Pada minggu persiapan, melalui buku Berdoa dengan Jujur karangan William Barry, setiap peserta diajak untuk memahami doa sebagai dialog dengan Tuhan. Setelah itu mereka diperkenalkan dengan latihan doa dasar yang meliputi doa batin, merenung, berkontemplasi, dan masuk ke dalam keheningan. Harapannya, ketika mendoakan bahan-bahan LRP, setiap peserta lebih mampu merenung dan mengheningkan diri, serta mampu mendengarkan sapaan Tuhan bagi mereka. Ada lima tema besar dalam permenungan setiap minggunya. Tema besar Minggu Pertama adalah “mengingat akan cinta”. Minggu Kedua adalah “tinggal dalam cinta”. Minggu Ketiga bertema “cinta yang dilaksanakan.” Minggu Keempat, “cinta dalam pelayanan” dan akhirnya pada Minggu Kelima peserta diperkenalkan pada “Asas dan Dasar, Meditasi Panggilan Kristus Raja Abadi, dan Cara Ignatian dalam pengambilan keputusan.”

Dalam doa-doa selama lima minggu ini, setiap peserta diajak untuk mengunjungi kembali peristiwa-peristiwa saat mereka menerima cinta dari Tuhan melalui sesama. Proses doa seringkali terasa berat karena terkadang yang justru muncul adalah peristiwa-peristiwa luka dan kekecewaan dalam hidup. Dengan dinamika inilah, kami justru semakin mengenal gerak batin yang hidup di dalam diri kami.
Ketika gerak batin semakin mampu dikenali, pada saat itulah kemudian peserta diantar untuk semakin memahami pembedaan roh lewat dua kali webinar. Pedoman pembedaan roh adalah rambu-rambu yang membantu mereka peka terhadap gerak-gerak batin. Webinar pembedaan roh mengantar peserta untuk mengenali suara Tuhan dan memilih jalan yang membuat mereka semakin dekat dengan Tuhan. Mereka juga diajari mengenali godaan roh jahat dan bagaimana cara menolak godaan tersebut. Roh jahat sering menghasut untuk lebih mengingat peristiwa luka daripada rahmat yang diberikan Tuhan. Juga ketika seseorang mengalami hiburan rohani, sebab iblis sering menjerumuskan seseorang pada kesombongan karena merasa dekat dengan Tuhan.
Pada Minggu V semua peserta diajak untuk semakin berani mengambil keputusan sebagai manusia Latihan Rohani dalam hidup sehari-hari. Webinar tentang mengambil keputusan secara Ignasian menjadi pengantarnya. Pada intinya pengambilan keputusan secara Ignasian adalah senantiasa melibatkan Tuhan, berdialog dengan Tuhan sebelum mengambil keputusan. Ada dua tahapan yang menarik ketika melibatkan Tuhan dalam mengambil keputusan. Pertama, kita bertanya, “Aku ingin apa atau sebaiknya aku mengambil keputusan apa?” Pertanyaan ini fokusnya masih di “aku”. Tahap berikutnya, kita bertanya, “Tuhan, Engkau ingin saya mengambil keputusan yang mana?” Dalam tahap ini kita dapat mengatakan, “Tuhan, saya suka ini dan saya tidak suka itu.” Namun, akhirnya kita ajak untuk bersikap, “Walaupun saya menyukai hal ini, saya akan tetap memilihnya jika itu yang Engkau kehendaki.”
Sepanjang LRP ini, setiap kali peserta selesai melakukan latihan rohani harian, mereka diminta menuliskan refleksi hasil olah batin yang mereka lakukan. Dari catatan refleksi ini akan bisa dilihat dinamika yang mereka alami. Hasil refleksi ini kemudian dibagikan ke peserta lain dalam percakapan rohani mingguan. Percakapan rohani dilakukan dalam kelompok kecil terdiri dari lima orang melalui platform Zoom dan didampingi oleh seorang fasilitator. Dalam percakapan ini, setiap peserta berlatih untuk berbagi pengalaman rohani, mendengarkan, dan melakukan pembedaan roh. Baik pembicara maupun pendengar berusaha memahami bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka berlatih untuk tidak cepat berbicara, tidak menasehati, tidak menghakimi, memperlakukan orang lain sebagai pihak yang setara, bersikap rendah hati dan tulus, berbicara penuh kasih dan pengertian dan melihat bahwa Allah Tritunggal berbicara pada semua orang. Sungguh percakapan rohani ini sangat unik dibanding sharing yang sering dilakukan dalam kegiatan rohani lainnya yang tanpa sadar cenderung melihat kelemahan orang lain dan menghakimi meski kemudian dibawa dalam doa.

Doa dalam percakapan rohani juga memiliki keistimewaan tersendiri. Setiap doa menyadarkan peserta tentang cara melakukan percakapan rohani yang baik. Misalnya doa “Litani bagi Pendengar.” Dalam doa tersebut peserta diajak memohon pada Tuhan untuk bisa memahami apa yang mereka dengar, memiliki sikap rendah hati, membiarkan misteri tetap menjadi misteri, dan lain-lain. Juga dalam doa saling memberikan tanggapan, peserta memohon Tuhan memberikan pengertian dan perhatian, rahmat mendengarkan tanpa prasangka, menjaga pengalaman doa setiap pembicara dengan hormat, dan sebagainya. Kemudian “Doa kepada Roh Kudus” peserta memohon kekuatan terhadap gangguan roh jahat dan kelemahan-kelemahan lainnya.
Betapa indahnya Latihan Rohani Pemula ini! LRP mampu membantu para peserta untuk tumbuh menjadi pribadi yang baru. Namun keindahan dalam proses LRP tidak terlepas dari kerja keras orang-orang di balik layar. Para peserta LRP bagian 5 didampingi oleh 34 fasilitator, yang terdiri atas para Jesuit, rekan awam, dan suster FCJ serta PMY. Para fasilitator ini didukung oleh Pengurus LRP. Mereka semua adalah motor penggerak LRP ini dari bagian awal hingga sekarang.
Setiap dinamika yang muncul dalam proses latihan rohani sungguh berasal dari Allah Tritunggal melalui tangan-tangan yang tulus membantu menyelamatkan jiwa-jiwa. Akhirnya, ibarat pepatah, jika ingin tahu manisnya pisang goreng hendaklah ia memakannya; jika ingin tahu manisnya LRP hendaknya ikut berproses di dalamnya.
Kontributor : Yohanna Tungga Prameswarawati – Peserta LRP S2 dan Fasilitator LRP S5