capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Bersama Tuhan Mencinta dan Melayani

Date

Tulisan ini menyajikan ajakan berefleksi mengenai misteri Tuhan yang menjadi manusia dari perspektif spiritualitas Ignatian1 sebagaimana termuat di dalam Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Di dalam refleksi ini diikuti kesadaran bahwa iman Kristiani dihayati di tengah dunia karena penjelmaan Tuhan atau inkarnasi terus berlangsung dan menyejarah. Memeluk inspirasi inkarnasi berarti bersama Tuhan terus mencinta dan melayani dalam peristiwa-peristiwa kehidupan manusia. Dalam inspirasi inkarnasi ini, hidup di tengah dunia adalah perpanjangan  komitmen illahi Tuhan untuk memperbaiki dan memulihkan tata kemanusiaan yang rusak oleh dosa dan kejahatan. Jerih payah bersama-Nya (mecum laborare) dalam mencinta dan melayani adalah wujud syukur dan kekuatan yang lahir karena ambil bagian dalam perutusan bersama Tuhan untuk dunia. Tulisan ini juga menunjukkan keutamaan-keutamaan Ignatian dalam inkarnasi yang terus berlangsung dalam situasi baru dengan budayanya. Keutamaan-keutamaan ini meyakinkan kita bahwa  beriman dan beragama yang sejati menghadirkan solusi terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan dan hidup bersama, bukan sebaliknya merusak serta menjadi penyebab permasalahan. Semua ini, dalam konteks Latihan Rohani, berpijak dari pengandaian visi iman Kristiani tentang penciptaan, kejatuhan manusia dan penebusannya. 

INKARNASI: ALLAH  YANG TIDAK MENGURUNG DIRI 

Dalam pengalaman iman St. Ignatius, dengan jalan turun miskin, hina dan rendah hati (LR 146), inkarnasi adalah komitmen cinta Ilahi terhadap persoalan manusiawi. Ini merupakan bagian dari iman tentang siapa Allah. Dalam misteri inkarnasi, Allah tidak mengurung diri dalam keabadian-Nya, tetapi melibatkan diri dalam cinta tanpa ada batas ukuran. St. Ignatius Loyola menyajikan hal ini dalam kontemplasi inkarnasi untuk mengawali latihan rohani Minggu Kedua Latihan Rohani (LR 101- 109). Di dalam kontemplasi ini St. Ignatius mengajak memohon rahmat “pengertian yang mendalam tentang Tuhan yang telah menjadi manusia bagiku, agar lebih mencintai dan mengikuti-Nya” (LR 104). Rahmat ini memiliki peranan kunci serta strategis dan dimohon sepanjang Minggu Kedua, mulai dari penjelmaan Tuhan hingga menjelang sengsara dan kematian-Nya. Tiga kata “mengerti, mencinta dan mengikuti” Tuhan yang menjadi manusia memiliki peranan strategis untuk membangun kebersatuan afektif dengan Tuhan yang bermuara pada cara Tuhan merasa, mengerti, menalar serta mencinta dan melayani. Dalam hal ini, kontemplasi inkarnasi tidak saja membantu menyerap ajaran iman mengenai Allah yang mencinta dan menyelamatkan tetapi juga menyajikan inspirasi Allah memandangi dunia, menimbang-nimbang, serta berkomitmen mewujudkan cinta penyelamatan-Nya. 

Dari dinamika Latihan Rohani, kontemplasi inkarnasi dilakukan setelah kontemplasi Panggilan Raja dengan rahmat  yang dimohon “siap siaga dan penuh minat melaksanakan kehendak Allah sebagai Sang Raja Abadi (bdk. LR 91) serta kesanggupan untuk berjerih payah bersama Tuhan (mecum laborare) di dalam kehendak luhur-Nya, yaitu keselamatan manusia (bdk. LR 95). Dalam hal ini bisa dimengerti dari kenyataan bahwa  Sang Raja Abadi ini adalah Allah yang menjelma (LR 101-109) dan lahir menjadi manusia (LR 110-117). Demikian inkarnasi mewujud di dalam jerih payah Tuhan untuk keselamatan dan karena itu St. Ignatius pun memasukkan perspektif jerih payah ini  kontemplasi kelahiran Tuhan:

“Mengamat-amati dan menimbang-nimbang apa yang mereka lakukan: perjalanan dan susah payah mereka, agar Tuhan dilahirkan dalam puncak kemiskinan. Sesudah menderita sedemikian banyak, mengalami lapar, haus, panas dan dingin, kelaliman dan penghinaan, Dia akhirnya wafat di salib; dan semua itu untuk diriku”

(LR 116)

Selanjutnya, ciri kerja dan jerih payah serta memberi diri sampai tuntas ini, dalam bagian akhir  Latihan Rohani “Kontemplasi Mendapat Cinta” (LR 230-237) dihadirkan lewat permenungan mengenai Allah tinggal di dalam ciptaannya (LR 235) dan Allah bekerja untuk diri kita (LR 236). Dalam arti ini inkarnasi terus berlangsung dan hidup ini merupakan perpanjangan inkarnasi Tuhan. 

DUNIA SEBAGAI SASARAN KEPEDULIAN CINTA TUHAN

Apa pun itu kondisi dan wajahnya, dunia dan pribadi-pribadi di dalamnya menjadi sasaran kepedulian cinta Tuhan yang menyelamatkan. Pun ketika orang dalam kondisi frustasi rangkap, yaitu objektif karena dunia rusak oleh dosa dan kejahatan, dan subjektif karena tidak mampu mengatasi perilaku buruk dalam hidupnya sendiri, cinta Tuhan terus berlangsung. Demikian ketika St. Ignatius di dalam pendahuluan kontemplasi inkarnasi menyebutkan Ketiga Pribadi illahi memandang seluruh permukaan dan keliling bumi penuh dengan manusia (LR 102) dengan segala situasi dan keberagamannya (LR 106). Sebagai sasaran kepedulian cinta Tuhan, ketika dunia ini menampakkan wajah luhur dan indahnya, kita terlibat untuk terus merawat dan mengambangkan. Sementara itu ketika dunia menampakan wajah buruknya kita terlibat bersama Tuhan terus mencintai dan memperbaiki.  

Serikat Jesus di jaman ini, sebagaimana ditunjukkan oleh Jenderal Serikat, P. Arturo Sosa, S. J.2,  menggambarkan dunia masa ini ditandai oleh perubahan demografis yang tidak terduga dengan jutaan imigran dan pengungsi yang disebabkan oleh konflik, kemiskinan dan bencana alam. Juga diwarnai oleh ketidaksamaan yang terus berkembang oleh karena sistem ekonomi global sehingga jarak antara yang miskin dan yang kaya bertambah dan jumlah orang-orang yang dipinggirkan juga meningkat. Dunia juga memperlihatkan berkembangnya polarisasi karena perang, konflik, kekerasan, intoleransi dan terror. Sebagai “rumah bersama” dunia mengalami krisis ekologi. Sementara itu “ekosistem digital” meluas dengan perkembangan internet dan media social (ICT – Information and Communication Technologies) dan  mengubah cara berpikir, mereaksi, berkomunikasi dan berinteraksi. Berkenaan dengan situasi politik, politik sebagai sarana untuk mencari dan memperjuangkan kebaikan bersama melemah.  Demikianlah keadaan dunia ini menjadi sasaran kepedulian cinta Tuhan. 

Tentang “ekosistem digital”, disadari bahwa keberelasian manusia telah dibentuk ulang oleh media digital.  Rasa perasaan terhadap dunia, persepsi dan reaksi terhadap situasi dipengaruhi oleh media digital3. Dunia telah terdigitalisasi dan menjadi penuh dengan pelbagai kemungkinan. Salah satu dari kemungkinan tersebut adalah menghindari dari perjumpaan-perjumpaan dengan menarik diri masuk ke ruang sendiri lalu berelasi secara virtual dengan ambil bagian atau berbagi topik-topik dan pilihan yang ada di dalam daftar dalam bentuk yang disederhanakan4. Demikian ini secara antropologis boleh jadi menjadi miskin dan sebagai akibatnya dari perspektif inkarnasi, perjumpaan juga menjadi miskin. Kenyataan ini tidak bisa dan tidak perlu ditolak, sebaliknya dibuka juga untuk inkarnasi Tuhan karena petunjuk orang ke kamar menikmati bentuk relasi digital tersebut senyatanya adalah juga manifestasi kebutuhan manusiawi untuk terus berelasi5

Mengingat pesan utama dari inkarnasi adalah rekonsilitasi atau pendamaian, “Allah mendamaikan dunia dengan  Diri-Nya di dalam Kristus “ (2 Korintus 5:19), rekonsiliasi tersebut juga berlaku dalam dunia dan hidup yang terdigitalisasi. Berkenaan dengan rekonsiliasi ini, Serikat untuk melibatkan diri di dalam tiga rangkap rekonsiliasinya: dengan Tuhan, sesama dan ciptaan.  Perwujudan iman dalam tiga rangkap rekonsiliasi ini membawa cara beriman dan menghayati agama sebagai bagian dari solusi persoalan, dan tidak menciptakan masalah dalam gerak perjuangan rekonsiliasinya. Inilah sisi rekonsiliasi dengan Tuhan. Beriman membantu membuat dunia lebih manusiawi karena dunia dengan orang-orangnya menjadi sasaran kepedulian cinta Tuhan. Sementara itu berkenaan dengan rekonsiliasi dengan manusia Serikat Jesus menyadari bahwa keramahan (hospitalitas) menjadi satu dari keutamaan yang paling penting tetapi sekaligus paling dilupakan. Lebih luas dari pada relasi personal afektif, rekonsiliasi dengan sesama juga menunjuk perjuangan Serikat bagi orang-orang yang menderita, terpinggirkan serta terlantar. Mengenai rekonsiliasi dengan alam, Serikat melihat hidup sebab dan akar krisis lingkungan hidup adalah krisis sosial, utamanya oleh sistem ekonomi yang menghasilkan, mengonsumsi serta budaya membuang produk-produk6. Dalam hal ini, persoalan rekonsiliasi dengan alam yang intinya merawat tata ciptaan sebagai rumah bersama adalah persoalan kecenderungan mengonsumsi lebih (konsumerisme) dan prinsip hidup nikmat dan gampang (hedonism). Jalan inkarnasi Tuhan sebagai jalan turun melawan kecenderungan tersebut. 

BERSAMA TUHAN MENCINTA DAN MELAYANI

Bersama Tuhan mencinta dan melayani merupakan konsekuensi penerimaan kebenaran iman inkarnasi serta kebenaran bahwa inkarnasi terus berlangsung. Kebenaran inkarnasi sendiri adalah kebenaran mengenai Allah yang peduli kepada dunia dan manusia maupun kebenaran cara bertindak-Nya. Dalam bahasa lain, kebenaran ini berarti juga kebenaran diselamatkan oleh inkarnasi Tuhan maupun selanjutnya kebenaran dipanggil untuk ikut serta dalam karya keselamatan: bersama Tuhan mencinta dan melayani. Dalam bahasa devosi kelahiran Tuhan bisa dikatakan, menyambut kelahiran Tuhan di dalam hidupku dan membantu melahirkan Tuhan di dalam sesamaku.  

Penerimaan kebenaran inkarnasi untuk mencinta dan melayani ini pada akhirnya mewarnai corak dan cara menghayati iman Kristiani, yaitu tidak pernah memisahkan orang dari persoalan kesehariannya. Seperti sudah dilihat hal tersebut diajarkan juga oleh St. Ignatius melalui kontemplasi penjelmaan (LR 101-109) maupun kontemplasi mendapat cinta (LR 230-237). Dalam hal ini bisa disebut dua keutamaan Ignatian yang menjadi kekuatan bersama Tuhan untuk terus mencinta dan melayani. Pertama, jiwa besar untuk berani dan bertekun di jalan kedalaman rohani dan pemikiran menyertai proses yang dipetik dari proses Latihan Rohani. Proses ini ditandai oleh pentingnya internalisasi kebenaran-kebenaran rohani yang bisa mengubah hidup dan dibiarkan meresapi cara merasa, mengerti, membuat keputusan (bdk. LR 2) serta mencinta dan melayani yang menuntut jiwa besar dan hati merdeka di dalam memberikan seluruh daya kemampuan untuk Tuhan dan kehendak-Nya (bdk. LR 5). Yang kedua adalah mengenakan cara bertindak Tuhan, miskin, hina dan rendah hati serta mengikuti jalan turun-Nya (bdk. Latihan Rohani 146).  

PENUTUP

Mengingat spiritualitas Ignatian adalah spiritualitas inkarnasi7, memaknai  inkarnasi di di tengah budaya baru atau yang terus berubah berarti menghayati kebenaran bahwa inkarnasi terus berlangsung dalam integrasi dan tegangan sehat (healthy tension) antara hidup rohani dengan peristiwa-peristiwa manusiawi di dunia ini. Integrasi dan tegangan sehat yang menyertai inkarnasi ini membutuhkan diskresi sebagai sebentuk latihan rohani di dalamnya orang peka akan gerak-gerak batinnya seperti Maria (Lukas 2:1-7), para gembala (Lukas 2:8-20) dan tiga raja (Matius 2:1-12), sehingga mengerti kehendak Tuhan dan mengikutinya. Dalam hal ini, diskresi ini menyatu erat dengan hal yaitu kesiapsediaan. Inspirasi inkarnasi adalah inspirasi untuk siap sedia melaksanakan keputusan-keputusan dan pilihan Tuhan seperti disebut di dalam kontemplasi penjelmaan (LR 102). Kesiapsediaan untuk meneruskan inkarnasi di jaman ini sumbernya adalah kesiapsediaan Tuhan sendiri yang siap sedia menjadi manusia. 

Kontributor: L. A. Sardi S. J.

1 James Hanvey, “The Incarnation, The Cross and Spirituality”, The Way 25 (1985), 206-214.

2 P. Arturo Sosa, S.I. “Dialogue with Lay Catholics in Public Life Indonesia”, Jakarta, 13 July 2017

3 Gemma Serrano & Alessandro De Cesaris, “Towards a Theological Anthropology of the Digital Age Some Introductory Remarks”, dalam Interdisciplinary Journal for Religion and Transformation in Contemporary Society 7 (2021) 341.

4 Gemma Serrano & Alessandro De Cesaris, 349.

5 Gemma Serrano & Alessandro De Cesaris, 351.

6 P. Arturo Sosa, S.I. “Dialogue with Lay Catholics in Public Life Indonesia”, Jakarta, 13 July 2017

7 Emanuel dal Silva e Araújo, “Ignatian Spirituality as a Spirituality of Incarnation” The Way 47 (2008), 67-80

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *