capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Webinar Spiritualitas Ignasian di Era Masyarakat 5.0

Date

Masyarakat 5.0 adalah sebuah konsep mengenai masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang pada awalnya dikembangkan di Jepang. Konsep ini lahir dari Revolusi Industri 4.0 yang dinilai dapat mendegradasi peran manusia. Di tengah fenomena tersebut, bagaimana Spiritualitas Ignasian dapat ditawarkan? Apa tantangan dan peluangnya? Untuk menanggapi dan mendiskusikannya, diadakan webinar ke-3 bertajuk Peluang dan Tantangan Spiritualitas Ignasian di Era Society 5.0 pada Kamis, 9 Desember 2021. 

Webinar ke-3 ini menghadirkan Pater Paulus Suparno, S.J. sebagai narasumber utama. Selain itu, ada beberapa perwakilan dari kelompok yang mendalami Spiritualitas Ignasian, antara lain Pak Djoto Halim dari komunitas Schooled by the Spirit, Angeline Ivone dari LRP (Latihan Rohani Pemula), Sr. Anita Sampe, S.J.M.J sebagai biarawati penghidup Latihan Rohani, dan Gregorious Tjaidjadi dari CLC (Christian Life Community).  Diawali dengan pengantar oleh Pater Eko Budi Santoso, webinar ke-3 dimoderatori oleh Sr. Dewi, FCJ dan fr. Ferry Setiawan, S.J. bersama Revita sebagai pemandu acara.

Spiritualitas Ignasian dan Pelayanannya di Provindo

Pada bagian awal presentasinya, Pater Paul Suparno mengatakan bahwa Spiritualitas Ignasian adalah Spiritualitas Kristiani yang didasarkan pada pengalaman Latihan Rohani St. Ignatius. Pater Paul menekankan bahwa Latihan Rohani bertujuan membantu seseorang mengikuti Kristus dalam situasi apapun. Dalam kesempatan ini, secara khusus, Pater Paul juga berbagi apa yang Serikat Jesus Provindo telah lakukan dengan Spiritualitas Ignasian itu selama 50 tahun di Indonesia beriringan dengan peluang dan tantangan perkembangan masyarakat 5.0.  

Pater Paul membagikan keberagaman pelayanan Spiritualitas Ignasian ke dalam empat kategori, yaitu: 1) Institusi rumah retret yang meliputi Rumah Retret Sangkal Putung, Rumah Retret Girisonta, dan Rumah Retret Civita; 2) Institusi non-rumah retret, antara lain Universitas Sanata Dharma, ATMI, kolese-kolese, sekolah-sekolah Yayasan Kanisius dan Strada, Paroki, dan JRS (Jesuit Refugee Service); 3) Kelompok-kelompok, yakni biarawan-biarawati, awam (orang tua, guru, pelajar, pedagang, CLC, LRP); dan 4) Media yang meliputi Majalah Rohani, Utusan, Basis, Percetakan Kanisius, dan sebagainya. Pada bagian akhir presentasinya, Pater Paul mengajukan sebuah pertanyaan reflektif, “Siapkah SJ Provindo berkolaborasi dengan awam untuk menawarkan Spiritualitas Ignasian di era masyarakat 5.0?”

Sharing dari Keempat Penghidup Spiritualitas Ignasian

Sr. Anita membagikan keterkesanannya akan  diskresi dan refleksi a la Spiritualitas Ignasian sebagai alarm hidup rohani. Baginya, Spiritualitas Ignasian masih relevan di tengah masyarakat 5.0. Dengannya, seseorang dapat lebih terbantu menemukan dan menciptakan makna di dalam hidupnya. Provindo sangat diharapkan tetap berkomitmen membagikan Spiritualitas Ignasian lewat sarana digital dan merangkul kaum awam untuk melestarikan Spiritualitas Ignasian. Pak Djoto juga membagikan pengalaman mengenal dan menghidupi Spiritualitas Ignasian yang mulai dikenalnya dalam kursus Schooled by the Spirit. Lewat Spiritualitas Ignasian, Pak Djoto semakin merasa dicintai dan mencintai Tuhan, sebuah transformasi personal baginya.

Selain itu, Gregorius membagikan pengalamannya mulai mengenal Spiritualitas Ignasian di Civita Youth Camp. Setelahnya, pengalaman studi di Universitas Sanata Dharma perlahan-lahan mengantarnya pada CLC (Christian Life Community). Gregorius juga menyampaikan salah satu cita-cita besar CLC, yakni ingin mampu melakukan communal discernment di tengah perkembangan zaman. Baginya, sapaan dan perjumpaan dalam proses-proses interaksi di tengah zaman yang terus berubah ini penting. Di dalam dunia kerja, Angel Ivone terbantu lewat Spiritualitas Ignasian sebagai Ignatian tools, seperti eksamen, percakapan tiga putaran, dan discernment dalam memaknai hidup hariannya. Baginya, tools tersebut dapat membantunya untuk  memaknai hidup.

Menawarkan Jalan kepada Yesus di Era Masyarakat 5.0?

Dalam diskusi, Pater Paul menggarisbawahi bahwa yang paling utama dalam berbagai spiritualitas Kristiani adalah menghantar orang sampai kepada Yesus. Spiritualitas Ignasian adalah satu dari sekian banyak jalan menuju Yesus. Tak dapat dimungkiri, spiritualitas lain dalam Gereja pun dapat membantu seseorang berkembang baik sebagai seorang Kristiani. Sejalan dengan pendapat Pater Paul Suparno, Sr. Dewi, FCJ menyampaikan benang merah bahwa spiritualitas Ignasian merupakan salah satu jalan di antara spiritualitas lain yang membantu seseorang mengarah kepada Yesus. Sharing keempat penghidup Spiritualitas Ignasian menunjukan bagaimana Spiritualitas Ignasian sebagai jalan itu dapat membantu seseorang secara konkret. 

Menyadari hadirnya era masyarakat 5.0, maka ini menjadi tantangan bagi Provindo untuk membagikan Spiritualitas Ignasian seefektif mungkin dalam membantu seseorang sampai kepada Yesus. Siapkah?

More
articles

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *