Natal OMK Mengunjungi Lansia
The first Noel, the Angels did say,
was a certain poor shepherd in fields as they lay~
Pasti kita sudah tahu dengan lagu The First Noel ini. Kalimat pertama dari lagu ini mengingatkan kita akan perhatian Allah pada umat-Nya, terutama mereka yang lemah dan tersingkir. Sebagai anak-anak Allah, hendaknya kita juga berlaku seperti sifat Allah yang memperhatikan kondisi mereka. Berangkat dari kesadaran akan tugas sebagai anak-anak Allah dan terinspirasi oleh semangat dasar ARDAS KAJ 2022-2026 untuk semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi, Orang Muda Katolik (OMK) Katedral Jakarta ingin mewujudnyatakannya tidak hanya sebagai semboyan belaka tetapi menjadi sebuah gerakan nyata, sederhana namun kreatif. Pater Hani Rudi Hartoko, S.J. sering mengingatkan perhatian pada yang 4 S+1D (senior, sendiri, sakit, sekolah dan disabilitas).
The First “NOEL” (natal OMK mengunjungi lansia) demikian kami menyebutnya. Gerakan ini adalah salah satu “jalan lain” yang dipilih oleh OMK Katedral Jakarta selama persiapan menyambut Natal dan jalan ini adalah sarana untuk belajar tumbuh bersama dan memiliki peran di dalam komunitas di paroki dengan memberikan perhatian kepada para lansia (usia 70 tahun atau lebih), disabilitas, serta mereka yang terbaring sakit dan tidak dapat pergi ke gereja.
Berawal dari obrolan santai sambil ngopi-ngopi dan bertukar pikiran tentang kondisi anak muda, ide untuk bergerak, hadir, menyapa pun muncul. Jika dibayangkan tentulah dalam waktu yang singkat tidaklah cukup (kurang dari 1 bulan): harus membentuk panitia, mengumpulkan data lansia, mengumpulkan donasi hingga sponsorship. Namun kami percaya gerakan baik untuk membantu pasti menular dengan cepat dan kami berpikir untuk berusaha saja dulu, dan kalaupun tidak cukup uang yang dibutuhkan, paroki pasti juga mau membantu. Orang-orang muda mulai tertantang untuk berjalan bukan untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain yang membutuhkan.
Selain menyumbangkan waktu dan tenaga, kami juga menyisihkan sebagian uang jajan untuk berbagi walaupun kecil dan masih jauh dari cukup. Benar-benar tidak terbayangkan semuanya berjalan dengan lancar dan dalam waktu kurang dari 1 bulan: donasi terkumpul dan dapat dibelikan handuk, mug stainless steel dan tas (totebag). Menjelang akhir pun banyak perusahaan maupun individu memberikan donasinya dalam bentuk barang mulai dari minyak “kajoe poetih” Ambon, selimut, puding inaco, biskuit roma, pasta dan sikat gigi dari pepsodent, sensodyne, biskuit dari nutrifood, wings group (emeron, ciptadent, sabun fres). Sungguh kami merasakan rahmat yang begitu besar dari Tuhan.
Belum berhenti disitu, selanjutnya kami masih harus berkoordinasi dengan litbang paroki untuk membantu kami mengelompokkan nama-nama para lansia yang akan dikunjungi berdasarkan usia dan lingkungan mereka. Setelah itu meminta bantuan ketua lingkungan untuk menghubungi mereka yang akan kami kunjungi. Kami sedikit berseloroh, “Ah kalau 50 saja mungkin mudah, tapi kalau ada 500 kita harus kunjungi satu persatu kapan selesai ya? Dan bagaimana kalau kami ditolak?” Pater Bernadus Christian Triyudo Prastowo, S.J., sebagai penasihat, memberikan dukungan dan berbagi pengalamannya. Beliau berkata “Kalau tidak dimulai dari sekarang, lalu kapan lagi? Inilah momen anak muda bangkit dan bergerak memilih “jalan lain” yang sederhana dan kreatif. Akan ada banyak pengalaman baru dan kita bisa saling belajar.” Ternyata ketua lingkungan juga dengan senang hati membantu kegiatan OMK dengan menghubungi para lansia untuk membuat janji kedatangan, bahkan ikut menemani kami para OMK berkunjung satu per satu dari rumah ke rumah. Blessing in disguise juga loh, di sini kami bertemu dan berkenalan dengan OMK di lingkungan yang belum aktif melayani di paroki.
Pater Yudo, S.J. mengatakan dalam pembekalan, “Kunjungan ini bukanlah pertama-tama untuk membagikan bingkisan, tetapi untuk hadir bagi para senior di paroki kita yang kadang mersakan kesepian karena ditinggal anaknya. Bisa saja bingkisan ini dikirim oleh kurir, tapi ga ada faedahnya. Berbeda pastinya kalau OMK turun langsung berkunjung dan mengenal para lansia ini. Banyak lansia di paroki kita yang sering merasa ditinggalkan anaknya dan bila kita bayangkan betapa bahagianya mereka kalau ada anak muda yang berkunjung, mendengarkan kisah mereka. Kehadiran orang muda akan membuat mereka merasa tidak sendirian. Selain itu, diharapkan kita orang muda yang ikut serta juga bisa akhirnya menghargai orang tua kita masing-masing serta berlatih menjadi pribadi yang lebih memiliki ‘rasa’.” Selain itu kami juga dibekali mengenai karateristik lansia oleh om Albert Budiman supaya kami tau bagaimana menghadapi mereka, dan apa yang harus kita lakukan saat kunjungan. Beberapa pertanyaan, gerak tubuh yang sopan dan tak lupa mendoakan mereka agar selalu sehat juga diingatkan oleh om Albert dalam pembekalan.
Jadwal kunjungan untuk 57 lingkungan dimulai dari tanggal 5 Desember hingga 23 Desember 2022 pukul 17.00 – 20.00 WIB. Bukan waktu yang terlalu ideal memang untuk para oma opa, tetapi sebagian dari kami ada yang masih sekolah, kuliah dan juga bekerja. Puji Tuhan dalam 4 minggu kunjungan ini berjalan dengan lancar. Memang kadang cuaca kurang bersahabat tetapi tidak menyurutkan semangat orang muda untuk mendatangi oma opa yang sudah menunggu kami di rumahnya. Ada senyum bahagia saat oma dan opa menyambut kami, ada yang terbaring sakit namun masih tersenyum dalam keterbatasannya, ada yang masih lincah dan senang bercerita tentang masa mudanya, beberapa di antaranya sudah berkurang pendengaran dan ingatannya, mengeluh kaki sakit dan mata sudah tidak bisa melihat dengan baik, ada yang bermain boneka, bahkan ada pula oma yang meminta salah satu dari kami untuk memanjat pohon jambu ketika kunjungan. Rasanya semua senyum, keceriaan oma opa ini menghilangkan rasa lelah yang kadang harus kami tempuh dalam perjalanan.
Beraneka ragam kondisi mereka. Banyak pengalaman yang kami dapatkan dan cerita-cerita menarik serta menyentuh dari teman-teman sesama OMK. Sharing dalam perjumpaan meneguhkan satu dengan yang lain dan semakin meyakinkan bahwa kepedulian perlu diwujudnyatakan dalam langkah sederhana namun terus-menerus. Satu hal yang kami sadari juga bahwa mereka (para senior/lansia) mengajarkan arti kehidupan yang tidak ada dalam buku sekolah atau kuliah. Semangat hidup mereka memberikan bekal nyata bagi anak muda untuk mengarungi kehidupan. Mereka mengajarkan kami untuk terus memiliki rasa. Sungguh pengalaman menyiapkan Natal yang berharga.
Kontributor: Xenia dan Stephanie – OMK Katedral Jakarta