Pilgrims of Christ’s Mission

SD Kanisius Tlogosari

Karya Pendidikan

Kolaborasi Ilmiah, Upaya Merawat Ibu Bumi Rumah Kita

Mengacu pada program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SD Kanisius Tlogosari Kulon pada semester II tahun ajaran 2024/2025, kami,  SD Kanisius Tlogosari Kulon, mengambil tema Gaya Hidup Berkelanjutan dengan judul projek Bijak Mengelola Sampah. Tidak lepas dari Capaian Pembelajaran (CP) diantaranya adalah peserta didik mengamati, menyelidiki fenomena hubungan ketergantungan antara komponen biotik-abiotik yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu ekosistem di lingkungan dan merefleksikan perubahan kondisi alam yang terjadi akibat faktor alam maupun perbuatan manusia. Dan diselaraskan juga dengan Universal Apostolic Preferences (UAP), yaitu merawat ibu bumi rumah kita. P5 ini kami buat berjenjang dan berkelanjutan menjadi tiga fase sebagai berikut: Fase A kelas 1-2 pemilihan bahan ramah lingkungan untuk bungkus makanan, Fase B kelas 3-4 pengolahan sampah menjadi kompos dan eco enzyme, dan Fase C kelas 5-6 memanfaatkan eco enzyme menjadi sabun cair layak pakai dan layak jual.    Kondisi lingkungan di sekitar sekolah serta kebiasaan warga sekolah maupun warga lingkungan sekitar yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, menjadi latar belakang dalam menentukan tema P5 dan melakukan aksi tersebut.    Proses P5 dilalui oleh peserta didik SD Kanisius Tlogosari Kulon dengan membuat eco enzyme, memanennya, menuangkannya secara rutin di selokan belakang sekolah, menjadikannya sabun cair eco enzyme dan beberapa kali mendapat kesempatan mengedukasi warga sekitar sekolah dengan mendemonstrasikan pembuatan eco enzyme.      Eco enzyme adalah cairan fermentasi yang terbuat dari campuran air, molase, dan kulit buah dengan perbandingan 10:1:3 yang difermentasi selama 3 bulan, merupakan produk alami yang ramah lingkungan. Setelah 3 bulan, eco enzyme siap dipanen. Pembuatan Eco enzyme adalah salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan lingkungan di lingkungan sekitar sekolah. Para guru tahu bahwa banyak peserta didik tidak suka dengan kegiatan membuat dan memanen eco enzyme, karena malas kotor dan baunya yang tidak sedap.   “Sedekah Alam” itulah sebutan aksi peduli kami pada ibu bumi. Dengan menuangkan eco enzyme ke selokan sekitar sekolah yang bau dan mampet, ke polder Dempel dan sungai Tlogosari yang sangat keruh dan berminyak. Selain dituang ke selokan, ampas panenan eco enzyme digunakan untuk memupuk pohon-pohon (pohon sukun dan mangga) di sekolah sehingga dapat menghasilkan banyak buah sukun dan mangga yang bisa dinikmati bersama satu sekolah. Selain itu sebenarnya eco enzyme dapat digunakan untuk mencuci pakaian, disinfektan, pembersih lantai dan bantal terapi. Tetapi masih ada keengganan menggunakannya karena aroma dan proses pembuatannya yang membuat jijik. Padahal masih ada bergalon-galon eco enzyme dan sabun cairnya yang siap digunakan. Perlu meyakinkan pada peserta didik serta guru dan karyawan agar tidak enggan menggunakan eco enzyme yang ramah lingkungan itu. Oleh karena itu para siswa kelas V diajak sebagai agen kelestarian lingkungan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan ini di SMA Kolese Loyola dengan melakukan penelitian ilmiah.    Para guru membiasakan diri untuk membekali para siswa dengan pengetahuan awal sebelum mereka diajak berkunjung ke tempat yang mendukung materi tersebut. Ide awal sebenarnya keinginan untuk berbagi pengetahuan tentang eco enzyme. Hal ini disampaikan ke pihak SMA Kolese Loyola melalui Pater Ferdinandus Tuhujati Setyoaji, S.J., Kepala SMA Kolese Loyola, yang kemudian ditanggapi dengan persiapan matang sehingga ide yang sederhana ini menjadi sesuatu yang lebih luas serta mendalam. Ini kali keduanya kami berkolaborasi ilmiah.    MAGIS, ini yang hal dirasakan. Rencana awal hanya menyiapkan beberapa peserta didik saja yang menjadi narasumber dalam presentasi dan demonstrasi membuat sabun eco enzyme. Namun SMA Kolese Loyola justru meminta semua anak harus terlibat. Semua peserta didik harus mengalami hal yang sama (bukan hanya beberapa anak saja yang dipilih untuk presentasi). Sebanyak 87 peserta didik dibagi menjadi 20 kelompok dan mereka diminta masuk ke 20 kelas X dan XI membagikan pengalaman ekologis yang dilakukan di SD Kanisius Tlogosari Kulon.      Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, Kamis, 22 Mei 2025,  pukul 06.30 WIB peserta didik sudah siap di sekolah untuk menuju SMA Kolese Loyola. Deg-degan  itu pasti, karena mereka harus bisa mengingat bahan bicara untuk presentasi di depan kakak-kakak nanti. Ini pengalaman yang tak terlupakan. Sesampai di SMA Kolese Loyola, rasa takut itu musnah, karena sambutan kakak-kakak yang luar biasa, sangat ramah, sangat menghargai dengan mendengarkan apapun yang disampaikan adik-adik saat sharing. Meskipun adik-adik ini tampak malu dan grogi tetapi tepuk tangan dan kata-kata positif kakak-kakak membuat adik-adik ini makin suka cita dan percaya diri.   Ibu Etik Maharani, DP. dan Bapak Reynhard Louis Dermawan selaku koordinator kegiatan dari SMA Kolese Loyola dibantu oleh 25 orang murid dan 7 orang guru fasilitator menyiapkan materi ilmiah dengan mengajak peserta didik SD Kanisius Tlogosari Kulon melakukan praktikum fermentasi, ecoprint dan membuat lotion anti nyamuk berbahan alami. Materi yang diberikan oleh SMA Kolese Loyola menguatkan project ekologis yang telah dilakukan di SD Kanisius Tlogosari Kulon. Hal ini sejalan dengan UAP (Universal Apostolic Preferences) – Merawat Ibu Bumi rumah kita dan mendukung gerakan Gaya Hidup Berkelanjutan.    Pendidik hendaknya tidak hanya menjejali peserta didik dengan soal-soal hafalan. Sebaliknya, pendidik juga perlu menanamkan kepedulian pada lingkungan, dengan peka menemukan permasalahan lingkungan, mencari solusinya, dan melakukan aksi nyata. Santo Fransiskus Asisi mengajarkan pada kita untuk menghormati alam ciptaan Tuhan dan menganggap semua makhluk hidup sebagai saudara. Dengan mencintai alam, kita dapat menemukan Tuhan dalam keagungan-Nya.   Kontributor: Khatarina Ika Wardhani – Kepala SD Kanisius Tlogosari Kulon

Karya Pendidikan

Gumregah lan Jumangkah Mbangun Paseduluran

SD KANISIUS TLOGOSARI KULON GELAR BUKA PUASA Tahun ini terasa istimewa karena umat beragama Islam dan Katolik puasa bersamaan di bulan Ramadhan. Bagi umat Islam, bulan Ramadhan merupakan bulan suci untuk menjalankan ibadah puasa dan memperingati wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Sedangkan bagi umat Katolik, puasa selama masa Prapaskah adalah bentuk pertobatan, penyesalan dosa, dan meneladani pengorbanan Yesus Kristus.  Tema APP (Aksi Puasa Pembangunan) 2025 Keuskupan Agung Semarang adalah Bersekutu dalam Doa, Pertobatan dan Pengharapan. Diharapkan selama masa puasa dan pantang hendaknya seluruh umat sampai pada pertobatan yang bersifat lahiriah dan sosial kemasyarakatan. Hal ini sejalan dengan Nota Pastoral Arah Dasar Umat Allah KAS 2021-2025 dan Arah Implementasi, “Tinggal Dalam Kristus dan Berbuah: Semakin Katolik dan Semakin Apostolik di tengah Perubahan Masyarakat.”   Harapan Gereja inilah yang menjadikan otak kami gaduh. Apa yang bisa kami lakukan di komunitas pendidikan SD Kanisius Tlogosari Kulon dalam memaknai pertobatan di masa Prapaskah yang bersamaan dengan bulan Ramadhan ini? Kami akhirnya sepakat membuat kegiatan bersama warga RT 05 dan RT 11/RW 07 Kelurahan Tlogosari Kulon (RT sekitar sekolah). Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 20 Maret 2025 di aula SD Kanisius Tlogosari Kulon dan menjadi langkah merawat persaudaraan antar umat beragama. Kami mengangkat tema: Gumregah lan Jumangkah mBangun Paseduluran (Bangkit dan Melangkah Membangun Persaudaraan) sekaligus untuk menghidupi semangat men and women for and with others.   Guru dan siswa berkolaborasi menyambut dan melayani tamu undangan. Antusiasme siswa-siswi SD Kanisius Tlogosari Kulon terlihat sangat tinggi. Mereka membantu para guru menyediakan hidangan bagi para tamu yang akan berbuka puasa dengan minuman segar dan makanan takjil. Acara ini terselenggara atas kerelaan hati para donatur serta dukungan dari  Komisi PSE dan Panitia APP Kevikepan Semarang.   Dalam buka bersama ini kami mengundang Gus Muhammad Abdul Qodir, Lc., M.A., sebagai narasumber untuk sesi siraman rohani. Selain itu juga ada hiburan Rebana Cinta Damai, Tari Sufi dan beberapa penampilan dari siswa-siswi dan guru KB-TK-SD Kanisius Tlogosari Kulon, hingga konsumsi berupa takjil dan nasi.    “Merawat persaudaraan antarumat beragama itu penting karena ini mencerminkan bentuk kesalehan sosial di tengah masyarakat Indonesia. Harapannya, Ramadhan harus dijadikan momen untuk berbuat yang lebih baik. Jangan lagi menzalimi orang, memaksakan kehendak, menang sendiri, dan lain sebagainya,” pinta Abdul Qodir.   Dari 350 orang yang diundang, terdapat sekitar 187 orang hadir dalam acara ini. Sebagai acara yang baru kali pertama diadakan, hal ini merupakan pencapaian yang cukup baik. Ketua RT, Ketua RW, narasumber dan tamu undangan memberikan apresiasi dan harapan semoga kegiatan ini dapat membawa dampak baik bagi hubungan keberagaman di masyarakat. Kami harap kegiatan ini menjadi langkah awal yang baik sebagai sekolah nasrani dalam menjaga kerukunan yang berada di sekitar masyarakat Islam.   Yayasan Kanisius memiliki kekhasan dalam pendidikannya yaitu adanya Paradigma Pedagogi Reflektif. Budaya menemukan kedalaman suatu peristiwa melalui refleksi nampak dari hasil evaluasi para guru pada hari Sabtu, 22 Maret 2025 dan tulisan beberapa siswa yang hadir dalam acara buka puasa tersebut. “Saya menilai bahwa acara kita baik dan berjalan lancar. Dari peristiwa salah satu guru menjemput warga (meskipun sebenarnya warga sudah siap tetapi saling menunggu sehingga membuat acara jadi “molor”) saya menemukan bahwa diperlukan adanya pendekatan personal yaitu menyapa lebih dekat. Inilah yang namanya Gumregah lan Jumangkah Mbangun Paseduluran,” ungkap salah satu guru.   Beberapa murid pun menuliskan sedikit refleksi kegiatan buka puasa bersama ini. “Saya bangga menjadi bagian dari SD Kanisius Tlogosari Kulon yang mengadakan buka puasa bersama warga sekitar. Hal ini menjadi pengalaman baru untuk saya karena saya bisa belajar mengenai agama Islam, tahu Tari Sufi dan makin mengerti akan persaudaraan lintas iman,” ungkap Sharbel. “Saat aku membagikan takjil aku merasa sangat senang karena para warga menerima dan menikmati takjil dan acaranya. Aku senang bisa membuat mereka bahagia,” ungkap Nio. “Ini pertama kalinya buka puasa bersama di sekolah, aku awalnya agak malu “nyalami” para tamu. Tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa. Aku salut dengan teman-teman yang tampil, mereka keren. Saat aku membagikan takjil aku melihat para warga sangat menikmati takjil. Aku sangat senang dan kegiatan ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan,” ungkap Chilla.   Kontributor: Khatarina Ika Wardhani, S.Psi. – Kepala SD Kanisius Tlogosari Kulon