Pilgrims of Christ’s Mission

gedangan muda

Pelayanan Gereja

Catatan Seorang Pemandu

Cerita di Balik Tembok Gedangan: Hai, namaku Lusia tapi biasa dipanggil Aisul dan aku adalah satu dari banyak OMK di Gedangan. Aku suka jalan-jalan, sejarah, dan yang paling favorit adalah jalan sambil mendengarkan cerita sejarah. Kali ini gantian aku yang mau cerita tentang Gereja Gedangan, gereja Katolik paling tua di Semarang. Di OMK Gedangan, kami punya satu wadah seru untuk kenalan—dan pastinya makin sayang—dengan gereja kami sendiri lho! Namanya Jelajah Gedangan. Tujuan awalnya sederhana, yaitu mengenalkan kembali Gereja Santo Yusup Gedangan ke siapa pun yang penasaran, terutama dari sisi sejarah dan kekayaan warisan imannya. Dan karena ini adalah kegiatan OMK, tour guide-nya juga dari kami-kami sendiri, OMK Gedangan. Kami sering berkumpul, ngobrol, dan cari tahu cerita-cerita lama tentang gereja ini. Lalu, semua yang kami temukan itu kami bagikan ke siapa saja yang tertarik untuk menelusuri jejak masa lalu di balik tembok tua Gedangan.   Akhir 2019 sampai awal 2020 adalah waktu kami memulai penjelajahan di Gereja Gedangan. Masih hangat di pikiran kita bukan? Kala itu awal mula adanya Covid-19? Memang agak melanggar aturan pemerintah yang seharusnya duduk diam di rumah yang saat itu masih ramai dengan hastag #mendingdirumahaja, tapi kami malah berkumpul untuk mengajak banyak orang jalan-jalan virtual. Bermodalkan sejarah yang kami baca dan kami cari tahu lebih lanjut sumbernya dan didukung kemajuan teknologi yang juga mumpuni, kami mulai dengan Jelajah Gedangan Virtual. Kami tidak hanya mengajak teman-teman dari Gedangan, tetapi juga semua orang yang ingin tahu tentang Gedangan. Mungkin, Anda yang sedang membaca tulisan ini juga jadi salah satunya? Dari yang awalnya hanya bercerita tentang sejarah Gedangan, tokoh yang pernah tinggal di Gedangan, dan ornamen yg biasa kita lihat kalau sedang misa, sekarang jadi makin banyak tema yang bisa kami ceritakan ke banyak orang.    Di 2025 ini, Gereja Gedangan merayakan 150 tahun pemberkatan gedung gereja dan sepanjang tahun ini ada banyak rangkaian acara untuk memeriahkannya, salah satunya adalah Mini Talk Show Jelajah Gedangan yang sudah terlaksana bulan Juni lalu dengan mengusung tema Di Balik Tembok Gedangan sebuah momen langka untuk para peserta Jelajah yang biasanya diajak berjalan sambil mendengarkan cerita dan berkeliling Gedangan, kala itu mereka cukup duduk manis sambil mendengarkan beberapa narasumber yang punya cerita dan pengalaman seru mengenai Gereja Gedangan.    Ada tiga narasumber saat itu, yaitu pertama Pater Vincentius Suryatma Suryawiyata, S.J. atau yang akrab dipanggil Pater Surya. Obrolan saat itu cukup menarik, informatif, dan penuh nuansa nostalgia yang membuat peserta bisa turut ‘menyusuri waktu’ bersama Pater Surya lewat tokoh dan sosok yang membentuk wajah Gereja Gedangan. Dari Pater Surya kami diajak menyadari bahwa Gedangan tidak hanya bangunan tua yang indah, namun juga menjadi tempat lahirnya semangat misi yang besar dan tempat di mana banyak kisah bermula, bahkan jejaknya masih sangat bisa dirasakan sampai sekarang.   Selain Pater Surya yang mengajak bernostalgia, ada juga Pater Ignatius Windar Santoso, S.J. yang juga berbagi cerita. Kali ini dengan latar belakang sebagai archivist Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Pater Windar menunjukkan salah satu dokumentasi catatan baptisan di zaman dulu yang masih tersimpan rapi. Melalui dokumen baptisan, kami jadi tahu bahwa Semarang adalah salah satu tempat penting dalam perkembangan Katolik di masa Hindia Belanda. Gedangan memiliki cukup banyak peran sebagai gerbang awal misi katolik di Jawa, maka dari itu arsip-arsip ini bisa jadi semacam ‘harta karun’ sejarah yang sangat berharga.      Masih tentang arsip baptisan, ada satu lagi narasumber yang membawakan cerita ‘mengejutkan’ dengan fun fact-nya! Namanya Mas Yogi, seorang pengamat sejarah sekaligus founder dari Bersukaria Walk Tour (Bersukaria Walk Tour bisa dicari di instagram. Anda pasti jadi ingin ikut semua rute Walking Tour-nya). Mas Yogi berbagi cerita seru tentang arsip Gereja Gedangan. Beberapa waktu lalu Mas Yogi membawa rombongan orang Belanda yang sedang mencari tahu sejarah leluhur mereka. Menurut cerita yang mereka dengar, para leluhurnya dibaptis di Gedangan. Yang mengejutkan adalah setelah ditelusuri dan ketemu, ternyata salah satu leluhurnya adalah artis terkenal di masa itu! Selain itu orang-orang Belanda ini juga membawa beberapa foto untuk membandingkan gereja dulu dan sekarang. Semacam ingin tahu before-after.   Dari cerita Pater Surya, Pater Windar, dan Mas Yogi, aku jadi makin tahu, betapa pentingnya keberadaan para Pater pendahulu dan arsip yang berupa catatan baptisan bagi gereja. Tidak hanya jadi bukti adanya sejarah tapi juga bisa menjadi jembatan penghubung lintas generasi. Tidak pernah terbayangkan, kalau catatan puluhan bahkan ratusan tahun lalu itu bisa membantu seseorang menemukan keluarganya dan menyambung cerita hidup mereka. Ternyata, banyak hal yang patut untuk disyukuri dari Mini Talk Show Jelajah Gedangan ini. Setiap pembicara punya warna dan cerita yg unik. Pater Surya yang penuh nostalgia dengan mengingat kembali tokoh-tokoh yang pernah tinggal di Gedangan, Pater Windar yang menunjukkan betapa pentingnya arsip dan catatan baptisan, dan juga Mas Yogi yang menunjukkan secara nyata terhubungnya masa lalu dan masa sekarang melalui peninggalan sejarah berupa catatan baptisan.   Untukku sendiri, aku bersyukur bisa jadi bagian dari tour guide di Jelajah Gedangan dan juga jadi bagian dalam rangkaian perayaan 150 tahun ini. Bukan hanya berbagi dan belajar bersama mengenai sejarah, tetapi tentang memunculkan kembali kisah-kisah yang mungkin nyaris terlupakan. Dan pastinya membagikan pada Anda dan banyak orang adalah salah satu usaha kecil yang bisa aku lakukan untuk merawat Gedangan agar tidak hanya menjadi bagian masa lalu tapi juga menjadi bagian yang tetap terasa dekat juga hidup di segala zaman.    Kabar baiknya OMK Gedangan masih akan mengadakan Jelajah Gedangan dan di bulan November nanti akan ada Mini Talk Show Jelajah Gedangan yang kedua. Pastinya akan ada banyak cerita baru, perspektif yang menarik nan seru, dan mungkin mendapat fun fact sejarah lain yang belum pernah kita dengar sebelumnya! Tetap stay tune dan jangan lupa follow instagram @gerejagedangan dan @gedanganmuda. Sampai Jumpa di Gereja Gedangan!    Kontributor: Lusia Pamungkas – Gedangan Muda

Pelayanan Gereja

OM JAMARI – Orang Muda Mengajar, Bermain, dan Berbagi

Inilah inisiasi kegiatan oleh Gedangan Muda, yaitu kunjungan ke Panti Asuhan St. Thomas Bergas pada Minggu, 15 Desember 2024. Kunjungan ini merupakan wujud syukur Gedangan Muda atas kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana sebelumnya yang sekaligus menjadi momentum refleksi bersama untuk mensyukuri setiap hal kecil yang diterima dan memupuk semangat berbagi. Dalam kunjungan ini, selain bantuan berupa donasi materi, kami juga ingin membagikan pengalaman berharga melalui kegiatan bermakna. Salah satu bentuk kegiatan bermakna yang kami selenggarakan adalah menghias pot tanaman bersama mereka. Aktivitas ini mengajarkan anak-anak untuk menghargai ciptaan Tuhan, seperti tanaman, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan. Ternyata pot-pot yang dihiasi dengan berbagai warna dan kreativitas semakin menghidupkan suasana dan menambah semangat untuk merawat tanaman. Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memberi kebahagiaan bagi anak-anak tetapi juga mengingatkan kami untuk terus mensyukuri hal-hal sederhana. Ternyata, berbagi itu bukan hanya soal materi tetapi juga waktu, perhatian, dan kasih. Semangat dalam kunjungan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Banyak umat yang tergerak berdonasi kebutuhan pokok, uang, dan buku bacaan. Rupanya, buku bacaan sangat mereka butuhkan karena kegiatan membaca merupakan salah satu kegiatan favorit dan hobi mereka. Semoga bantuan tersebut dapat membantu kelangsungan kebutuhan anak-anak di Panti Asuhan St. Thomas. Dalam kebersamaan yang terjalin, terasa nyata bagaimana cinta kasih Kristus yang hadir melalui setiap senyuman dan tawa yang dibagikan.   Kunjungan ini mengingatkan kami akan slogan yang selalu diusung, “Gedangan Muda, Aku Muda Aku Bisa!” Kami berharap semoga semangat dan jiwa muda selalu ada dalam diri kami di manapun berada. Rasa syukur dan sukacita bisa diwujudkan melalui tindakan kecil nan bermakna. Semoga kami selalu bisa mengupayakan langkah nyata yang berdampak bagi diri kami dan lingkungan sekitar!   Kontributor: Maria Godeliva Diantita K. – Ketua OMK Paroki St. Yusup Gedangan  

Pelayanan Gereja

Mengenal Jesuit Lebih Dalam

Minggu, 20 Oktober 2024, teman-teman Gedangan Muda (sebutan untuk OMK Paroki St. Yusup Gedangan, Semarang) mengadakan kunjungan ke Provinsialat Serikat Jesus Provinsi Indonesia.   Dalam kunjungan ini, kami berkesempatan untuk mengenal lebih dalam mengenai persebaran Jesuit di Indonesia serta peninggalan romo-romo yang telah meninggal. Pater Windar Santosa, S.J. menceritakan mengenai kisah sejarah Jesuit serta apa saja yang biasa dilakukan. Beliau juga menjelaskan tugas-tugas perutusan Jesuit yang berakar pada spiritualitas Ignasian, yang menekankan refleksi batin, pelayanan, dan pengabdian kepada sesama. Jesuit memiliki misi penting dalam pendidikan, sosial, dan pelayanan gereja yang telah mereka jalankan sejak zaman kolonial hingga sekarang.   Setelah mendapat banyak pengetahuan dari Pater Windar, S.J., kami berkesempatan untuk mengunjungi museum kecil Jesuit yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah dari romo-romo pendahulu. Museum tersebut memamerkan koleksi yang menggambarkan perjuangan dan dedikasi para Jesuit dalam menyebarkan ajaran Katolik di berbagai wilayah di Indonesia, memberikan gambaran nyata mengenai jejak perjalanan misi mereka selama ratusan tahun.     Harapan dari kegiatan ini adalah agar semangat menggereja orang muda semakin tumbuh, terutama dalam menghidupi Spiritualitas Ignasian yang ditekankan dalam ajaran Jesuit. Dengan memahami sejarah dan nilai-nilai yang dipegang oleh ordo ini, kami diharapkan dapat lebih terinspirasi untuk melayani sesama dan lebih aktif dalam kegiatan menggereja, sejalan dengan semangat refleksi, pengabdian, dan kedalaman batin yang diajarkan oleh Santo Ignatius dari Loyola.   Kontributor: Gedangan Muda

Pelayanan Gereja

VISUALISASI JALAN SALIB HIDUP 2024: [sudah selesai]

Di kayu salib, sebelum Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya berserah dan berkata, “Sudah selesai.”   Apakah ini berarti kekalahan? Apakah Yesus kalah karena pada akhirnya Ia menyerahkan diri untuk di salib dan menebus dosa kita?   Sebaliknya, kalimat ini bermakna Yesus telah menang!   Ia menang atas besarnya kasih yang diberikan bagi umat manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa hingga akhir hidup-Nya. Sesungguhnya inilah kasih yang taat sampai mati.   Kita pun memanggul salib kehidupan kita masing-masing, yang seringkali wujudnya tidak nampak. Namun, apakah kita siap memenangkan diri kita atas hal-hal dan perbuatan baik?   -terinspirasi dari homili Pater Dodo, S.J.   Visualisasi Jalan Salib Hidup | 29 Maret 2024 | 10.00 WIB | OMK Paroki St. Yusup Gedangan | Halaman Bintang Laut – TK Theresia – SD Marsudirini – Susteran OSF                 Kontributor: Gedangan Muda