capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Menyongsong Ekologi di Tengah New Normal

Date

Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si menuliskan, “Saudari ini (bumi) sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena tanpa tanggung jawab kita menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya” (LS 2). Keprihatinan yang sama juga ditangkap oleh Serikat Universal lewat poin keempat Preferensi Kerasulan Universal untuk “Merawat Rumah Kita Bersama”.
Pada Jumat sampai dengan Minggu, 19-21 Juni 2020, keprihatinan tentang Rumah Kita Bersama coba didalami lagi oleh para Romo, Frater dan Bruder Komunitas Kolese Hermanum Jakarta dalam program Refleksi Akhir Tahun (RAT). Refleksi Akhir Tahun biasa dilakukan setiap bulan Juni. Acara ini dimaksudkan sebagai momen untuk merefleksikan satu tahun ajaran yang telah berlalu dan menggali semangat untuk menyongsong tahun ajaran yang akan datang. Caranya adalah dengan memberi jawaban atas pertanyaan “apa yang telah, sedang, dan akan aku lakukan?” (LR 53) lewat evaluasi, input dari nostri, dan pembuatan action plan. Kerangka tersebut terbagi dalam tiga hari yang (khusus tahun ini) dilakukan secara daring lewat aplikasi Google Meet.

Hari Pertama (Evaluasi)
Tahap pertama di hari pertama dimulai dengan pengantar dari Rm. Sudiarja (Rektor) dan evaluasi dari Br. Suprih (Minister), Rm. Nugie (Prefek Ad Extra), Fr. Rony (Bidel Umum KOLMAN), serta Fr. Popo (Perwakilan Senat Mahasiswa) pada pukul 08.00-10.00. Rm. Sudiarja memberi pengantar singkat terkait arah dasar RAT. Setelah itu, Br. Suprih memberikan evaluasi tentang besaran pengeluaran KOLMAN selama setahun, Rm. Nugie memberikan evaluasi tentang kerasulan frater dan bruder KOLMAN, Fr. Rony memberi evaluasi tentang kegiatan yang telah dialami selama satu tahun (retret, aktualia, rekoleksi, dan kursus-kursus), dan Fr. Popo memberi evaluasi tentang keterlibatan para frater dan bruder dalam Senat Mahasiswa STF Driyarkara.
Setelah evaluasi komunitas besar, acara dilanjutkan dengan evaluasi dalam lingkup unit pada pukul 11.00-12.00. Evaluasi setiap unit menyesuaikan dengan action plan tahun sebelumnya dan kekhasan unit masing-masing. Tema-tema tentang hidup berkomunitas yang menjadi misi kita sejak Kongregasi Jendral 35 dominan ditekankan dalam setiap unit. Selain itu, kesadaran sebagai komunitas formasi muncul lewat upaya menyeimbangkan hidup studi, hidup berkomunitas (pemenuhan kebutuhan bersama), dan pengembangan minat pribadi. Anggota unit yang baru saja berpindah diberi kesempatan untuk menyampaikan harapan dan pertanyaan.

Hari Kedua (Input Nostri)
Pada hari kedua, Rm. A. Andang Listya Binawan SJ membagikan pengalamannya dalam menghidupi semangat ekologis. Cerita Rm. Andang menjadi pengantar untuk refleksi komunitas tentang “Ekologi, New Normal, dan Kehidupan Unit”. Rm. Andang memberikan kerangka pertobatan personal dan mendorong pertobatan komunitas dalam rangka memperhatikan ekologi.
Beliau mengawali dengan memberi tekanan bahwa formasi itu soal bertumbuh dan berbuah bukan hanya bagi sesama (ini masih antroposentris), tetapi bagi dunia. Secara khusus, dalam formasi filsafat, seseorang dituntut untuk berpikir secara diskursif. Hal ini berbeda dengan gerak pada sisi ekologis yang lebih mengarah pada sikap intuitif. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah habitus doa dan refleksi untuk mendamaikan cara berpikir diskursif dan intuitif, lalu mengambil suatu pola tindakan habitual.
Pola tindakan habitual yang berorientasi pada proses merupakan ciri gerakan iman yang berbeda dari gerakan sosial. Gerakan sosial cenderung berorientasi pada hasil sedangkan gerakan iman berorientasi pada proses dan dibangun lewat pengalaman mistik: sebuah pengalaman kesatuan dengan Allah. Menyinggung Latihan Rohani, Rm. Andang berulang kali mengutip soal Kontemplasi Mendapatkan Cinta (KMC). St. Ignatius mengajak para retretan (terkhusus Jesuit) untuk melihat segala ciptaan sebagai karya Allah dan Allah yang hadir dalam segala ciptaan. Dalam Ensiklik Laudato Si, tema besar ini ada dalam bab ketiga dan keenam.
Jadi, kita diundang bukan hanya untuk melakukan tindakan seperti menghemat air, tidak menggunakan plastik, maupun membuat kompos. Bagian terpenting justru adalah pengalaman keterhubungan secara mendalam dengan Tuhan dalam tindakan-tindakan tersebut. Pertanyaan “Apa yang telah aku lakukan untuk merawat bumi?” berganti dengan “Apakah aku sudah membuka hati akan karya Tuhan dalam doa lewat ciptaan-Nya?”
Dalam masa pandemi Covid-19, segala hal semakin dimurnikan. Relasi, perekonomian, bahkan cara beribadah dilakukan secara baru. Ekaristi dan kegiatan keagamaan yang bisa dilakukan secara daring, membuat kita semua perlu mencari kedalaman ekaristi itu lagi dan lagi. Oleh karena itu, New Normal sesungguhnya adalah melakukan hal-hal yang sudah dilakukan tetapi secara baru. Dalam kaitan dengan spiritualitas, cara baru ini dilakukan dalam keterhubungan dengan Allah (dengan pengalaman mistik). Dengan demikian, kesaksian hidup yang otentik dapat menjadi suatu pewartaan yang akan menarik orang.

Hari Ketiga (Perumusan Action Plan)
Segala input dan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang telah diberikan oleh Rm. Andang menjadi ‘bahan bakar’ untuk acara pada hari ketiga. Pada pukul 10.00-12.00 WIB, setiap unit merumuskan Action Plan yang akan dilakukan sepanjang tahun ajaran 2020/2021. Tidak hanya komunitas unit, komunitas romo dan bruder Johar Baru juga turut merumuskan Action Plan mereka. Perumusan Action Plan tersebut bernuansa 6 hal: sampah, makanan, tanaman, ternak, listrik, dan pendalaman lewat studi/refleksi. Keenam hal ini dirumuskan seturut dengan kekhasan dan fleksibilitas setiap unit.
Sebagai contoh, Unit Pulo Nangka dan Unit Wisma Dewanto yang memiliki program Cafe Puna dan Jestfriend memunculkan rencana berupa refleksi atau studi bersama dengan tema ekologi. Selain itu, Unit Johar Baru, Kramat VI, dan Kampung Ambon yang telah membiasakan pemilahan sampah memilih untuk mengadakan program lanjutan seperti pembuatan kompos maupun pendisiplinan lebih lanjut soal pemilahan.
Hasil pembicaraan Action Plan di unit masing-masing akhirnya dibawa dalam pleno pada pukul 16.00-17.30 WIB. Setiap bidel unit baru mempresentasikan Action Plan untuk satu tahun ajaran ke depan. Rm. Andang menanggapi dengan menegaskan kembali soal kecenderungan manusia yang memiliki sifat egosentris, pelupa, dan tidak mau repot. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan doa, sarana-prasarana, dan kontrol/monitoring. Doa dibutuhkan untuk mengubah mindset dan menguatkan motivasi. Sementara itu, sarana-prasarana dan kontrol dibutuhkan untuk mewujudkannya sebagai suatu gerakan. Dengan demikian, Action Plan yang dirumuskan akan menjadi sebuah habitus yang datang dari kesadaran diri didukung kesadaran komunal.
Semoga perumusan Action Plan ini tidak berhenti pada tataran plan semata, melainkan mengejawantah dalam action yang berakar secara spiritual sekaligus menginspirasi sebagai sebuah kesaksian ekologis.

Fr. Yosephus Bayu Aji P., SJ (Filosofan tingkat III)
Fr. Lambertus Alfred, SJ (Filosofan tingkat I)

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *