capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Dari Wayang Hingga Gamelan, SMA Kolese Loyola Tumbuh dalam Keberagaman

Date

Ada anggapan bahwa kesenian tradisional itu kuno dan ketinggalan zaman, apalagi untuk remaja milenial yang sudah serba digital ini. Namun anggapan ini sedikit demi sedikit mulai pudar. Kini makin banyak inovasi kesenian yang menggabungkan konsep tradisional dan modern. Pada hari Jumat, 12 Agustus 2022 lalu, Kota Semarang digegerkan dengan adanya perhelatan Wayang on The Street. Acara ini tidak luput dari perhatian warga Semarang, sebab ini merupakan rangkaian acara seni budaya road to Festival Kota Lama Semarang. Acara ini digelar di Kawasan Kota Lama, tepatnya di Parkiran Laroka. Mengangkat tokoh utama wayang Mahabarata yakni Bima, lakon ‘Cerita Sang Bima’ menampilkan live gamelan serta 77 talent yang berasal dari Sanggar Laskar Muda Ngesti Pandowo Semarang. Sanggar ini bergerak di bidang pertunjukan seni tradisional Wayang Orang (WO) profesional. Tidak hanya itu, acara pun dimeriahkan oleh para tamu undangan dari berbagai instansi, sekolah, maupun kelompok kesenian yang mengikuti parade wayang serta flash mob opening. Para peserta yang kebanyakan adalah remaja diharuskan mengenakan kostum wayang atau busana etnik Jawa.

Tak mau ketinggalan, SMA Kolese Loyola turut memeriahkan acara parade wayang dengan mengirimkan empat KKL atas nama Rajendra sebagai Bima, Giasinta sebagai Arimbi, Johan Felix sebagai Rama, dan Avelia sebagai Shinta. Keempat peserta mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir dan dua diantara mereka yakni Rajendra dan Giasinta berhasil menyabet penghargaan medali untuk ‘Kostum Terbaik Kategori Busana Wayang.’ 

SMA Kolese Loyola turut memeriahkan acara parade wayang dengan mengirimkan empat KKL . Dokumentasi: HUMAS Kolese Loyola

Satu hari setelahnya yakni Sabtu, 13 Agustus 2022, Gamelan Soepra Loyola mendapat kesempatan berharga untuk berpartisipasi dalam acara Konser Rapsodia Nusantara yang digelar oleh pemerintah kota Semarang di Sam Poo Kong. Konser yang digelar dalam rangka perayaan HUT ke-72 Jawa Tengah ini menampilkan pertunjukan orkestra yang berpadu dengan kolintang serta gamelan di bawah arahan Dwiki Dharmawan. Para KKL kelas XI mampu tampil dengan apik dan memuaskan. Latihan yang telah mereka jalani tidak sia-sia meski awalnya konser sempat tertunda selama dua jam karena hujan yang mengguyur Semarang.

Parade Wayang dan Konser Rapsodia Nusantara hanyalah dua dari sekian banyak kegiatan yang diikuti oleh para KKL di SMA Kolese Loyola dalam bidang kebudayaan. Para KKL diajak melihat keberagaman seni tradisional yang kini mulai terkikis zaman. Dengan adanya kegiatan kolaborasi, diharapkan akan menumbuhkan semangat KKL dalam hal kebudayaan. Bahwa ternyata kesenian tradisional seperti Wayang Orang dapat dikemas dengan menarik melalui parade dan flash mob. Lalu alat musik tradisional seperti kolintang dan gamelan mampu bersanding dengan orkestra untuk menciptakan harmoni musik yang indah.

Budaya tidak pernah berakhir, selalu ada yang baru. Selalu ada bentuk kesenian yang baru, gerak tari, lagu, lukisan. Budaya adalah kisah tanpa akhir.

Malsie Junardy

Kutipan di atas menggambarkan bahwa seni dan budaya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Gairah kebudayaan dapat disebarkan melalui pertunjukan seni yang dikemas secara apik dan ditampilkan oleh para seniman kondang. Akan tetapi lambat laun, kesenian tradisional mulai dipinggirkan oleh perubahan generasi yang menyukai musik serta pertunjukan seni modern seperti misalnya konser K-Pop, Jazz, Rock, dan lain sebagainya, sehingga sulit bagi kesenian tradisional untuk mendapat tempat di hati para kawula muda.

Kesenian tradisional bisa saja disebut ketinggalan zaman, namun kreativitas para seniman tidak bisa diragukan begitu saja. Mereka terus berinovasi menciptakan ragam seni yang baru. Ambil saja contohnya dari kesenian gamelan dan wayang yang mungkin tak banyak diminati anak muda masa kini karena terkesan tua bahkan kuno. Dengan adanya inovasi karya dan kolaborasi, yang tadinya terkesan kuno, kini bisa menjadi sebuah kebanggan bersama.

Kontributor: Veronika Oktaviani Astuti, S.Pd. – Guru SMA Kolese Loyola

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *