Pada 1 Februari 2021, militer Myanmar merebut kekuasaan secara paksa dan menangkap Aung San Suu Kyi. Kantor Komunikasi SJ Kuria Roma menghubungi Jesuit di Myanmar dan meminta mereka mengklarifikasi apa yang saat ini mereka alami. Pesan mereka memberi gambaran yang seimbang tentang situasi sebenarnya dan mengajak kita untuk berbela rasa dengan saudara-saudari kita di Myanmar.
Sebagai langkah awal, untuk menghindari terjadinya kekerasan, para pemuka agama menyerukan agar negara lain tidak menunjukkan reaksi yang tergesa-gesa. Kardinal Charles Mang Bo, pada tanggal 3 Februari 2021 menulis, “Dilandasi rasa cinta kepada semua orang dan demi mencari solusi terbaik, marilah kita berdoa agar kegelapan yang telah lama menyelimuti bangsa kita tercinta ini segera berakhir.” Ia mendorong semua orang untuk “tetap tenang dan jangan melakukan kekerasan agar tidak jatuh korban yang tidak perlu.” Ia menambahkan, “Kita telah menumpahkan cukup banyak darah. Jangan lagi kita tumpahkan lebih banyak darah di negeri ini.” Menurutnya, jalan rekonsiliasi adalah satu-satunya yang dapat diterima. Perdamaian dapat diusahakan melalui jalan dialog dan demokrasi menjadi cahaya yang menerangi jalan ini.

Hari berlalu. Sambil menahan diri tetapi sekaligus menunjukkan dukungan nyata bagi rakyat Myanmar, para pemimpin dari beberapa negara telah menyatakan keprihatinan mereka. Paus Fransiskus dalam dua kali kesempatan juga telah meminta warga dunia untuk berdoa bagi rakyat Myanmar di masa sulit ini. Dalam semangat persaudaraan universal, ia menekankan bahwa kehidupan kita dijalin bersama dan ditopang oleh orang-orang biasa yang sering dilupakan tetapi dengan tanpa keraguan justru pada hari-hari ini menulis sejarah yang menentukan di zaman kita ini.” Ia juga menyerukan agar para pemimpin politik segera dibebaskan dari penjara dan suara jutaan warganya dihormati.
Pater Jenderal Arturo Sosa mengajak kita semua untuk turut berdoa bagi bangsa Myanmar. Dalam suratnya pada 12 Februari 2021, ia menulis demikian, “Kudeta militer di Myanmar telah menjadi berita utama di banyak bagian dunia. Ini adalah perkembangan yang sangat meresahkan, terutama setelah pemilihan umum November 2020, yang mengamanatkan pemerintahan dipegang sipil dan amanat tersebut oleh banyak pengamat dianggap kredibel dan mencerminkan keinginan rakyat. Saya khawatir dengan represi lebih lanjut dan pembatasan hak asasi manusia, lebih banyak kemiskinan dan penderitaan terlebih dalam situasi pandemi saat ini, dan berujung kekerasan. Saya sangat mengkhawatirkan keselamatan para Jesuit di Myanmar dan semua sahabat dalam perutusan kita di sana.”
Berbicara langsung kepada saudara se-Serikat di Myanmar, Pater Jenderal menambahkan, “Penting bagi kita untuk membuka dialog yang dapat membantu menuju analisis situasi yang lebih dalam demi membantu memetakan jalan alternatif ke depan. (…) Saya turut berdoa secara sungguh-sungguh bersama seluruh Serikat bagi kebaikan Myanmar. Melalui perantaraan Bunda Maria, saya juga berdoa agar kita semua dapat terus memberikan kesaksian tentang apa artinya menjadi seorang kristiani dan putra St. Ignatius.”
Diterjemahkan oleh Herman Wahyaka dari artikel berbahasa Inggris “Father General Calls For Support For The People of Myanmar: https://www.jesuits.global/2021/02/22/father-general-calls-for-support-for-the-people-of-myanmar/ Terakhir diakses pada tanggal 2 Maret 2021.