Pilgrims of Christ’s Mission

diakon

Tahbisan

Aku ada di Tengah-tengah Kamu sebagai Pelayan

Dalam suasana duka atas berpulangnya Paus Fransiskus, Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Provindo) layak bersyukur dan bergembira atas tahbisan diakon yang diterima oleh Frater Leo Perkasa Tanjung, S.J. Fr. Leo adalah putera Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, Bali. Fr. Leo ditahbiskan bersama kelima belas skolastik Jesuit lain yang berasal dari 10 negara berbeda. Salah satu dari mereka adalah Fr. Joachim Tin Aung Lwin, S.J. (Regio Myanmar) yang juga pernah menjalani formasi filsafat di Kolese Hermanum dan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara.   Rangkaian Perayaan Tahbisan diawali dengan Retret Delapan Hari dan dilanjutkan dengan Ibadat Malam Tahbisan Diakon pada Senin, 21 April 2025. Ibadat tersebut mengungkapkan dukungan Rohani dari anggota komunitas dan setiap orang yang hadir bagi keenambelas diakon yang akan ditahbiskan. Ibadat diadakan di Kapel Komunitas Collegio Internazionale del Gesù dan dihadiri seluruh anggota komunitas Collegio. Selain itu, turut hadir pula tamu undangan dan segenap keluarga para calon diakon, termasuk keluarga besar Fr. Leo.   Keesokan harinya, Selasa, 22 April 2025, tepat pukul 16.00 waktu Roma, Fr. Leo dan  kelimabelas frater lainnya menerima tahbisan diakon dari tangan Mgr. Anthuane Ilgit, S.J., Administrator Vikariat Apostolik Anatolia yang juga adalah alumnus Collegio Internazionale del Gesù. Perayaan Ekaristi ini dirayakan secara konselebrasi. Mgr. Anthuane didampingi pula oleh Kardinal Gianfranco Ghirlanda, S.J., Pater Jenderal Arturo Sosa Abascal, S.J., Pater Johan Verschueren, S.J. (Delegat Pater Jenderal untuk Rumah Internasional Roma), dan Pater William Keith Abranches, S.J. (Rektor Collegio Internazionale del Gesù). Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Perayaan Ekaristi Tahbisan diselenggarakan di Gereja Santissimo Nome di Gesù, Roma.      Tema yang dipilih tahun ini mengutip Injil Lukas 22:27, “Io sono in mezzo a voi come colui che serve (Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan).” Dalam homilinya, Mgr. Anthuane menegaskan peran penting diakon. Sejak awal, diakon  adalah mereka yang dipilih dan menjadi perpanjangan tangan para rasul dalam merawat jemaat. Identitas sebagai diakon tidak terlepas dari tugas utamanya untuk melayani dan memberikan dirinya kepada banyak orang. Masa diakonat kerap kali dipandang sebagai masa transisi, terutama bagi mereka yang tengah mempersiapkan diri menerima rahmat tahbisan imam. Akan tetapi, Mgr. Anthuane menegaskan bahwa sekalipun identitas seseorang nantinya berubah, panggilan untuk menjadi pelayan diharapkan tetap melekat dalam diri seseorang. “Ingatlah Saudara-Saudara, sekalipun dalam waktu dekat engkau akan menjadi imam atau bahkan uskup, tetaplah menjadi seperti seorang diakon, tetaplah menjadi seorang pelayan!”    Akan tetapi, Mgr. Anthuane menegaskan bahwa panggilan untuk menjadi orang yang siap melayani tidak dapat terwujud jika masing-masing diakon tidak mengalami terlebih dahulu  panggilan personal dari Allah sendiri. Masing-masing diakon dipanggil oleh Allah dengan nama mereka. Hal ini senada dengan pengalaman Maria Magdalena, yang menemukan makam kosong Yesus. Baru ketika Yesus memanggilnya “Maria!”, Maria Magdalena mengenali siapa Yesus dan bergegas mewartakan perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit. Perjumpaan dengan Tuhan inilah yang memberi daya ubah dalam hidup seseorang. Mgr. Anthuane mengatakan, “Setiap manusia adalah sejarah cinta yang Allah sendiri tuliskan di dunia ini. Allah mengenal lewat nama kita, menyertai kita, mengampuni kita, dan memiliki kesabaran atas diri kita.” Oleh karena itu, menurut Mgr. Anthuane, kedekatan dan kedalaman relasi dengan Allah inilah yang menjadi asas  dan dasar bagi seseorang yang hendak mendedikasikan diri dalam pelayanan kepada Allah dalam  gereja-Nya.     Seusai Perayaan Ekaristi Tahbisan, acara dilanjutkan dengan ramah tamah bersama  dengan segenap keluarga dan tamu undangan di halaman tengah Collegio dan diakhiri dengan santap malam bersama di ruang makan Collegio. Seusai menerima  tahbisan, para diakon akan melanjutkan perutusan untuk menyelesaikan studi teologi yang  tengah mereka jalani di Universitas Kepausan Gregoriana. Mari kita doakan agar Fr. Leo dan  kelima belas diakon yang baru saja ditahbiskan dapat menjadi pewarta harapan dan pelayan Kabar Gembira bagi semakin banyak orang.    Kontributor: Sch G.A. Satriyo Wibisono, S.J.

Tahbisan

Tahbisan Diakon 2025: Hendaklah Kamu Murah Hati

Sebelas frater dari berbagai keuskupan dan kongregasi menerima tahbisan diakon dari tangan Bapa Uskup Mgr. Rubiyatmoko pada Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan di Kapel Seminari Tinggi St Paulus, Kentungan, 28 Januari 2025 pukul 10.00 WIB. Salah satu frater tertahbis berasal dari Serikat Jesus Provinsi Indonesia, yakni Fr. Jakobus Aditya Christie Manggala, S.J. Fr. Adit merupakan putera Paroki Babadan, Yogyakarta. Mgr Rubiyatmoko memimpin perayaan ini, didampingi oleh Romo Alexius Dwi Ariyanto, Pr selaku Rektor Seminari Tinggi St Paulus Kentungan dan Romo Barnabas Kara, OCD selaku Superior Rumah Teologan OCD St. Theresia Lisieux, Yogyakarta.   Tema tahbisan diakon kali ini adalah “Hendaklah kamu murah hati.” Murah hati seperti halnya Allah Bapa murah hati dan pribadi Yesus dalam karya pelayanan-Nya. Inspirasi tema ini berasal dari Lukas 6: 36. Dalam homilinya, Mgr. Ruby mengingatkan para calon diakon untuk menghidupi panggilannya dengan murah hati. Menurut Mgr. Ruby, ada tiga hal yang menjadi ciri pribadi yang murah hati, yaitu tulus, serius, dan total. Tulus: para diakon diharapkan mampu menjalankan pelayanannya dengan tulus, sepenuh hati, tanpa pamrih, serta mengutamakan kepentingan yang dilayani, bukan pertama-tama kepentingan diri sendiri. Serius: pelayanan hendaknya dilakukan dengan tekad dan niat untuk senantiasa serius, sungguh-sungguh, dipersiapkan dengan baik, dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Total: harapannya, dalam pelayanan para diakon semakin rela mengorbankan dirinya sendiri, seperti Yesus yang berani untuk menyerahkan dirinya bagi kita yang dicintai-Nya.   Selanjutnya, para diakon tertahbis ini mendapat perutusan untuk melanjutkan tugas yang saat ini sedang mereka emban. Diakon Adit melanjutkan studi S2 Teologi dan Licensiat di Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma.   Setelah Ekaristi, diakon Adit, keluarga, dan tamu undangan beramah tamah di Kolsani. Semoga para diakon tertahbis semakin bersukacita dalam tugas, perutusan, serta peran baru ini dan pada akhirnya mampu mewartakan sukacita itu bagi banyak orang.   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator Jesuit Indonesia

Formasi Iman

Homili Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam Tahbisan Diakon Serikat Yesus Rabu, 8 Mei 2019

Salah satu hal yang penting ketika orang ditahbisakan menjadi Diakon atau menjadi Imam adalah soal ketaatan. Dalam bacaan Injil dikatakan oleh Yesus, ketika kamu masih muda, kamu bisa mengatur diri sendiri, pergi kemana pun kamu mau. Namun ketika sudah menjadi dewasa atau sudah ditahbiskan maka kita tidak bisa berbuat semaunya kita. Sebaliknya kita akan ditali, diikat dan ditarik kemana Tuhan mengundang. Akhirnya Tahbisan menjadi tanda Ketaatan kita yang paling total kepada Kristus.