Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Gereja

Pelayanan Gereja

Mengenal Jesuit Lebih Dalam

Minggu, 20 Oktober 2024, teman-teman Gedangan Muda (sebutan untuk OMK Paroki St. Yusup Gedangan, Semarang) mengadakan kunjungan ke Provinsialat Serikat Jesus Provinsi Indonesia.   Dalam kunjungan ini, kami berkesempatan untuk mengenal lebih dalam mengenai persebaran Jesuit di Indonesia serta peninggalan romo-romo yang telah meninggal. Pater Windar Santosa, S.J. menceritakan mengenai kisah sejarah Jesuit serta apa saja yang biasa dilakukan. Beliau juga menjelaskan tugas-tugas perutusan Jesuit yang berakar pada spiritualitas Ignasian, yang menekankan refleksi batin, pelayanan, dan pengabdian kepada sesama. Jesuit memiliki misi penting dalam pendidikan, sosial, dan pelayanan gereja yang telah mereka jalankan sejak zaman kolonial hingga sekarang.   Setelah mendapat banyak pengetahuan dari Pater Windar, S.J., kami berkesempatan untuk mengunjungi museum kecil Jesuit yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah dari romo-romo pendahulu. Museum tersebut memamerkan koleksi yang menggambarkan perjuangan dan dedikasi para Jesuit dalam menyebarkan ajaran Katolik di berbagai wilayah di Indonesia, memberikan gambaran nyata mengenai jejak perjalanan misi mereka selama ratusan tahun.     Harapan dari kegiatan ini adalah agar semangat menggereja orang muda semakin tumbuh, terutama dalam menghidupi Spiritualitas Ignasian yang ditekankan dalam ajaran Jesuit. Dengan memahami sejarah dan nilai-nilai yang dipegang oleh ordo ini, kami diharapkan dapat lebih terinspirasi untuk melayani sesama dan lebih aktif dalam kegiatan menggereja, sejalan dengan semangat refleksi, pengabdian, dan kedalaman batin yang diajarkan oleh Santo Ignatius dari Loyola.   Kontributor: Gedangan Muda

Pelayanan Gereja

56 Tahun Paroki Bongsari Gembira Melangkah

Gembira bersama kita melangkah, itulah sepenggal lirik dari Mars Paroki St. Theresia Bongsari karya alm. Martin Runi. Kalimat ini selalu digaungkan dalam semangat hidup umat Paroki Bongsari. Umat diajak melangkah maju dengan penuh kegembiraan sembari mewartakan sabda Allah kepada sesama.   Tak terasa paroki St. Theresia Bongsari memasuki usia 56 tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang untuk sebuah paroki dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan komunitasnya. Dalam rangka tahun formatio iman di Keuskupan Agung Semarang, HUT Paroki mengambil tema “Dengan Spiritualitas St. Theresia mewujudkan formatio iman berjenjang dan berkelanjutan”.   Menilik 56 tahun yang lalu, tahun 1968, paroki St. Theresia Bongsari resmi berdiri dan dikepalai oleh Pater Ingen Housz, S.J. Nama St. Theresia dipilih sebagai nama paroki Bongsari karena doa sebuah keluarga telah terkabul melalui perantaraan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Sejarah pemilihan nama ini disampaikan oleh Pater Didik Chahyono, S.J., sebagai pastor kepala pada saat homili dalam misa perayaan HUT Paroki Bongsari pada Minggu, 6 Oktober 2024 lalu.   Dalam homilinya, Pater Didik juga menyampaikan kehidupan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang menginspirasi langkah hidup umat Bongsari. Dalam homili tersebut, Pater Didik menyampaikan bahwa St. Theresia merupakan seorang biarawati yang rajin berdoa. St. Theresia ini menganggap dirinya seperti bunga mawar kecil yang akan ia berikan kepada orang-orang yang memohon perantaraannya.     Perayaan Ekaristi Puncak Hari Ulang Tahun Paroki dipimpin oleh Pastor Kepala dengan konselebran romo vikaris parokial Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., dan Pater Clemens Budiarta, S.J. pada 6 Oktober 2024. Ekaristi ini diawali dengan perarakan vandel, dilengkapi pemberkatan gunungan sayur dan diiringi dengan paduan suara Mlengse Voice yang berkolaborasi dengan tim keroncong Tjong D’goest dari Paroki Banyumanik, Semarang.   Pada saat memasuki angka 58 (lima dan delapan), Pater Didik berharap bahwa Paroki Bongsari dapat menjadi paroki yang sungguh “mapan.” Kemapanan ini ditunjukkan dengan gedung pelayanan pastoral Grha Argya, kapel adorasi, dan tata kawasan yang sudah selesai dibangun sebagai fasilitas-fasilitas pendukung untuk kegiatan umat paroki Bongsari. Dalam perayaan ini ada juga launching dan pengenalan website parokibongsari.org yang dilengkapi dengan fitur data umat (SIBO) dan pemesanan ruang.   Pasca perayaan Ekaristi, umat langsung disambut dengan hidangan bubur yang telah disiapkan oleh perwakilan umat dari setiap wilayah di paroki Bongsari. Bubur yang disiapkan pun beragam, mulai dari yang gurih seperti bubur dengan topping telur bacem dan sambal goreng sampai bubur candil yang manis. Sembari menikmati hidangan bubur, umat yang hadir juga disuguhi oleh berbagai penampilan dari perwakilan umat Paroki Bongsari.   Ada berbagai rangkaian acara HUT Paroki Bongsari. Bentuk acara ini merupakan implementasi Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus. Paroki Bongsari membuat beberapa kegiatan, antara lain: Menunjukkan Jalan Menuju Allah: sepanjang bulan Oktober mengadakan empat kali pertemuan katekese pelindung paroki, mengenal spiritualitas St. Theresia di akhir doa rosario. Berjalan Bersama yang Terkucilkan: pembagian sembako untuk masyarakat yang membutuhkan pada puncak HUT Paroki. Peziarahan Bersama Orang Muda: mengadakan katekese untuk anak-anak yang melibatkan sinergi pendamping PIA dan tim OMK pada 8 September 2024. Merawat Rumah Kita Bersama: melakukan kegiatan tabur benih ikan dan senam bersama di area waduk Jatibarang, Kec. Gunungpati pada 29 September 2024.     Meskipun dikemas sederhana, kegembiraan yang terpancar dari umat yang hadir dalam perayaan HUT ke-56 paroki Bongsari sungguh dapat dirasakan dalam rangkaian acara ini. Semoga di usia semakin matang, Paroki semakin menghidupi kharisma St. Theresia, memakai horison Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus, dan dalam kesepahaman dengan gerak gereja Keuskupan Agung Semarang.   Sebagai pelengkap sukacita ulang tahun, pada tanggal 23 Oktober 2024, Komsos Paroki Bongsari memenangkan lomba film dokumenter dengan tema Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) tingkat Kevikepan Semarang. Ada dua kategori yang dimenangkan, yakni Juara I dan Juara Favorit. Hadiah diberikan langsung oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam acara penutupan tahun FIBB di Paroki Kudus. Semoga iman umat semakin diperdalam dan nama Allah semakin dimuliakan dengan pencapaian-pencapaian ini.   Kontributor: Anastasia Adristri – Paroki Bongsari 

Pelayanan Gereja

Pemberkatan dan Peresmian Gedung Pelayanan Pastoral Paroki Bongsari di Hari Kemerdekaan RI

Tepat di peringatan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 2024, Bapak Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko meresmikan dan memberkati Gedung Pelayanan Pastoral Grha Argya, Paroki St Theresia Bongsari Semarang. Pemberkatan dilakukan dalam misa konselebrasi bersama Provinsial Serikat Jesus Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dan Pastor Paroki Pater Eduardus Didik Chahyono, S.J., beserta empat pastor yang lain, yaitu Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., Pater Clemens Budiarta, S.J., dan Pater Bonifasius Melkyor Pando, S.J. Selain peresmian Grha Argya, diresmikan pula Kapel Adorasi St Ignatius (taman dan kawasan baru Gereja Bongsari).   Di hari penuh syukur ini Bapak Uskup mengajak seluruh umat untuk bersyukur atas selesainya pembangunan gedung pelayanan pastoral Grha Argya yang memiliki arti rumah pemuliaan atau persembahan kepada Allah. Lalu apa yang akan kita persembahkan untuk kemuliaan Allah? Apa yang kita persembahkan dengan gedung ini? “Persembahan itu tentu persembahan terbaik dan berkualitas, yaitu iman kita,” tandas Monsinyur.   “Saya berharap, iman akan Yesus Kristus dapat berkembang dengan adanya Gedung Pelayanan Pastoral Grha Argya. Karena gedung ini dipakai untuk proses pembinaan iman dan pewartaan secara terus-menerus dan dari waktu ke waktu. Ini melibatkan anak-anak sampai orang dewasa. Gedung ini akan menghasilkan buah berlimpah ketika umat yang terlibat memberikan diri penuh ketulusan hati, kerelaan, dan dedikasi demi kemuliaan Tuhan,” harap Bapak Uskup.   Sementara itu Pater Didik menyampaikan bahwa pembangunan gedung pelayanan pastoral ini menelan biaya lebih dari 12 milyar rupiah. Dari mana dananya? Pater pun tidak tahu. “Karena kita tidak memulainya dengan simpanan yang ada. Melainkan memulainya dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria, serta tentunya seluruh umat,” tandasnya. Pada kesempatan tersebut, Ketua Panitia Pembangunan, Ignatius Natalis Utomo, menyatakan rasa syukur atas selesainya pembangunan ini. Menurutnya, panitia telah bekerja sejak 2019 atau hampir 5 tahun. Ia pun memperkenalkan satu per satu panitia pembangunan. Dengan diresmikannya gedung pelayanan dan berakhirnya pembangunan, Natalis menyerahkan secara simbolis kunci gedung pelayanan kepada ketua PGPM Paroki Bongsari, Pater Didik.      Sebagai bentuk syukur diadakan pemotongan tumpeng dan penandatanganan prasasti peresmian sebelum berkat penutup. Penandatangan prasasti dilakukan oleh Bapak Uskup, Provinsial Serikat Jesus, dan Romo Kepala Paroki Bongsari. Tumpeng yang dipotong oleh Bapak Uskup diserahkan kepada Pater Didik dan Pater Benny menyerahkan potongan tumpeng kepada Natalis Utomo. Di akhir misa, Bapak Uskup menyampaikan proficiat kepada umat Paroki Bongsari. Menurutnya, Paroki Bongsari adalah paroki yang getol, gencar, dan bersemangat dalam pembangunan dan penggalian dana. “Dalam beberapa kesempatan saya berpesan kepada paroki-paroki lain. Contonen Bongsari kae le golek dana luar biasa dan proses yang dijalani sesuai prosedur berdiskusi dengan Tim Pembangunan Ekonomat Keuskupan!” ungkap Bapak Uskup.   Pembangunan yang menelan biaya 12 M lebih itu meliputi gedung pelayanan pastoral dua lantai dengan luas 1600 m persegi lengkap dengan sound system dan furniture, kapel adorasi, taman, dan penataan kawasan. Setelah Perayaan Ekaristi ada pesta umat. Masing-masing lingkungan menyediakan minimal 40 porsi makanan dan minuman. Sambil menikmati sajian makan malam, umat menyaksikan tampilan dari adik-adik PIA, komunitas adiyuswa, musik OMK, gamelan soepra SMA Loyola, dan group Paksi band dari Yogyakarta.   Hadir dalam acara ramah tamah Kardinal Julius Darmaatmadja, Bante Cattamano, dan beberapa tokoh lintas agama. Dalam acara ramah-tamah disampaikan juga tanda penghargaan pada lingkungan dan donatur. Kemeriahan acara yang dilangsungkan di depan Gedung Pastoral yang megah menggambarkan kegembiraan umat atas keberadaan gedung pastoral paroki. Antonius Iwan Wahyudi selaku ketua panitia pemberkatan dan peresmian menyatakan, ”Saya sangat bersyukur proses pembangunan bisa berjalan lancar dan acara pemberkatan serta peresmian berlangsung meriah. Tidak kurang 1000 umat mengikuti perayaan Ekaristi belum termasuk para penampil yang bersiap mengisi acara. Umat mengapresiasi berhasilnya pembangunan gedung pelayanan pastoral dan tata kawasan gereja yang tampak luas, indah, sejuk, dan nyaman.”   Kontributor:  Antonius Tri – Panitia Peresmian Gedung Grha Argya dan Tata Kawasan Gereja St. Theresia Bongsari Semarang

Pelayanan Gereja

Charity Mini Concert Orchestra “Gift of God”

Sabtu, 27 Juli 2024 lalu, Pastoral Mahasiswa Surakarta mengadakan Charity Mini Concert Orchestra yang bertajuk “Gift of God” di Pendopo Paroki Mahasiswa Surakarta (PARMAS). Dalam kesempatan ini, PARMAS bekerjasama dengan Bengawan Symphony Orchestra dan Teras Kamar. Dana yang terkumpul dalam konser ini akan digunakan untuk renovasi gedung serta fasilitas yang ada di Paroki Mahasiswa Surakarta. Sebelum konser, ada perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh Pater Fransiskus Kristino Mari Asisi, S.J. dan Pater Hugo Bayu Hadibowo, S.J. Konser dimulai pada pukul 19.00 WIB. Lagu per lagu mulai dinyanyikan yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan lelang lukisan milik Om Hans & Pater Hugo, S.J. Banyak orang antusias mengikuti pelelangan tersebut. Ada dua orang yang membeli lukisan milik Om Hans & Pater Hugo. Pater Kristino. menampilkan tiga lagu yang ia gubah sendiri dan diaransemen untuk orkestra oleh Bengawan Symphony Orchestra. Pelelangan dilanjutkan dengan lukisan milik Pater Danang, S.J. dan setelah itu dilanjutkan dengan lagu terakhir dari Pater Kristino yang berjudul “Bunda Penuh Cinta.”      Setelah penampilan lagu tersebut, gitar yang digunakan oleh Pater Kristino juga dilelang. Gitar itu ditandatangani oleh Pater Kristino sendiri sebagai bentuk penghargaan atas ketersediaan pembeliaan. Sebagai pemuncak konser, Bapak Gabriel Rosanto Adi menyediakan diri untuk menyanyi bersama dengan Pater Kristino sebagai apresiasi atas konser yang diadakan dengan baik dan lancar.   Konser ditutup dengan pemberian bunga kepada Ibu Sari selaku koordinator Bengawan Symphony Orchestra, Bapak Gabriel Rosanto Adi sebagai Ketua Panitia Charity Concert ini, dan Mas Ferry sebagai konduktor. Setelah itu ditutup dengan sayonara dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat.   Kontributor: Joshua – KOMSOS Purbayan

Pelayanan Gereja

Bertualang di Bethlehem van Java

Sabtu, 27 April 2024, misdinar Gereja St. Yusup Gedangan mengadakan acara studi rohani Bethlehem van Java Misdinar ke kerkhof Muntilan, Museum Misi Muntilan, dan Gua Maria Sendangsono. Frater Yohanes Chrysostomus Wahyu Mega, S.J., pendamping misdinar, mengadakan program ini untuk misdinar dan beberapa tokoh lintas agama. Fr. Wahyu berharap melalui studi rohani Bethlehem van Java, misdinar Gedangan dapat memahami sejarah lahirnya misi kekatolikan di tanah Jawa, menumbuhkan semangat kekatolikan, dan toleransi antarumat beragama.   Beberapa tokoh lintas agama yang menemani kami adalah K.H. Khoirul Anwar (Pengasuh Ponpes Al-Insaniyyah, Salatiga), K.H. Abdul Qodir (Pengasuh Ponpes Roudhotus Sholihin, Demak), Ibu Rabi’atul Adawiyah, Ibu Naily Illyun, Bapak Lutfi (ketiganya adalah dosen UIN Walisongo, Semarang), Pendeta Setiawan Budi (Koordinator Persaudaraan Lintas Agama), Ibu Eva Yuni (Staf Bimas Katolik) dan Sr. Lutgardis, O.P. Ini pertama kalinya bagi kami mengalami perjumpaan dengan tokoh lintas agama.   Di Kerkhof Muntilan, kami mengunjungi makam Kardinal Justinus Darmojuwono yang merupakan kardinal pertama Indonesia. Selanjutnya kami mengunjungi makam Pater F. van Lith, S.J, Pater Hoevenaars, S.J. dan beberapa makam pater Jesuit Belanda lainnya. Tempat ini sangat jauh dari kesan menyeramkan tetapi sangat sejuk dan nyaman untuk berdoa.   Dalam bahasa Belanda, kerkhof memiliki arti halaman gereja. Berasal dari dua suku kata, yakni kerk yang bermakna gereja dan hoff yang berarti halaman. Mungkin karena sudah menjadi tradisi bangsa Eropa, khususnya Belanda, bahwa kuburan biasanya ditempatkan tidak jauh dari bangunan gereja. Kata kerkhof lambat laun menjadi sebutan yang familiar untuk kuburan atau pemakaman bangsa Belanda.     Setelah dari kerkhof kami menuju Museum Misi Muntilan. Sesampainya di Museum Misi, kami disambut oleh Bapak Seno. Kami dibagi menjadi dua kelompok besar untuk museum tour. Kami merasa takjub karena Museum Misi Muntilan menyimpan banyak sejarah mengenai perkembangan Agama Katolik. Kami melihat barang-barang peninggalan zaman dahulu seperti peralatan misa, altar dan mimbar dari kayu, jubah rama dan uskup, tongkat gembala, lonceng, dan masih banyak lagi.   Kami belajar tentang jejak sejarah Keuskupan Agung Semarang dan sejarah Gereja Katolik yang ada di Semarang. Ada satu peninggalan dari Pater van Lith, S.J. dan Pater Hoevenaars, S.J. yang menarik, yaitu doa Bapa Kami versi Bahasa Jawa. Kedua Pater ini dengan caranya sendiri menerjemahkannya ke dalam Bahasa Jawa.   Destinasi terakhir adalah Gua Maria Sendangsono. Sedikit informasi, Gua Maria ini masih bersangkutan dengan dua lokasi sebelumnya (Kerkhof Muntilan dan Museum Misi). Gua Maria Sendangsono adalah tempat di mana Pater van Lith , S.J. membaptis 171 orang Jawa. Peristiwa ini terjadi pada 14 Desember 1904. Kini, Sendangsono menjadi salah satu tempat ziarah yang sangat populer.   Di Gua Maria Sendangsono kami mengunjungi makam Barnabas Sarikromo. Awalnya ia memiliki penyakit kudisdi kaki dan sudah melakukan pengobatan dengan berbagai cara namun tidak kunjung sembuh. Suatu ketika ia bersemedi untuk mendapatkan kesembuhan. Ia mendengar bisikan untuk berjalan ke arah timur laut. Dikarenakan kondisi kakinya yang tidak memungkinkan untuk berjalan, Sarikromo pun menuju arah timur laut dengan cara mengesot. Perjalanan itu membawanya bertemu dengan dua Jesuit, yaitu Bruder Kersten, S.J. dan Pater van Lith, S.J,. Sarikromo memperoleh kesembuhan dan kemudian dibaptis oleh Rama van Lith.   Kami mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pengetahuan dari ketiga tempat tersebut. Kami juga jadi tahu tentang kisah para tokoh penting, seperti Pater F. van Lith, S.J., Pater Hoevenaars, S.J. Bruder Kersten, S.J. dan Bapak Barnabas Sarikromo. Kisah-kisah mereka semakin membuat kami bangga sebagai orang Katolik Jawa. Kami semakin terbakar bukan hanya untuk menjadi Katolik tetapi untuk menghidupi iman Katolik.   Kontributor: Michelle Kanaya – Misdinar St. Yusup Gedangan

Pelayanan Gereja

VISUALISASI JALAN SALIB HIDUP 2024: [sudah selesai]

Di kayu salib, sebelum Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya berserah dan berkata, “Sudah selesai.”   Apakah ini berarti kekalahan? Apakah Yesus kalah karena pada akhirnya Ia menyerahkan diri untuk di salib dan menebus dosa kita?   Sebaliknya, kalimat ini bermakna Yesus telah menang!   Ia menang atas besarnya kasih yang diberikan bagi umat manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa hingga akhir hidup-Nya. Sesungguhnya inilah kasih yang taat sampai mati.   Kita pun memanggul salib kehidupan kita masing-masing, yang seringkali wujudnya tidak nampak. Namun, apakah kita siap memenangkan diri kita atas hal-hal dan perbuatan baik?   -terinspirasi dari homili Pater Dodo, S.J.   Visualisasi Jalan Salib Hidup | 29 Maret 2024 | 10.00 WIB | OMK Paroki St. Yusup Gedangan | Halaman Bintang Laut – TK Theresia – SD Marsudirini – Susteran OSF                 Kontributor: Gedangan Muda

Pelayanan Gereja

Visualisasi Jalan Salib dan Pesan Kemanusiaan di Gereja Bongsari: ENGKAU IKUTLAH DENGAN-KU

Gereja Bongsari, yang berada di bawah penggembalaan Serikat Jesus, terus mengekspresikan keberanian dan inovasinya dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang mendalam dan relevan. Salah satu ekspresi dari semangat ini adalah melalui visualisasi jalan salib yang dipersembahkan oleh orang muda Katolik. Visualisasi ini bukan hanya sebuah sarana keagamaan tetapi juga menjadi sebuah medium untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan realitas sosial dan spiritual di sekitar kita.   Dengan tema Paskah yang menggugah hati, Engkau Ikutlah dengan-Ku, jalan salib dipentaskan oleh lebih dari 60 orang muda Katolik (OMK) di Gereja Bongsari. Ini tidak hanya sekadar pertunjukan visual. Jalan salib ini mencerminkan semangat kebangkitan dan harapan yang terus dinyalakan dalam iman Katolik. Teman-teman muda tidak hanya menghadirkan visualisasi yang memukau tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang mengajak untuk bertindak lebih empatik, mengatasi ketidakpedulian, dan meningkatkan kepedulian antarsesama.   Visualisasi jalan salib ini bukanlah semata-mata untuk dinikmati secara estetis. Di balik setiap gerakan dan simbol, terdapat pesan yang dalam tentang pentingnya kemanusiaan dan empati dalam kehidupan sehari-hari. Orang Muda Katolik yang menjadi bagian dari visualisasi ini bukan hanya sebagai aktor, melainkan juga sebagai pembawa pesan tentang bagaimana menghadapi tantangan ketidakpedulian dan kurangnya kepedulian antarsesama di lingkungan sekitar.     Dalam konteks ini, visualisasi jalan salib di Gereja Bongsari tidak hanya menjadi ekspresi keagamaan, melainkan juga refleksi komitmen Gereja dalam memperkuat iman dan memancarkan dampak positif bagi masyarakat. Pesan yang disampaikan melalui visualisasi ini mengajak umat Katolik untuk mengikuti jejak Kristus dalam tindakan nyata, khususnya dalam hal empati, mengatasi ketidakpedulian, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama.   Melalui tema Engkau Ikutlah dengan-Ku, Gereja Bongsari membangun panggung untuk mengajak para umat bertindak lebih aktif dalam menyebarkan kasih dan keadilan di dunia ini. Pesan kebangkitan dan harapan yang disampaikan melalui visualisasi jalan salib ini menjadi inspirasi dan panggilan setiap individu untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik, yang dipenuhi dengan tindakan-tindakan empatik, dan kepedulian yang berkelanjutan. Dengan demikian, visualisasi jalan salib di Gereja Bongsari bukan hanya menjadi pertunjukan keagamaan, tetapi juga menjadi perwujudan nyata nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sesama yang menjadi inti ajaran Kristiani.   Kontributor: Bonaventura Satria Hagi Putra – OMK Bongsari

Pelayanan Gereja

SMP Negeri 2 Surakarta Belajar Toleransi di Pondok Pesantren

Sabtu, 27 Januari 2024, Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin, Demak menerima kunjungan dari SMP Negeri 2 Surakarta. Pimpinan Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin, K.H. Abdul Qodir menerima kunjungan dengan penuh hangat dan kasih. Kunjungan ini menjadi sebuah pelajaran penting bagi SMPN 2 Surakarta untuk belajar mengenai toleransi dari pondok pesantren. SMP Negeri 2 Surakarta mengadakan acara kunjungan ke rumah-rumah ibadah dalam rangka merayakan Natal. Sebanyak 88 siswa-siswi Kristen dan Katolik beserta 8 guru pendamping berkunjung ke Klenteng Sam Poo Kong, Katedral Semarang, Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin, dan Vihara Watugong. Setelah mengunjungi keempat rumah ibadah tersebut, siswa-siswi dan guru pendamping diharapkan memiliki pemikiran yang terbuka sehingga toleransi pun semakin bertumbuh. Dalam konteks mengenal Islam, SMP Negeri 2 Surakarta memilih berkunjung ke Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin. Mereka ingin mengenal lebih jauh kehidupan pondok pesantren. Kedatangan siswa-siswi dan guru SMP Negeri 2 Surakarta disambut secara meriah dengan penampilan kesenian rebana. Untuk pertama kalinya mereka melihat secara langsung penampilan kesenian rebana. Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin memiliki tim rebana yang sudah banyak tampil di gereja-gereja Katolik dan Kristen. Para guru merasa terharu dan takjub atas sambutan yang begitu meriah dan hangat. Mereka sungguh bersyukur karena diterima dengan sangat baik dan penuh sukacita. Sambutan dari pihak pesantren mengubah pandangan mereka. Mereka semakin mengenal secara dekat dan tahu seperti apa pola pendidikan yang diterapkan di pesantren. K.H. Abdul Qodir memberikan penjelasan kepada siswa-siswi dan guru bahwa Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin memiliki visi SICMA (Soleh, Inklusif, Cerdas, dan Mampu memimpin). Para santri tidak hanya dididik memiliki kecerdasan tetapi juga dididik memiliki nilai-nilai inklusif. Visi inklusif ditekankan oleh K.H. Abdul Qodir agar para santrinya memiliki pemikiran terbuka sehingga mampu berelasi dengan orang lain tanpa membeda-bedakan agama. Setiap tahun, Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin selalu mengadakan program-program penguatan toleransi beragama bagi para santri. Tahun 2023 yang lalu, mereka mengadakan kunjungan ke Dusun Thekelan, Kecamatan Kopeng untuk belajar mengenai agama Budha dan live in di desa Buntu, kecamatan Kejajar Wonosobo untuk melihat keragaman agama. Desa Buntu merupakan desa laboratorium kebhinnekaan. Selain itu, Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin menerima beberapa kunjungan dari SMA Kolese Loyola, Jesuit Refugee Service (JRS), dan para Magister Novis JCAP. K.H. Abdul Qodir menceritakan juga bahwa ada frater yang belajar di pesantren ini dan tinggal bersama dengan para santri. K.H. Abdul Qodir ingin berbagi pengalaman kepada siswa-siswi dan guru bahwa visi inklusif dari pesantren bukanlah sekadar jargon manis. Visi inklusif selalu dihidupi di dalam hati dan dilaksanakan dalam tindakan sehari-hari. Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin selalu berusaha membangun jembatan kepada semua orang. Dalam hidup ini, sangat diperlukan membangun jembatan dan bukan membangun sekat. Kita perlu membangun relasi dan berbuat baik kepada semua orang karena inti dari ajaran setiap agama adalah kemanusiaan. Gus Dur pernah mengatakan tidak penting apapun agamamu. Jika kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu. Kontributor: Sch. Wahyu Mega, S.J.