capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

The Discerning Pope

Date

KEJESUITAN JORGE MARIO BERGOGLIO (part 1)

Bahwa Paus Fransiskus adalah seorang anggota Serikat Jesus, hampir semua orang tahu. Tetapi apa itu artinya, boleh jadi tidak setiap orang mengertinya sehingga mereka terkadang tidak memahami dan menyetujui preferensi-preferensi pastoralnya. Oleh karena itu, ketika Paus Fransiskus wafat pada Senin, 21 April 2025 dan hari itu juga Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. dalam suratnya Death of Pope Francis yang ditujukan kepada seluruh anggota Serikat, saya merasa terbantu untuk memahami dan mensyukuri mengapa Jorge Mario Bergoglio, Paus Jesuit ini, dianugerahkan oleh Tuhan kepada Gereja dan dunia. Surat Jenderal mengenai wafatnya Paus ini pun saya cetak dan saya baca ulang. Waktu itu, saya bawa untuk sangu menunggu dan menemani jalan kaki masuk ke Pintu Suci (Porta Santa) Basilika St. Petrus pukul 15.00. Tidak jauh dari basilika ini terbaring jenazah Paus Fransiskus. Saya ingat, saya rasa-rasakan serta resapkan setidaknya tiga poin pertama yang dicatat oleh Pater Arturo Sosa, S.J.

  • Kita berkabung atas kepergian seorang anggota Serikat yang ditempatkan di dalam pelayanan Gereja Universal dan menjalankan tugas pelayanan Petrus selama lebih dari 12 tahun. Namun demikian, pada saat yang sama, kita merasakan kepergian saudara kita yang kita cintai di dalam Serikat yang kecil dan dina ini (minima Compañía de Jesús), bahwa Jorge Mario Bergolio adalah anugerah Tuhan. Dalam Serikat, kita ambil bagian dari karisma rohani yang sama dan kita menghayati cara yang sama di dalam mengikuti Yesus Kristus Tuhan.
  • Kita bersedih atas kepergiannya, tetapi pada saat yang sama merasakan syukur mendalam kepada Tuhan Bapa kita, karena kita telah menerima begitu banyak kebaikan dari Tuhan melalui seluruh hidup dan cara Paus Fransiskus membimbing Gereja selama masa pontifikalnya dalam kesatuan dan kesinambungan dengan para pendahulunya menerapkan praktik semangat dan arahan Konsili Vatikan II.
  • Paus Fransiskus terus-menerus memperhatikan dengan jeli apa yang sedang terjadi di dunia ini untuk kemudian menawarkan pengharapan bagi semua. Dua ensiklik istimewa Laudato Si, dan Fratelli Tutti mengungkapkan bukan hanya analisis yang mencerahkan tentang situasi kemanusiaan, tetapi dalam terang Injil, dua ensiklik tersebut menawarkan cara-cara menghilangkan musabab ketidakadilan dan memajukan rekonsiliasi. 

 

Tentu saja, tidak akan pernah dilewatkan untuk mengenal dan mensyukuri hal yang sudah menyebar, serta meresapi cara menggereja dua kunci pelayanannya, yaitu pentingnya berjalan bersama dan sentralitas doa. Keduanya membuat kita memahami bahwa Gereja sinodal adalah Gereja yang berjalan bersama, dan artinya Gereja yang berdiskresi dan ditopang oleh doa.

 

 

Poin-poin tersebut menyertai hari-hari saya saat Kamis malam, 24 April 2025, antre mengunjungi jenazahnya di Basilika St. Petrus, setelah sebelumnya bersama para Jesuit di Roma mengikuti Ekaristi dengan intensi untuk Paus Fransiskus juga. Ketika itu, pagi-pagi di hari Sabtu, 26 April 2025 berjalan kaki dari Gesù untuk ikut antre bergabung mengikuti misa pemakaman di Piazza St. Petrus, kemudian dilanjutkan dengan menanti mobil jenazah. Akhirnya mengesan juga, berkesempatan datang dan berdoa di makamnya, di Basilika Maria Maggiore pada pagi 30 April 2025, di mana di tempat tersebut St. Ignatius merayakan misa perdana 25 Desember 1538.

 

Dalam suratnya, Pater Jenderal Arturo Sosa juga mengajak untuk mengingat persetujuan dan peneguhan Universal Apostolic Preferences Serikat (2019). Menurut Pater Arturo Sosa, Paus Fransiskus menegaskan, bahwa preferensi pertama, yaitu menunjukkan jalan menuju Tuhan melalui Latihan Rohani dan diskresi merupakan hal yang krusial karena menjadi basis yang diandaikan bagi tiga preferensi yang lain. Preferensi ini juga mengandaikan relasi para anggota Serikat, relasi para Jesuit dengan Tuhan dalam doa pribadi, doa bersama dan dalam diskresi.

 

Rasa saya isi surat Jenderal Serikat, Pater Arturo Sosa berkenaan dengan wafat Paus Fransiskus itu demikian padat dan penuh. Oleh karena itu, kemudian saya menganjurkan kepada para frater yang bimbingan dengan saya untuk membaca berulang sebagai bacaan rohani dengan membayangkan bahwa di dalam Paus Frasiskus, kejesuitan itu demikian nyata dan menggerakkan hati banyak orang.

 

Gratia status

Sementara itu Pater Federico Lombardi, S.J. (Federico Lomardi, S.J., Le riflessioni di padre Federico Lombardi su Papa Francesco, 30 April 2025), dalam refleksinya mengenai Paus Fransiskus menyebutkan bahwa Paus Fransiskus hidup di dalam semangat Ignatian dengan unsur-unsur yang ditunjukannya: Gereja yang berjalan, Gereja yang mencari dan menemukan kehendak Allah dalam segala, di dalam panggilan ke perutusan untuk mewartakan Injil hingga batas-batas bumi. Lebih rinci Pater menyebut unsur-unsur “spiritual” hidup pribadinya. Pertama, berkenaan dengan semangat dan kesehatan fisik dikatakan bahwa ini adalah gratia status – la grazia di stato; artinya itu rahmat yang diberikan Tuhan menyertai perutusan dan status hidupnya. Tentang hidup pribadinya, Pater Lombardi di waktu-waktu awal pontificalnya mengetahui bahwa di Santa Marta dia selalu melewatkan waktu hening doa di kapel. Kebiasaan dan cara hidupnya adalah dia pergi tidur cukup awal supaya bisa bangun segar berdoa di pagi hari, tanpa gangguan. 

 

Kemudian, banyak orang juga disadarkan oleh surat apostolik Gaudete et Exultate tentang panggilan ke kekudusan untuk semua. Lalu di dalam ensilik Dilexit nos (24 April 2024), Paus mengungkapkan secara jelas devosinya terhadap Hati Kudus Yesus. Singkatnya, semua adalah buah doa-doanya serta relasi pribadinya dengan Tuhan.

Di dalam relasi pastoral, Federico Lombardi mengatakan bahwa karisma Paus Fransiskus tampak di dalam kedekatannya dengan semua orang. Mereka merasa dekat, tidak ada jarak dan penghalang. Halnya konkret, sederhana dan langsung, serta ingin berdialog dengan siapapun. Pater Lombardi mengatakan bahwa dirinya diyakinkan kalau Paus Fransiskus memiliki anugerah istimewa dalam pendekatan personal yang sederhana, tulus, dan langsung dengan hati.

 

 

Kontributor: P. L. A. Sardi, S.J. 

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *