Merayakan 17 Tahun Perjalanan MAGIS Indonesia:
Sabtu, 23 Agustus 2025, suasana syukur dan sukacita memenuhi Aula Kolese Kanisius, Jakarta. Komunitas MAGIS Indonesia menggelar Misa Syukur 17 Tahun sebagai ungkapan terima kasih atas penyertaan Tuhan dalam perjalanan komunitas ini sejak 2008, yang dihadiri oleh para alumni MAGIS Jakarta dan Yogyakarta. Perayaan ini menjadi momen istimewa, tidak hanya karena komunitas yang telah menapaki 17 tahun, tetapi juga mengucap syukur atas Misa Perdana Pater Leo Tanjung Perkasa, S.J.—pendamping MAGIS Jakarta tahun 2017–2018, Pater Septian Marhenanto, S.J.—alumnus MAGIS Jakarta 2011, serta ucapan syukur atas pengucapan Kaul Akhir Pater Alexander Koko Siswijayanto, S.J.—moderator MAGIS Indonesia.
Dalam homilinya, Pater Leo menyampaikan pemaknaan kata magis yang terus mengalami pengembangan. Dulu, kata magis dimaknai sebagai “lebih”—lebih aktif, lebih terlibat. Namun seiring perjalanan panggilannya, makna itu semakin mendalam menjadi, “Berjuang lebih untuk mengabdi Raja Abadi.” Kini, magis memiliki arti untuk, “Semakin menyerupai Kristus dalam kenyataan hidup sehari-hari.” Pater Leo mengajak agar setiap Magister perlu menjawab panggilan “Be More” sesuai konteks hidup masing-masing.
Pater Septian, dalam sharing panggilannya, turut menyampaikan rasa syukur karena MAGIS menjadi sarana di mana ia secara pribadi “menjumpai dan dijumpai Tuhan.” Ia menyampaikan, bahwa motivasi awalnya mengikuti MAGIS adalah keinginan untuk ikut World Youth Day. Namun, Tuhan justru membelokkan arah hidupnya menuju panggilan selibat.
Sementara itu, di akhir sesi homili, Pater Koko menekankan bahwa kerendahan hatilah yang membuka jalan menuju semangat magis. “MAGIS itu tidak mungkin menjadi magis tanpa magis. Artinya, Komunitas MAGIS itu tidak mungkin memiliki spirit magis tanpa semangat untuk menjadi “lebih.” Dan semua itu tidak bisa diwujudkan, jika tidak didasari oleh kerendahan hati Ignasian. Kerendahan hati yang melihat apakah setiap keputusan praktis maupun keputusan besar kita sudah selaras dengan kehendak Allah.” Sebagai penutup, seluruh umat bersama-bersama mendaraskan Doa Kerendahan Hati (Santo Ignatius Loyola), sebagai bentuk permohonan agar terus bertekun dalam kehendak Tuhan.
Setelah misa, acara dilanjutkan dengan sesi tumpengan sebagai simbol syukur, kebersamaan, sekaligus nostalgia. Potongan tumpeng pertama diberikan kepada perwakilan angkatan pertama (MAGIS 2011) dan angkatan terbaru (MAGIS 2025). Perayaan ini ditutup dengan penuh khidmat dan sukacita. Harapannya, setiap pribadi yang hadir terus membawa semangat magis—semangat untuk terus bertumbuh, melayani, dan menjadi “lebih”, dalam kerendahan hati, seturut teladan Santo Ignatius Loyola.
Kontributor: Humas MAGIS Jakarta