capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Perjumpaan yang Menumbuhkan

Date

Permulaan yang Dimulai Kembali

Ignatian Student Leadership Forum (ISLF) kembali diselenggarakan pada tahun 2025 di Iloilo, Filipina setelah sempat terhenti sejak tahun 2018 akibat pandemi. Forum ini mempertemukan para pelajar dari sekolah Jesuit di sebagian wilayah Asia-Pasifik yakni, Filipina, Australia, Timor Leste, Makau, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Indonesia mengirim 15 orang dari 7 kolese sebagai perwakilan untuk mengikuti acara ini. Christopher Kana Cahyadi, Mikaela Calista Amara, Valencia Audra Sumito mewakili Kolese Gonzaga. Leonard Hazel Widjaja, Jovan Nugroho, Amazel Olavio Siagian mewakili Kolese Kanisius. William Nugroho Setiyo, Daniel Edhi Wicaksono, Bumi Praba Murti mewakili Kolese De Britto. Eugeneus Dimas Prameswardhana mewakili Kolese Mikael, Kevin Anthony Setiawan, Joanna Evanya Ozora Christine, Emanuella Kirana Rosari Lestari mewakili Kolese Loyola. Nathanel Satriya Genggam Darma dan Christopher Lebdo Kusumo mewakili Seminari Mertoyudan. Seluruh peserta dari Indonesia didampingi oleh Pater Baskoro Poedjinoegroho, S.J., Frater Klemens Yuris Widya Denanta, S.J., dan Ibu Maria Pramudita Wetty, M.Si. 

 

Sebelum keberangkatan, Frater Yuris menemani seluruh peserta dari Indonesia mempersiapkan diri dengan memperdalam Ensiklik Laudato Si karya Paus Fransiskus agar siap berdinamika dalam ISLF. Setiap kolese mendapat bagian dari masing-masing bab Ensiklik untuk dipelajari lalu mempresentasikannya secara daring. Proses persiapan ini menjadi ruang untuk memperdalam pemahaman tentang permasalahan ekologi sekaligus menghayati semangat Ignasian dalam melihat hubungan antara manusia, alam, dan Allah. Para peserta juga bertemu dengan Pater Baskoro Poedjinoegroho, S.J. di Kolese Kanisius. Dalam pertemuan tersebut, Pater Baskoro memberikan arahan sekaligus dorongan bagi para peserta untuk terlibat secara aktif selama forum seperti aktif bertanya, berpartisipasi dalam setiap sesi, dan tidak ragu untuk duduk di baris terdepan.

 

ISLF 2025 mengusung tema Engaging the Youth to Engage the World. Tema ini menjadi sebuah ajakan bagi kaum muda untuk berperan aktif dalam membangun dunia melalui semangat dialog dan kolaborasi lintas budaya. Dalam kegiatan ini para peserta dari berbagai negara diajak untuk mendalami isu ekologi, menjelajahi kekayaan budaya lokal, dan saling berbagi tradisi. ISLF 2025 mengusung nilai sosial dan budaya yang kuat. Jika kita menelusuri lebih dalam, seluruh rangkaian kegiatan ISLF 2025 sejatinya mengacu pada semangat dialog yang hidup. Dalam pembukaan ISLF ini, Frater Bien E. Cruz, S.J. mengajak peserta untuk menyadari peran kaum muda yang signifikan, bukan di masa depan saja, melainkan sejak dari saat ini. Semangat dialog juga tampak dalam proses pembuatan impact tree poster. Para peserta dipertemukan dalam kelompok balay. Di dalamnya, kami diajak untuk menuangkan ide dan gagasan satu sama lain serta mempresentasikannya dalam karya seni. Tidak hanya dalam sesi materi saja, semangat dialog juga terbangun melalui kegiatan cultural night, saat setiap negara menampilkan kebudayaannya masing-masing melalui games dari masing-masing negara yang membuka interaksi lintas budaya secara terbuka. Momen-momen inilah yang membuat dialog terasa hidup selama acara ini berlangsung.

 

Bila kita meneropong berbagai macam kegiatan yang ditawarkan dalam ISLF 2025, kita akan menemukan kesamaan nilai di dalamnya, yakni perjumpaan. Dalam konteks ini, perjumpaan tidak bisa dimaknai secara sempit sebagai ruang yang di dalamnya terdapat banyak orang. Arti perjumpaan dalam ISLF 2025 sangatlah luas. Peserta tidak hanya diajak untuk menjalin jejaring dengan masyarakat lokal maupun global, tetapi juga berjumpa dengan harta warisan Iloilo City, dengan warga lokal yang merespons masalah ekologi dengan membangun esplanade, bahkan berjumpa dengan dirinya sendiri.

 

Delegasi Indonesia dalam kegiatan Ignatian Student Leadership Forum (ISLF) 2025. (Dokumentasi: Penulis)

 

Menemukan Makna Perjumpaan
Dengan memasuki ruang perjumpaan, seseorang sedang diajak atau bahkan ditantang untuk menggunakan inderanya. Dalam setiap kegiatan yang ada selama ISLF, selalu ada momen ketika peserta melihat, mendengarkan, menyentuh atau meraba. Kedengarannya sederhana dan mudah diterapkan, namun, perjumpaan akan selalu diikuti dengan tantangan. Untuk masuk ke dalamnya, seseorang harus berani melangkah ke luar dari dirinya sendiri. Di luar diri sendiri, ada banyak hal yang kerap kali tidak kita inginkan.

 

Melihat realita bahwa dunia terus berkembang, kehadiran kaum muda dalam forum ISLF menjadi semakin penting. Mereka tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi sebagai pribadi yang membawa pengalaman, pertanyaan, dan semangatnya masing-masing. Forum ini menjadi ruang belajar untuk menumbuhkan kepekaan terhadap realita yang lebih luas sekaligus melatih keberanian untuk terlibat secara aktif. Kehadiran kaum muda tidak terlepas dari tantangan yang ada seperti over screen time dan inferiority complex yang kerap membatasi keberanian mereka untuk hadir dan bersuara. Melalui dialog dan perjumpaan yang dialami, para peserta perlahan belajar untuk melampaui batas tersebut.

 

ISLF 2025 menjadi pengalaman yang lebih dari sekadar forum kepemimpinan lintas negara. Selama beberapa hari, para peserta sungguh diajak untuk hidup dalam ruang dialog dan perjumpaan. Bukan hanya dengan orang-orang dari berbagai budaya, melainkan juga dengan lingkungan sekitar dan dengan diri mereka sendiri. Berbagai kegiatan mulai dari sesi refleksi, diskusi kelompok, cultural night, hingga games membentuk proses yang membangun dan memperkaya pengalaman para peserta. Di dalamnya, para peserta dapat menemukan arti keterbukaan, keberanian untuk keluar dari zona nyaman, dan keindahan dalam keragaman. Pengalaman ini menumbuhkan kesadaran bahwa keterlibatan tidak selalu mulai dari hal besar, tetapi dari kesediaan untuk mendengar, hadir, dan tumbuh bersama. Semangat dan relasi yang lahir tidak padam begitu saja setelah acara ini berakhir. Pengalaman yang berharga ini juga dibagikan dan dihidupkan kembali di lingkungan masing-masing. Apa yang diperoleh dari ruang perjumpaan lintas budaya ini tidak berhenti di Iloilo saja, tetapi juga menjadi inspirasi untuk membangun dialog dan keterlibatan nyata.

 

Peserta Ignatian Student Leadership Forum (ISLF) 2025. (Dokumentasi : Penulis)

 

Kontributor: Emanuella Kirana Rosari Lestari (Siswa SMA Kolese Loyola) & Nathanel Satriya Genggam Darma (Siswa Seminari St. Petrus Kanisius Mertoyudan)

More
articles