capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Pekan Kateketik Novisiat Girisonta

Date

Sabtu hingga Rabu, 9-13 Agustus 2025, Novisiat Girisonta mengadakan acara Pekan Katekese untuk para novis dan pranovis. Agenda rutin setiap tahun ini diadakan guna membekali para frater dengan materi katekese dari tim Pendikkat Sanata Dharma yang digawangi oleh Romo Hendra Dwi Asmara, S.J., Bapak Rudi dan Ibu Sindi, serta dua mahasiswa tingkat akhir, Ariel dan Caroline.

 

Setiap hari para frater dikenalkan dengan games ice breaking yang baru untuk membantu kerasulan PIA, PIR, OMK di lingkungan-lingkungan di Paroki Girisonta. Kak Caroline dan Ariel pun membawakan games untuk para frater agar para frater mengerti dan memahami cara memainkan games tersebut, misalnya ‘Berjalan Bersama’, melipat koran, ’Awas-Siap-Tembak-Dor’, games kerja sama dengan baik (Kyotobosi), games berhitung dan masih banyak games yang lain.

 

Selain permainan, para frater juga diberi materi peta perkembangan katekese. Dengan materi ini, para frater diharapkan memiliki tujuan ketika melaksanakan kerasulan lingkungan, yaitu transformasi, komunitas umat yang semakin beriman, perkembangan spiritual, dan pengajaran agama.

 

Yang menarik dari tim Pendikkat Sanata Dharma ini, selain membimbing/memaparkan materi di ruang belajar bersama para Novis, mereka juga ikut terjun langsung praktik kerasulan lingkungan naik sepeda bersama para Novis. Para pengajar Pak Rudi, Bu Sindi, Ariel, dan Caroline ikut bersama para novis pergi kerasulan lingkungan melewati jalan yang menanjak, menurun, dan tantangan lainnya. Berbagai sharing menarik pun muncul dari mereka karena ikut merasakan perjuangan novis setiap Senin sore menaiki sepeda untuk kerasulan lingkungan. Ada yang merasa lelah, namun bahagia; ada yang hanya dapat bersepeda hanya saat berangkat, lalu pulangnya naik ojek, karena medan yang dilalui naik-turun bukit, bukan jalan yang tidak datar.

 

Katekese Simbolik

Selain itu, aktivitas menarik lainnya di dalam Pekan Katekese ini adalah materi tentang membuat katekese simbolik. Kami diminta untuk menjelaskan pengertian katekese dengan menggunakan simbol atau suatu benda di sekitar kami. Aktivitas ini kami lakukan dalam kelompok yang beranggotakan tiga orang. Hasil yang kami peroleh pun cukup unik. Dari 7 kelompok, muncullah 7 simbol katekese yang unik.

 

Salah satu simbol yang unik itu datang dari kelompok enam (Lino, Fred dan Alfons). Simbol yang mereka pakai adalah moke. Moke adalah minuman keras tradisional suku Bajawa, yang terkenal di dataran Flores, NTT. Kadar alkohol dalam moke terbilang cukup tinggi. Meminum moke secara berlebihan dapat membuat orang mabuk. Pada titik ini, kami heran: mengapa mereka memakai jenis miras ini untuk menjelaskan hal yang suci? 

 

Ternyata, mereka mampu memaknainya secara berbeda. Lino menjelaskan bahwa katekese itu seperti moke yang membuat orang kecanduan dan mabuk cinta Tuhan. Katekese mesti dirancang agar umat mau datang lagi dan lagi, bukan karena untuk bertemu para fraternya, melainkan untuk lebih mengenal Tuhan. Menurut kami, simbol ini unik dan out of the box.

 

Katekese simbolik ini sangat membantu kami untuk lebih mengenal katekese itu apa sehingga memberikan kami orientasi yang jelas dalam katekese atau kerasulan di lingkungan. Dengan demikan, kami bisa lebih mudah membuat preparasi kerasulan dan mempraktikkannya kemudian.

 

Kerasulan: Probasi dasar hidup menjesuit

Dalam kegiatan kerasulan atau berkatekese, para frater novis seringkali berjumpa dengan tantangan dan kesulitan yang berbeda-beda di lingkungan tempat diutus. Tantangan itu dimulai dari kondisi perjalanan bersepeda yang tidak mudah, yaitu jalan terjal, curam, minim penerangan di beberapa titik, dan juga harus sungguh berhati-hati ketika melewati jalan besar karena beriringan dengan banyak kendaraan besar. Tantangan lainnya adalah ketika bertemu dengan kelompok/umat yang kami layani, khususnya dengan kelompok PIA dan PIR, karena kami harus mengenal dinamika batin mereka dan mencari cara yang tepat dalam berkomunikasi atau menyampaikan materi katekese.

 

Salah satu pengalaman menarik, yakni kerasulan di lingkungan Sambeng. Kebetulan Kak Ariel mendampingi frater-frater (Higa dan Deva) yang merasul di situ. Anak PIA dan PIR di situ cukup unik dan boleh dikata susah. Kak Ariel sebelumnya sudah tahu tentang kondisi lingkungan Sambeng dari cerita. Ketika memulai mengajar, Kak Ariel memberi contoh pada kami cara membangun dinamika yang hidup serta komunikasi yang baik dengan kelompok PIA-PIR ini. Pengalaman ini membuat para frater belajar dan bertanya-tanya sebenarnya apa yang menjadi kekurangan mereka selama ini.

 

Kak Ariel memberi masukan dan evaluasi kepada frater. Dia tersenyum dan kemudian menjelaskan bahwa para frater harus tekun dan setia dalam proses. Karena para frater baru beberapa pertemuan datang ke sini, maka butuh waktu untuk bonding dengan anak-anak.

 

Selanjutnya, yang bisa dilakukan para frater yaitu tetap semangat dalam menyiapkan materi kerasulan tanpa merisaukan apakah nanti di lapangan berhasil atau gagal.

 

Kami bersyukur atas Pekan Katekese ini. Lewat kursus beberapa hari ini, kami disadarkan bahwa kerasulan merupakan salah satu probasi dasar yang harus kami latih dan kerasulan adalah bagian dari hidup menjesuit sebab Jesuit adalah mereka yang dipanggil untuk selalu siap sedia diutus ke manapun.

 

 

Kontributor: nS Martin, Edgar, dan Higa

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *