Sharing Praktik PPR dan Bedah Buku Men and Women for Others
Jumat, 10 Oktober 2025, keluarga besar Yayasan Kanisius Cabang Semarang dan sejumlah Yayasan Pendidikan Katolik di Kota Semarang mengikuti acara Kanisius Belajar: Sharing Praktik Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Bedah Buku Men and Women for Others karya Pater Melkyor Pando, S.J., di KB-TK Kanisius Kurmosari. Acara ini diselenggarakan Yayasan Kanisius Cabang Semarang dalam rangka menyambut ulang tahun ke-107 Yayasan Pendidikan Kanisius.
Acara ini dibuka dengan materi penguatan PPR dari Ketua Yayasan Kanisius, Pater Heru Hendarto, S.J. Mantan Rektor Kolese Kanisius Jakarta ini mengajak para peserta untuk menyadari bahwa perutusan di karya Pendidikan Kanisius merupakan “Missio Dei” dan para guru adalah Collaboratores Missio Dei tersebut. Semua dipanggil untuk turut serta melakukan stewardship (merawat) karya ini. Seperti dalam Lukas 5:4, semua diundang Yesus untuk Duc in Altum atau bertolak ke tempat yang lebih dalam. Mendalam berelasi dengan Tuhan, mendalam dalam bidang yang diajarkan, dan mendalam melalui cura personalis-caring for the whole person terhadap setiap peserta didik.
Pedagogi Paradigma Ignatian di Tingkat Sekolah
Yohana Rosana Meiwati, S.Pd, Kepala Sekolah SD Kanisius Sukorejo berbagi best practice PPR di lingkungan sekolahnya. Cura personalis mereka bangun sedemikian rupa mulai dari kepala sekolah dan para guru serta karyawan. Sekolah menjadi rumah bersama melalui dinamika bersama, baik doa, belajar, rekreasi, dan kegiatan menjaga kebersihan sekolah.
Praktik cura personalis terhadap anak pun dilakukan melalui aneka bentuk. Setiap siswa didampingi secara optimal sesuai bakat, minat, dan kemampuannya sehingga banyak dari siswa di sekolah ini yang berprestasi secara akademik, seni, olahraga, dan sebagainya. Para guru juga mendampingi beberapa siswa berkebutuhan khusus dengan tekun dan sabar sehingga anak-anak tersebut memiliki kepercayaan diri, bahkan ada anak tunadaksa yang menjadi juara dalam ajang paralimpik tingkat Provinsi Jawa Tengah. Lebih lanjut, cura personalis tidak hanya berhenti di lingkungan sekolah, melainkan juga sampai ke rumah orangtua. Home visit ketika ada bayi baru lahir menjadi cara para guru Kanisius untuk menyapa orang tua dan ikut memberi pendampingan.
Kepala Sekolah SMP Kanisius Argotiloso Sukorejo, Yohanes Martono, S.Pd. berbagi cerita praktik cura personalis melalui Canisian Angels (CA). Melalui CA, adik kelas mendapat pendampingan dari kakak kelas, mulai dari studi dan sejenisnya. Selain itu, terdapat kegiatan Kanisius Peduli, dimana para siswa menyisihkan uang saku untuk membantu teman yang kesulitan memiliki sepatu, tas, dan kebutuhan belajar lainnya. Siswa juga belajar menjadi penyiar radio melalui Radio Rehat, berkreasi melalui Mading Digital dan sebagainya. Semua itu dilakukan atas pendampingan para guru yang dengan berbagai cara memfasilitasi kebutuhan anak demi optimalnya perkembangan anak didik.
Men and Women for Others
Pater Melkyor Pando, S.J. hadir sebagai penulis buku sekaligus pembicara dalam bedah buku berjudul, Men and Women for Others. Pater Melky sebagai skolastik yang pernah melaksanakan program formasi orientasi karya di Yayasan Kanisius Cabang Semarang, menyampaikan bahwa buku ini lahir dari ketergerakan hatinya melihat terbatasnya sumber-sumber mengenai kekayaan pendidikan Jesuit dalam bahasa Indonesia. Ia berharap, kehadiran buku ini dapat menambah khazanah pengetahuan bagi mereka yang ingin memperdalam keutamaan-keutamaan pendidikan Jesuit dan relevansinya di zaman ini.
Buku yang lahir dari doa dan refleksi yang tekun selama menjalani masa tersiat di Australia ini menampilkan pilar-pilar pokok pendidikan Jesuit sejak awal hingga kini. Buku yang sebagian besar sumbernya ini berasal dari dokumen-dokumen Serikat menegaskan, pendidikan adalah cara menyelamatkan jiwa-jiwa. Aneka best practices di dalam pendidikan Jesuit sepanjang sejarah menunjukkan, meski pendidikan terus mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, inti dan semangatnya tetap sama, yakni demi membentuk pribadi-pribadi yang utuh sebab pendidikan Jesuit adalah perpaduan model pendidikan skolastik yang berfokus pada critical thinking dan juga humanisme (humaniora – kepekaan hati).
Di hadapan perubahan zaman yang cair ini, sebuah istilah yang Pater Melky ambil dari gagasan pemikir Zygmut Bauman, yakni era yang penuh ketidakpastian, terus berubah, dan ditandai dengan ketidakpastian permanen, model pendidikan Jesuit tetaplah relevan. Kesetiaan menghidupi visi pendidikan Jesuit yang menekankan 4C competence, compassion, commitment, and conscience menjadi kunci untuk membentuk pribadi-pribadi men and women for others di zaman ini.

Sesi bedah buku Men and Women for Others karya Pater Melkyor Pando, S.J. (Dokumentasi: Penulis)
Panggilan Zaman
Bagi Bu Sindy, dosen pendidikan agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang hadir sebagai pengulas turut menegaskan, buku Pater Melky memberikan cara pandang dan semangat bahwa nilai-nilai dalam pendidikan a la Jesuit dapat menjadi oase di tengah dunia yang penuh ketidakpastian dan individualisme.
Nilai-nilai Pendidikan Jesuit itu menyalakan harapan bagi generasi Z dan Alpha yang cenderung haus akan makna di tengah kehidupan yang tidak pasti. Semangat refleksi, kecakapan intelektual, dan hati yang peka pada penderitaan sesama akan membantu manusia memukan makna (meaning making) di tengah kecemasan hidup yang kini terus menggerogoti kaum muda. Lebih lanjut, melalui semangat men and women for others, generasi di zaman ini dibantu untuk menemukan tujuan hidupnya, bahwa hidup bukan tentang aku saja, tetapi juga ada sesama di sekitarku yang perlu aku perhatikan.
Momen kebersamaan ini bertambah meriah dengan acara bagi-bagi hadiah dan makan siang bersama. Menariknya, meski hadiah dalam doorprize kali ini bukan untuk dibawa pulang oleh para guru ke rumahnya masing-masing, melainkan untuk menambah fasilitas di sekolah, para peserta tetap begitu antusias mengikutinya. Pada akhirnya, semoga momen belajar dan bersukacita bersama ini mendorong para pendidik di Kanisius untuk siap sedia menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam membentuk diri dan para murid yang dilayani menjadi men and women for others!
Kontributor: Sch. Engelbertus Viktor Daki, S.J.

