capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Hidup yang Penuh

Date

Pekan Kaul Bersama 2025:

Senin, 1 September 2025 hingga Jumat, 5 September 2025 menjadi momen sukacita bagi para novis Serikat Jesus dan beberapa kongregasi lain. Pasalnya selama lima hari ini mereka belajar bagaimana mengusahakan diri menghayati ketiga kaul yang akan mereka peluk selamanya: kaul kemiskinan, kaul kemurnian, dan kaul ketaatan. Kegiatan Pekan Kaul Bersama (PKB) 2025 diikuti oleh beberapa ordo/kongregasi, yakni: SJ, CSA, OSU, OSF, PMY, SDP, dan AK.

 

Mereka menyebut momen perjumpaan ini sebagai Pekan Kaul Bersama, meski beberapa memelesetkannya menjadi Pekan Konsolasi Bersama. Kegiatan PKB ini sejatinya adalah kegiatan tahunan yang dilakukan oleh beberapa ordo/kongregasi untuk saling memperkaya sudut pandang mengenai ketiga kaul. Pada tahun ini, kegiatan PKB diadakan di Rumah Retret Gedanganak, Ungaran.

 

Pada hari pertama, Pater Petrus Sunu Hardiyanta, S.J. memberikan pengantar mengenai ketiga kaul. Dipaparkan olehnya tiga contoh teladan penghayatan kaul, yakni: teladan hidup Fransiskus Asisi, Bunda Teresa dari Kalkuta, dan Paus Fransiskus. Ia juga memaparkan pentingnya tiga daya jiwa (nalar, rasa, dan kehendak) dalam menghidupi kaul-kaul tersebut. Lagu Doraemon dinyanyikan untuk menggambarkan pribadi yang memiliki kehendak kuat dan melaksanakannya. Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini, ingin itu banyak sekali.Dalam pengantar itu pula, Pater Sunu mengajak para novis untuk melihat akar afeksi dalam keluarga yang menjadi asas dan dasar panggilan hidup mereka.

 

Di hari kedua, dimulailah pemaparan-pemaparan materi dalam sesi-sesi. Setiap kaul mendapat empat porsi sesi yang dibahas dari tinjauan historis-biblis; tinjauan psiko-fisik, psiko-sosial, dan spiritual-rational; kaul dalam kekhasan tarekat; serta tantangan dan penghayatan di masa kini. Pada setiap sesi tersebut, diadakan presentasi oleh para novis yang dilanjutkan dengan sharing tiga putaran dalam kelompok-kelompok kecil.

 

Pater Eko Sulis berfoto setelah menyampaikan materi. (Dokumentasi: Penulis)

Sharing tiga putaran merupakan terobosan untuk mengatasi ketegangan yang bisa terjadi dalam sesi tanya-jawab. Tak hanya itu, kesempatan sharing tersebut mengantarkan hasil presentasi pada nilai-nilai rohani yang membadan pada setiap novis. Dengan demikian PKB ini membawa suasana yang lebih spiritual ketimbang diskusi intelektual. Kesempatan tersebut menjadi waktu yang tepat melatih kerendahan hati untuk mau dan mampu menginspirasi, serta diinspirasi orang lain. Kerendahan hati itulah yang rasanya menjadi benang merah dari keutamaan ketiga kaul. Keutamaan tersebut pada akhirnya, juga membantu setiap pribadi yang memeluknya untuk lebih terbuka pada realitas di luar dirinya. Inilah modal awal untuk hidup berkomunitas dan saling berkolaborasi.

 

Nilai spiritualitas Ignatian juga beberapa kali disinggung, di antaranya diskresi dan menemukan Allah dalam segala hal. Dalam hal ini, kesadaran merupakan kunci. Keheningan pun tak luput dari sorotan. Pribadi yang hening akan mampu menyadari idealitas dan realitas baik di dalam dirinya maupun di sekitarnya. Pada akhirnya, menjadi pribadi yang merdeka dari segala kelekatan adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap pribadi berkaul. Kemerdekaan pribadi tersebut tak lepas dari kematangan pribadi terkait. Pada hari Rabu, 3 September 2025, Pater Yulius Eko Sulistyo, S.J. memberikan gambaran tersebut, di mana pribadi yang matang adalah pribadi yang memiliki relasi yang afektif kepada diri sendiri, sesama, dan Tuhan.

 

Para novis dari Serikat Jesus dan beberapa kongregasi lainnya. (Dokumentasi: Penulis)

 

Pada sesi penutupan, Pater Hilarius Budi Gomulia, S.J. memberi kesimpulan yang rasanya menjadi hal yang perlu dipegang oleh setiap pribadi berkaul, yakni “orang berkaul itu tidak merepotkan orang lain.” Dalam menghayati kaul, para novis semakin digerakkan untuk membagikan diri secara total demi pelayanan pada Allah yang lebih luhur. Sebagaimana kata-kata St. Ireneus, “Gloria Dei, homo vivens” – kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup. Para novis diajak untuk hidup sepenuhnya dan memandang Tuhan selalu.

 

Kontributor: nSJ Arnoldus Iga Pradipta Wihantara

More
articles