Para bruder Jesuit merasa bangga dan gembira melihat perkembangan Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga. Mereka senang dan “gumun” bahwa KPTT hingga saat ini terus eksis. Apalagi, sebagian besar para bruder Jesuit pernah bertugas ataupun menjadi siswa di KPTT. Trend positif KPTT bisa dilihat dari beberapa sisi, yaitu kemandiriannya secara finansial, jumlah peserta kursus yang semakin meningkat, pelayanannya yang semakin meluas, dan menjadikan dirinya sebagai pusat studi ekologi.

Sustainable dan Integrated Farming
Tahun ini, para bruder Provindo melanjutkan program tahun sebelumnya untuk mengadakan rekoleksi dan kunjungan keluarga. Bulan Juni 2025 ini, KPTT dan keluarga Br. Dieng menjadi pilihan untuk dikunjungi. Maka, saat berada di KPTT para bruder mendapatkan input tentang gambaran KPTT saat ini. Saat ini, KPTT telah berubah dan terus bertransformasi. Hal yang patut disyukuri adalah bahwa KPTT saat ini bisa hidup secara mandiri. Hal tersebut tidak lepas dari praktik sustainable dan integrated farming sebagai model pertanian yang kami usung. KPTT bukanlah tempat wisata, namun lembaga kursus pertanian yang hidup secara penuh dari hasil pertanian dan peternakan. Dengan cara ini, kami merasa percaya diri untuk mengajarkan model pertanian kepada banyak orang.
Apa yang penting untuk dicatat dalam model sustainable dan integrated farming adalah tindakan untuk mau saling melayani. Pertanian dan hasilnya adalah salah satu bagian dari proses saling melayani dalam siklus alami. Dalam proses itu, manusia ekologis menjadi salah satu subyek yang penting namun tidak bisa melepaskan diri dari subyek-subyek alami lainya. Contoh kecil yang dapat kami ambil adalah saat manusia KPTT melayani kebutuhan ternak sapi, yaitu dengan memberikan makanan, minuman, dan menjaga kebersihanya. Sapi tersebut dengan sendirinya akan menghasilkan susu dan kotoran yang kemudian diproses hingga menghasilkan biogas. Susu dan biogas adalah benefit yang dapat diperoleh manusia secara langsung saat tindakan melayani sapi dilakukan. Seterusnya, kotoran sapi sendiri menjadi makanan bagi bakteri dan jamur yang kemudian mendekomposisi kotoran sapi menjadi pupuk kendang. Singkatnya, sapi melalui kotoranya melayani kebutuhan bakteri, jamur, dan tanaman untuk bisa hidup dan menghasilkan panenan. Ringkasnya, tindakan alami saling melayani inilah yang pada akhirnya melahirkan keberlanjutan dan kelestarian. Pada akhirnya dalam proses ini, manusialah yang paling banyak diuntungkan.

Spiritualitas Manusia Ekologis
Bagi KPTT kursus pertanian dan peternakan adalah sarana untuk membentuk pribadi-pribadi ekologis. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya kami menawarkan spiritualitas manusia ekologis. Melalui praktik dan teori pertanian serta hidup bersama di KPTT kami menawarkan semangat keharmonisan hubungan antara manusia, Allah, sesama, dan alam. Berlandaskan prinsip-prinsip dasar dari Laudato si dan Universal Apostolic Preferences (UAP), KPTT mengajak setiap pribadi untuk menjadi pribadi yang sadar bahwa hidupnya tidak pernah lepas dari hubungan dengan Allah, sesama, dan alam. Di tempat yang sama kami menawarkan langkah-langkah untuk menjadi pribadi ekologis entah itu melalui pikiran, tindakan, kebiasaan, pembentukan karakter dan menjadikan semua itu sebagai bakti kita kepada Allah.
Berdasarkan data yang ada, sejak tahun 2021 terjadi peningkatan pelayanan yang dilakukan KPTT melalui macam-macam programnya, yaitu berupa kursus, magang, live in, fieldtrip, dan pelayanan ke luar. Di bawah ini adalah data singkat para peserta yang pernah belajar di KPTT.
Jika kami boleh berasumsi, seandainya 5% saja dari para peserta di atas yang sungguh-sungguh tertarik di bidang ekologi, tentu jumlah itu sudah patut syukuri.
Di akhir permenungan tentang KPTT, para bruder diajak untuk merenungkan beberapa pertanyaan mendasar terkait bagaimana menjadi manusia ekologis. Apakah aku sudah memeluk spiritualitas ekologis secara mendalam? Apa bentuk-bentuk konkret kecintaanku terhadap lingkungan hidup? Apa yang dapat aku usulkan terkait usaha untuk meningkatkan minat banyak orang di bidang ekologi?

Kunjungan Keluarga Br. Dieng, SJ di Paroki Ngawi
Acara rekoleksi para bruder diawali dengan doa bersama dan “sapa aruh” antara para bruder. Pada kesempatan ini, para bruder menceritakan update tugas dan perutusan masing-masing. Apa saja sukacita dan tantangan-tantangan dalam karya yang saat ini sedang mereka alami. Hal yang menarik dari sesi ini adalah pengalaman iman masing-masing bruder yang secara langsung maupun tidak langsung saling menguatkan panggilan kami. Ada semacam ikatan kokoh dalam batin bahwa kami berjalan bersama meskipun tidak di tempat tugas yang sama.
Dalam rekoleksi dan kunjungan keluarga tahun ini ada 12 bruder yang hadir. Selanjutnya, pada hari Minggu, 22 Juni 2025, kegiatan rekoleksi para bruder di KPTT dilanjutkan dengan kunjungan keluarga. Kegiatan kunjungan keluarga diawali dengan mengikuti perayaan Ekaristi di kapel Stasi Santa Perawan Maria Kedunggalar. Dalam misa, selain memperingati Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, kami memperingati pula saudara kami almarhum Leo Agung Sapto Prioyo Ponco, adik Br. Dieng yang genap dua tahun lalu dipanggil Tuhan.
Pada bagian akhir rekoleksi dan kunjungan, para bruder secara khusus berkunjung ke rumah keluarga Br. Dieng dan dilanjutkan dengan proses saling berkenalan. Para bruder satu persatu memperkenalkan siapa mereka dan tugas di mana. Begitu juga dengan anggota keluarga Br. Dieng.
Bagi kami, keluarga adalah bagian yang penting dan tak terpisahkan dari kehidupan panggilan. Keluarga adalah rahim pertama yang melahirkan panggilan para bruder Jesuit. Pada akhirnya, kami berdoa bagi banyak keluarga, semoga makin banyak keluarga yang berkenan mempersembahkan putra-putra mereka untuk menjadi bruder Jesuit.
Kontributor: F Antonius Dieng Karnedi, S.J.