Pertemuan Bruder Jesuit Indonesia tahun 2023 diadakan di Kolese Loyola Semarang, dari tanggal 29 – 31 Oktober 2023. Ada 16 Bruder yang hadir dalam acara tersebut dan berasal dari beberapa komunitas. Hadir pula seorang Bruder Novis, yang diutus oleh Magister dan Socius Magister di komunitas formasi Novisiat Girisonta. Walaupun ada beberapa Bruder yang tidak hadir dalam acara ini, karena kesibukan maupun karena lokasi yang terlalu jauh (luar pulau), namun acara ini tetap berjalan dengan menggembirakan dan lancar.
Tuan rumah, Kolese Loyola Semarang, menyambut kedatangan para Bruder dengan penuh sukacita dan kegembiraan yang mendalam. Hal ini terlihat dari wajah tuan rumah yang begitu ramah serta persiapan yang mantap, mulai dari persiapan kamar tidur hingga sajian makanan yang sangat lezat dan enak.
Acara dibuka dengan sambutan dari Pater Rektor Kolese Loyola, P. Joanes Moerti Yoedho Koesoemo, S.J. Sambutannya yang begitu ceria menyulut kegembiraan pertemuan ini. Pertemuan ini sekaligus menjadi rekoleksi persiapan perayaan St. Alfonsus Rodriguez, pelindung para bruder Jesuit. Dalam pengantar puncta yang dibawakan oleh P. Telesphorus Krispurwana Cahyadi, S.J., ia mengatakan bahwa panggilan sebagai Bruder sangat tinggi nilainya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa “nilai kesederhanaan, perhatian pada hal kecil, rendah hati, serta relasi dengan sesama, menjadi kata kunci dalam panggilan sebagai Bruder Jesuit”.
Pater Kris juga menandaskan bahwa Latihan Rohani mengajak kita semua untuk terus memeluk “Spiritualitas Hamba”, memeluk kerendahan hati seperti dalam Kontemplasi Dua Panji, memeluk kemiskinan rohani, serta memohon keberanian untuk mau direndahkan dan dihina. Panggilan Jesuit itu satu. Seperti dalam buku “Sisi Sepasang Sayap”, tanpa salah satunya, kita tidak bisa “hidup”. Kita hidup dalam masyarakat yang membeda-bedakan (memandang status). Paus Fransiskus tidak suka dengan ambisi-ambisi yang menghambat panggilan kita ini. Hati-hati dengan ambisi. Ingat “baptisan, bukan tahbisan”. Dalam suatu pembicaraan, Paus mengatakan bahwa “Saya lebih suka mendengar suara para Bruder, karena Bruder itu sederhana, memperhatikan hal-hal kecil, rendah hati”. Hidup di rumah formasi itu menakutkan, hidup di rumah dosen itu juga menakutkan. Jangan sampai kita kehilangan kemiskinan (rohani).”
Di akhir punctanya, Pater Kris mengajak para Bruder untuk merenungkan salah satu pertanyaan refleksi, apakah panggilan sebagai seorang Bruder Jesuit itu masih relevan di zaman sekarang? Apa yang harus saya lakukan agar tetap relevan dalam hidup dan pelayanan ini? Pertanyaan tersebut sebagai bahan refleksi dan sharing hari kedua dalam acara tersebut.
Sebelum misa penutup acara Alfonsusan, P. Benedictus Hari Juliawan, selaku Provinsial menyampaikan beberapa poin penting mengenai De Statu yang perlu dipahami kembali oleh para Bruder Serikat Jesus. Termasuk di dalamnya melihat kembali dokumen-dokumen Serikat: Formula Institusi, KJ 32, KJ 35, dan KJ 36. Dalam KJ 32 para Bruder juga perlu menyadari siapakah kita ini? Kita adalah pendosa yang dipanggil untuk mengikuti Kristus yang miskin dan rendah hati. Dalam KJ 35 para Bruder juga diajak untuk menyadari bahwa komunitas bagian dari perutusan. Sedangkan dalam KJ 36, kita secara sadar mengetahui bahwa kita adalah orang-orang yang diutus untuk memperjuangkan rekonsiliasi. Ciri khas hamba Kristus adalah kita sama-sama diutus, baik Imam, Bruder, maupun Awam. Hidup komunitas sebagai bahan sorotan utama, walau dalam hidup sehari-hari, kita mengalami banyak kekecewaan. Komunitas bukan hanya sejauh untuk tidur atau makan.
Pater Benny juga menegaskan bahwa panggilan untuk menjadi rasul dalam kemiskinan harus diusahakan terus dan menjadi pertobatan bahkan cita-cita bersama, mengikuti Yesus yang miskin dan rendah hati. Dimensi komuniter menjadi bagian terakhir De Statu yang perlu kita refleksikan bersama.
Dalam sebuah sesi sharing saat acara ini, Bruder Sarju dan Bruder Marsono membagikan pengalamannya dalam pelayanan sebagai Bruder Serikat Jesus. Semangat yang masih dihidupi dalam pelayanan selama ini adalah semangat kerja keras, semangat untuk belajar, semangat rendah hati, dan semangat melayani. Panggilan utama seorang Bruder adalah untuk menjadi pelayan. Di sinilah butuh aspek kerendahan hati. Kita butuh kaum awam untuk bekerja sama serta butuh keterampilan berkomunikasi. Adapun hal menantang yang dialami oleh kedua Bruder tersebut dalam pelayanan adalah memahami pola pikir anak muda dan memahami pola pikir realita anak-anak dari daerah pedalaman.
Pada kesempatan ini, para Bruder mempunyai agenda khusus untuk berkunjung ke PIKA. Bruder Marsono menyambut semua bruder dengan gembira. Para Bruder diajak untuk berkeliling area PIKA, mulai dari tempat praktik para siswa hingga tempat produksi. Wow, mengagumkan!
Di hari terakhir dalam pertemuan ini, para Bruder membahas agenda untuk satu tahun ke depan (agenda tahun 2024), masih dengan tema yang sama yaitu keluarga. Para Bruder akan kembali meneruskan kunjungan ke keluarga dari para Bruder dan merencanakan retret bersama.
Selamat Pesta untuk para Bruder Serikat Jesus. Semoga semangat Santo Alfonsus Rodriguez semakin menggema di dalam sanubari para Bruder dalam karya dan pelayanannya. Amin.
Ad Maiorem Dei Gloriam
Kontributor: Bruder Joseph Mater, nSJ – Novis Tahun Kedua, Novisiat St Stanislaus, Girisonta