Tanggal 31 Juli selalu menjadi hari istimewa bagi semua Jesuit di seluruh dunia karena pada tanggal tersebut dirayakan pesta Santo Ignatius Loyola, pendiri Serikat Jesus. SJ Provindo merayakannya dengan mengadakan misa kudus yang dihadiri oleh para kolega dan sahabat.
Perayaan ini diadakan terpusat di Gereja Santo Petrus dan Paulus, Paroki Mangga Besar, Jakarta. Misa dipimpin oleh Vikjen KAJ, Romo Samuel Pangestu, Pr. dan didampingi oleh Provinsial SJ Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J., Pater Agustinus Purwantoro, S.J., Pater Paulus Hastra Kurdani, S.J., dan Pater Yohanes Harry Kristanto, S.J.
Selain dihadiri oleh para Jesuit, hadir pula alumni kolese-kolese Jesuit, para donatur, dan kelompok-kelompok pegiat spiritualitas Ignatian, misalnya Magis, SBS (Schooled by the Spirit), CLC (Christian Life Community), dan LRP (Latihan Rohani bagi Pemula). Semua yang hadir merasa sangat gembira dan bersyukur karena hal ini menjadi perjumpaan langsung sejak adanya pandemi. Selain itu, antusiasme ini menunjukkan bahwa hidup Santo Ignatius dan Latihan Rohaninya telah berdampak bagi hubungan mereka dengan Tuhan. Pecahan peluru meriam yang telah melukai kaki Ignatius 500 tahun yang lalu sungguh merupakan campur tangan ilahi yang penuh berkat bagi siapa saja yang menapaki jalan Ignatian.
Perayaan ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi sebagaimana ditekankan oleh Pater Jenderal Arturo Sosa. Jesuit tidak bisa berjalan dan bekerja sendirian dalam melaksanakan perutusan menyelamatkan jiwa-jiwa (ayudar a las almas). Kehadiran para rekan berkarya sungguh menjadi dukungan luar biasa bagi pelayanan para Jesuit, khususnya di Provinsi Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Pater Agustinus Setyodarmono, S.J. menceritakan pengalamannya menemani umat awam yang belajar Spiritualitas Ignatian. Dia sangat terkesan saat berjalan bersama banyak orang yang hidupnya diubah oleh spiritualitas Ignatian. Pater Setyodarmono atau Pater Nano mengedit sebuah buku berjudul Jejak yang merupakan kumpulan kesaksian dan refleksi dari mereka yang belajar spiritualitas Ignatian di bawah asuhannya. Dalam buku tersebut, kita dapat menemukan belas kasih Allah terutama dalam saat tergelap kehidupan kita.
Salah satu perwakilan rekan berkarya kita, Meifung, berbagi pengalamannya menghidupi semangat Ignatian. Sebagai seorang selibater awam, ia sangat bersemangat dengan spiritualitas Ignatian. Perjumpaannya dengan Allah melalui spiritualitas Ignatian telah memotivasi dirinya untuk mengabdikan diri dalam komunitas SBS agar bisa berbagi berkat dengan banyak orang.
Santo Ignatius telah mengajari kita untuk melakukan yang terbaik demi mewujudkan impian. Tetapi di sisi lain, kita harus menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Allah. Inilah yang dinamakan menghidupi tegangan antara tindakan dan kontemplasi di tengah ragam tantangan hidup. Meifung juga menekankan, “upacara penutupan tahun Ignatian bukanlah akhir melainkan permulaan babak baru untuk membawa sukacita bagi mereka yang membutuhkannya.”
Pada kesempatan penutupan Tahun Ignatian ini, Serikat Jesus di seluruh dunia mengulang kembali persembahan Serikat Jesus kepada Hati Kudus Yesus. Pater Jenderal meminta semua Jesuit untuk mengulang komitmen pembaktian Serikat Jesus ini sebagaimana pernah dilakukan oleh Pater Jenderal Pedro Arrupe 50 tahun lalu.
Kontributor: Alexius Aji Pradana, S.J. & Engelbertus Viktor Daki, S.J.