Pater Nicholas adalah pribadi yang sangat ‘friendly’. Kehadirannya membuat diri merasa aman, berharga, damai, gembira dan optimis. Sebagai Jendral Serikat Jesus beliau sangat ramah, penuh humor sekaligus mendalam dan tegas. Sebagai Provinsial, saya selalu bisa ‘rely on him’ atau selalu bisa mengandalkan beliau. Itulah sebabnya dalam mengemban perutusan melayani Provindo, sebagai Provinsial, saya merasa aman karena memiliki sahabat, seorang pimpinan yang bisa saya andalkan. Dalam beberapa pertemuan dengan beliau saya menikmati kegembiraan, optimisme, kedalaman dan rasa sebagai sahabat dalam Tuhan, juga ketika bertemu beliau di Manila dan di Jepang setelah mengundurkan diri sebagai Jenderal Serikat Jesus.
Jendral Serikat yang Penuh Rasa Humor dan Bersahabat
Dalam beberapa kali pertemuan dengan Pater Adolfo Nicholas, saya selalu terkesan dengan KEGEMBIRAAN, KEDALAMAN dan KEHENINGAN-nya yang bersatu dengan RASA HUMOR YANG CERDAS. Sapaan personal dengan mengatakan ‘Selamat Pagi atau Selamat Sore’ selalu beliau sampaikan setiap kali kami bertemu. Tentu saja beliau akrab dengan sapaan dalam Bahasa Indonesia tersebut karena kebersamaan beliau dengan Rm. Riyo Mursanto yang menjadi Sociusnya saat Pater Nicholas menjabat sebagai Presiden Jesuit Conference Asia Pacific (JCAP). Sapaan sederhana ini mengungkapkan perhatian dan persahabatan yang sederhana dan mendalam.
Ketika saya melihat kembali pengalaman-pengalaman bertemu Pater Nico, ternyata saya selalu merindukan cerita-cerita humornya yang sangat segar. Bila ada kesempatan saya sangat senang duduk semeja makan dengan beliau karena pasti akan mendengar pengalaman yang sangat bernilai sekaligus cerita-cerita segar. Rasa humor beliau yang berasal dari kedalaman selalu mengejutkan dan membuat teman-teman di sekeliling beliau merasa dekat, gembira dan optimis. Beliau selalu membagikan kisah-kisah lucu entah saat makan bersama atau saat snack maupun pada kesempatan lain. Salah satu contoh yaitu ketika kita mengadakan misa pembukaan Kongregasi Prokurator di Nairobi 2012. Dalam berkat penutup beliau mengatakan, “The Mass is ended but …. the Congregation begins” dan spontan seluruh peserta Kongregasi Prokurator tertawa terhibur.
Contoh lain lagi ketika Pater Arturo Sosa terpilih untuk menggantikan beliau sebagai Jendral Serikat. Beliau mendapatkan kesempatan pertama untuk maju ke depan dan memberikan ucapan selamat. Persis dua tiga langkah di hadapan Pater Arturo, beliau memberi hormat bagai hormat militer. Kontan seluruh peserta KJ 36 tertawa gembira melihat adegan lucu yang cerdas tersebut. Itulah gambaran singkat Pater Nicholas yang saya kagumi. Ia pribadi yang gembira, optimis, penuh humor, mendalam dan bersahabat.
Rowing into the Deep
‘Rowing into the deep’. Itulah undangan yang selalu disampaikan oleh Pater Nicholas kepada seluruh anggota dan karya-karya Serikat. Ketika Serikat mengadakan Kongregasi Prokurator ke-70 di Nairobi ( 9-16 Juli 2012) dalam De Statu Serikat, Pater Nicholas menyampaikan refleksi sangat dalam mengenai situasi hidup rohani Serikat. Dari laporan para Prokurator, Pater Nicholas menangkap betapa laporan mengenai hidup rohani sangat tipis dibandingkan laporan mengenai Karya Kerasulan. Secara bergurau Pater Nicholas mengatakan ‘barangkali para Jesuit sedemikian bersemangat merasul, sehingga hidup rohaninya tergambar di dalam karya mereka’. Melalui ungkapan itu Beliau mengajak Serikat dan setiap Jesuit untuk sungguh-sungguh membaharui hidup Rohaninya. Refleksi tersebut disambung dengan pertanyaan mendasar: mengapa Latihan Rohani tidak mentransformasi kita sedalam yang kita harapkan? Pertanyaan penting ini diangkat kembali dalam KJ 36.
The question that confronts the Society today is why the Exercises do not change us as deeply as we would hope. What elements in our lives, works, or lifestyles hinder our ability to let God’s gracious mercy transform us? This Congregation is deeply convinced that God is calling the entire Society to a profound spiritual renewal (KJ 36 Dekrit 1, n. 18).
Undangan untuk masuk ke KEDALAMAN merupakan sentuhan khas Pater Adolfo Nicholas. Pater Nicholas menyebutkan salah satu hal yang menghalangi seseorang mengalami transformasi ke kedalaman adalah DISTRAKSI. Banyak Jesuit membiarkan hidupnya terdistraksi oleh banyak hal yang tidak penting: seperti gadget. Banyak dari kita terdistraksi dalam mengerjakan hal-hal yang bukan merupakan tugas perutusannya namun sibuk dengan banyak hal sampai tidak memiliki waktu untuk memperhatikan hidup rohaninya. Orang tidak lagi punya RUANG untuk hening, untuk membiarkan Allah bekerja di dalam dirinya. Menurutnya, pribadi-pribadi yang mengalami transformasi Latihan Rohani dapat tampak dari hidup, panggilan dan perutusannya. Hidupnya selalu diwarnai kegembiraan otentik, fokus dengan tugas perutusan dari Serikat, kata dan perbuatannya menginspirasi banyak orang, serta persahabatannya menyenangkan.
Berani Menanggalkan Diri, Membuka Ruang bagi Allah
Refleksi Pater Nicholas mengenai KEDALAMAN dan TRANSFORMASI yang bersumber dari Latihan Rohani ini sungguh masih relevan bagi kita semua.
Tanda bahwa seseorang bertransformasi tidak lain adalah bahwa perkataan dan perbuatannya MENGINSPIRASI. Hanya perkataan dan perbuatan yang berasal dari Kedalaman Hidup Rohani, Kedalaman Intelektual dan Kedalaman Sosial yang akan menarik dan karenanya dapat menginspirasi serta mentransformasi diri sendiri dan orang lain. Pater Adolfo Nicholas adalah contohnya. Sebagai misionaris beliau membuka ruang dalam dirinya untuk memeluk budaya dan kekayaan tradisi Jepang. Itulah sebabnya ketika memimpin Serikat sebagai Jendral, beliau mengajak seluruh anggota Serikat untuk berani menanggalkan ‘comfort zones’ dan memasuki tantangan-tantangan baru. Salah satu gebrakan yang beliau lakukan adalah Serikat mengadakan restrukturisasi Gubernasi besar-besaran. Banyak provinsi di Spanyol, Brasil, Amerika dan Eropa di-merger menjadi satu provinsi. Saya bisa merasakan betapa undangan untuk merestrukturisasi Gubernasi Serikat tidak mudah dipeluk oleh banyak Jesuit, tetapi dengan kedalaman, keheningan, kegembiraan dan optimisme, Pater Nicholas mampu mengajak seluruh Serikat merestrukturisasi Gubernasinya demi melayani tantangan perutusan zaman ini.
Begitu juga dengan Eksamen Karya Provindo tahun 2015-2017 yang dirancang dan dilaksanakan dengan bersumber pada Surat Pater Jendral 2014/01 The Apostolic Institutions at the Service of the Mission, yang mengajak seluruh institusi karya untuk merefleksikan dirinya dihadapkan pada tuntutan kerasulan zaman ini. Melalui Eksamen Karya tersebut, kita memohon keterbukaan batin, kemerdekaan batin untuk menimbang Karya-Karya kita agar tetap formatif, apostolic, proper serta sustainable.
Beberapa bulan sebelum KJ 36, Pater Nicholas memberikan Latihan Rohani bagi orang-orang muda Eropa. Dalam salah satu refleksinya, beliau mengundang dan menantang para Jesuit untuk memberikan Latihan Rohani bukan hanya kepada orang-orang Kristiani, tetapi juga pada mereka dari tradisi iman yang lain dan bahkan Latihan Rohani untuk orang-orang atheist. Bisakah kita berbagi kekayaan Latihan Rohani dengan mereka ini? Undangan ini pada dasarnya menantang kita untuk berani ‘masuk’ ke dalam pengalaman mereka, menantang kita untuk berani menanggalkan rasa aman (comfort zones) dan menghidupi pengalaman-pengalaman mereka. Pengalaman beliau menjadi misionaris Jepang sampai akhir hayat, rupa-rupanya menjiwai semangat KETERBUKAAN beliau. Terbuka untuk menanggalkan diri dan memeluk budaya, tradisi, kekayaan dari mereka yang dilayani. Kemurahan hati beliau untuk membiarkan diri tidak terdistraksi, mengantar beliau pada ketotalan untuk memeluk semangat selalu terbuka pada tuntunan Allah.
Kita sungguh pantas bersyukur atas hidup dan teladan Pater Adolfo Nicholas, atas inspirasi kedalaman, kegembiraan, dan optimisme untuk selalu terbuka pada kehendak Allah, terbuka untuk menemukan kekayaan dalam diri mereka yang kita layani. Pater Nicholas, doakan kami untuk tidak membiarkan diri kami terdistraksi, untuk mendalam, untuk selalu gembira, optimis dan terbuka pada tuntunan Allah.
Ad Maiorem Dei Gloriam
P. Petrus Sunu Hardiyanta, SJ