capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

MENEMUKAN ARTI BERTANGGUNG JAWAB

Date

Pada bulan November 2019 diadakan program leadership 1 bagi seluruh mahasiswa tingkat 1 Politeknik ATMI Surakarta. Program ini dibagi dalam tiga gelombang, diikuti sekitar 230 mahasiswa dan bertempat di kaki gunung Merbabu, Selo, Boyolali. Setiap gelombangnya didampingi oleh beberapa instruktur, kepala bengkel, staf kemahasiswaan dan staf Michael College Ministry.

Kegiatan leadership ini rutin diadakan setiap tahun dan dari tahun ke terus mengalami penyempurnaan, apalagi di zaman yang ditandai dengan banyaknya anak muda yang “mabuk” dengan dunia gawai, media sosial, internet, dan sejenisnya. Wabah “globalisasi teknologi” itu tidak bisa dihindari. Di mata orang-orang muda itu, menghadapi dunia seperti itu, seringkali hanya ada satu pilihan, yakni harus “masuk bahkan tenggelam” di dalamnya. Sebab jika tidak, orang akan kalah dalam berkompetisi dan akhirnya hanya akan ditinggalkan. Di satu pihak, teknologi menawarkan banyak peluang. Tetapi di pihak lain, tidak jarang dijumpai kecenderungan-kecenderungan psikologis seperti cemas, takut, sulit menentukan pilihan, dan sulit berdaya tahan dalam diri orang-orang mudah yang sudah tercemplung di dalam dunia semacam itu.

Upacara Bendera sebagai ungkapan cinta tanah air

Adanya teknologi maju yang menjadi penyokong dan bagian hidup tidak menghilangkan kebutuhan orang-orang muda akan adanya pendampingan atau teman yang memperhatikan. Program leadership ini kiranya menjadi salah satu cara agar para mahasiswa semakin memahami bagaimana menggunakan teknologi sebagai pertama-tama sarana mencapai tujuan hidup, bukan sebagai tujuan itu sendiri. Kepada mereka diperkenalkan bahwa ada tujuan hidup yang lebih berharga, yaitu menjadi manusia bagi Tuhan dan sesama. Dalam rangka mencapai tujuan itu, ada nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang harus jadi pegangan. Kepada para mahasiswa diperkenalkan nilai-nilai itu dan diajak untuk bisa membadankannya, sehingga nantinya bisa mengelola diri sendiri secara bijak dan mampu mempertanggungjawabkan hidupnya. Muaranya adalah agar mereka semakin menyatu dengan jalan hidupnya.

Untuk mencapai tujuan itu tim pendamping leadership merumuskan bahwa dinamika kegiatan harus melibatkan aspek fisik, hati, dan pikiran. Ketahanan fisik dan mental diuji dengan kegiatan peregrinasi menyusuri jalan berbukit sepanjang 14 km. Di sepanjang jalan itu mereka diwajibkan mencari makan siang dengan bekerja. Mereka juga harus mendapatkan uang untuk makan malam. Uang makan malam yang didapat oleh suatu kelompok akan digunakan oleh kelompok yang lain, sehingga ketika suatu kelompok tidak mendapatkan uang untuk makan malam, kelompok lainlah yang harus menanggung kelaparan karena tidak mendapat makan malam. Sasaran dari latihan ini adalah nilai kesatuan hati dan budi dalam perutusan sebagai mahasiswa satu angkatan. Jika ada yang susah dalam pelajaran, maka itu menjadi tanggung jawab setiap mahasiswa lain dalam angkatan tersebut untuk meluangkan waktu dan membantunya. Jika ada yang lemah motivasinya, maka mahasiswa lain wajib memberi dorongan. Peregrinasi adalah jalan pendakian agar para mahasiswa mengenal nilai-nilai moral dan kemanusiaan secara terang benderang serta mampu mengalaminya dalam sukacita karena imannya dikuatkan.

saat pemberian materi seven habits

Aspek hati dan pikiran disentuh lewat mengolahan melalui ngobrol atau sharing dalam kelompok kecil maupun wawan hati satu per satu dengan pendamping. Sharing dalam kelompok diharapkan menumbuhkan perasaan ditemani sekaligus mampu mencairkan kesalahpahaman-kesalahpahaman. Dampak yang diinginkan adalah tumbuhnya perasaan dicintai dan didukung. Tiap orang pasti memiliki tantangan. Tantangan-tantangan itu tidak akan menjadi masalah besar apabila orang merasa dicintai dan kehadirannya diperlukan. Harapannya, apabila kesadaran ini terus dipupuk dan dijalankan dalam hidup keseharian, dampaknya pasti akan menyentuh prestasi akademis mahasiswa dan bertumbuhnya kareakter baik mereka.

Program leadership ini juga berusaha untuk memperkenalkan beberapa tools, semisal cara mempunyai paradigma positif, mengelola waktu dengan baik, merumuskan visi-misi, dan menjadi pro-aktif. Selain bisa menunjang tercapainya prestasi akademik yang baik, hal ini juga diharapkan bisa membawa mahasiswa untuk sampai pada kesadaran akan pentingnya rasa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain (ortu, teman, dosen, dll). Rasa tanggung jawab muncul karena persis kesadaran bahwa dirinya dibutuhkan, bukan hanya oleh dirinya sendiri, tetapi oleh orang lain. Terkait dengan hal itu, pengenalan akan karakter diri menjadi penting. Hal ini disentuh dan diperdalam pada wawan hati secara pribadi.

wawan hati antara mahasiswa dan pendamping

Latihan community building dilakukan dalam bentuk game, baik di luar maupun di dalam ruangan. Selain sebagai sarana relaksasi, permainan-permainan ini juga menjadi cara membadankan dan menguji nilai-nilai kejujuran, persaudaraan, dan sportivitas. Sebagaimana setiap kegiatan dalam latihan ini, setiap game juga selalu diakhiri dengan sebuah refleksi untuk mengevaluasi diri sekaligus untuk mengenali secala lebih jelas nilai-nilai yang ditawarkan dalam setiap kegiatan itu.

Pada hari terakhir di Selo, pagi-pagi buta, para mahasiswa dan pendamping berarak-arak berjalan kaki menuju bukit New Selo untuk melakukan upacara bendera. Upacara ini berlangsung di sebuah tempat datar berlatar belakang lereng Gunung Merbabu. Upacara ini menandai penegasan jatidiri para mahasiswa sebagai orang-orang muda yang ikut bertanggung jawab mencintai dan membangun bangsa, yakni dengan cara berani mempertanggungjawabkan hidup. Keseluruhan rangkaian acara latihan leadership di Selo ditutup dengan misa syukur yang dipimpin oleh Direktur Politeknik ATMI, Rama Agus Sriyono, SJ.

Doni Erlangga, SJ

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *