Libur akademik bukanlah alasan bagi para frater untuk berhenti mengembangkan diri mereka. Justru dalam waktu-waktu ini para frater diberi kesempatan untuk mengikuti tiga jenis kursus untuk mengembangkan pribadi dalam tiga aspek berbeda, yaitu spiritual, keuangan, dan psikoseksual.
Aspek spiritual didalami lewat kursus spiritualitas daring bersama dengan Pater Leo Agung Sardi, S.J. (19-20 Jan 2022). Pater Sardi mengajak para frater untuk semakin menyadari betapa pentingnya kedalaman dalam menjalani formasi studi di Kolese Hermanum. Kedalaman dalam proses formasi studi ini tidak hanya dicapai dalam kedalaman intelektual belaka, tapi juga kedalaman spiritual. Kualitas dan aspek kedalaman inilah yang pada akhirnya membuat kontribusi kita sebagai Jesuit bisa semakin maksimal, semakin berdampak, berlangsung lama, dan menginspirasi. Kedalaman ini sungguh diperlukan oleh para frater, dan juga semua Jesuit, terlebih untuk bisa menjalankan dan menghidupi UAP. Bagaimana caranya kita bisa membantu orang untuk menunjukkan jalan kepada Tuhan bila kita sendiri tidak punya kedalaman? Itulah pesan utama yang coba disampaikan Pater Sardi lewat kursus spiritualitas kemarin, yaitu untuk mencapai kedalaman intelektual dan spiritual agar dapat membantu sesama menemukan jalan menuju Tuhan.
Kursus kedua yang diikuti oleh para frater filosofan adalah kursus finance bersama dengan Pater Ignasius Aria Dewanto, S.J. (21-22 Jan 2022). Kursus ini menjadi cukup spesial karena untuk pertama kali dalam dua tahun, kursus diadakan secara offline di salah satu ruang kuliah STF Driyarkara. Dalam kesempatan kursus kemarin, Pater Aria membagikan beberapa pengalamannya yang bersinggungan dengan persoalan keuangan di PIKA dan Keuskupan Agung Semarang. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki Pater Aria menjadi jembatan bagi para frater untuk mulai membayangkan tugas-tugas perutusan Jesuit yang tidak pernah jauh dari urusan keuangan. Rasa-rasanya, kesempatan kursus ini menjadi tepat waktu karena kita semua mendapat ajakan Pater Jenderal untuk merenungkan kembali praktik kaul kemiskinan Serikat dalam waktu-waktu ini.
Terakhir, para frater diberi kesempatan untuk mengikuti kursus psikoseksual bersama Bu Ineke Suhati. Sebagai seorang psikolog, Bu Ineke memiliki segudang cerita untuk dibagikan kepada para frater. Sharing pengalaman dari Bu Ineke tidak hanya menjadi tambahan cerita bagi para frater, tapi juga menjadi bahan refleksi pribadi mengenai perkembangan psikoseksual masing-masing untuk dapat melihat kembali bagaimana diri berkembang dari tahap ke tahap hingga saat ini. Kursus ini sungguh penting, mengingat kita semua perlu untuk terus menghidupi budaya safeguarding dalam pelayanan kita masing-masing. Salah satu cara konkret untuk menghidupi budaya safeguarding adalah dengan menyadari terlebih dahulu perkembangan psikoseksualitas diri dan berusaha untuk terus mengembangkannya ke arah yang lebih baik.
Sebagian materi yang didapat selama kursus-kursus tersebut bukanlah hal yang benar-benar baru. Akan tetapi, bukan berarti materi yang diulang tidak ada manfaatnya sama sekali. Justru sebaliknya, pengulangan memungkinkan para frater untuk memiliki pemahaman yang semakin mendalam. Hanya dengan menyelam ke kedalaman kita bisa mendapat apa yang sungguh berharga.
Kontributor : Leander Emanuel Arya Wikan P., S.J.