capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

“Being before Doing”

Date

Pertemuan Superior Lokal, Direktur Karya, serta Ketua dan Sekretaris Yayasan gelombang kedua dilaksanakan pada 14-15 November 2024 di Rumah Retret Abdi Kristus, Gedanganak, Ungaran. Ada 42 peserta yang hadir. Pertemuan kali ini membahas mengenai Implementasi Rencana Apostolik Serikat Jesus Provinsi Indonesia.

 

Pertemuan dengan metode presentasi, sharing, dan tanggapan ini dimulai sore hari pukul 17.00 WIB dan selesai setelah makan siang esoknya. Refleksi Implementasi RAP ini berpedoman pada buku Rencana Apostolik Provindo (RAP) dan buku panduan diskresi bersama yang ditulis oleh Christina Kheng.

 

Sesi pertama dibuka dengan doa yang dipimpin oleh Pater Agustinus Setyodarmono, S.J. dan dilanjutkan dengan pengantar dari Provinsial Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. Pater Beni menekankan tentang pentingnya memahami being sebelum melakukan perencanaan dan implementasi. Ternyata selama ini banyak lembaga karya yang terburu-buru melakukan implementasi atau doing. Meskipun demikian, ini bukan menjadi permasalahan yang tidak bisa diperbaiki. Agar perencanaan dan implementasi RAP di lembaga karya dan komunitas semakin sejalan dengan semangat UAP, semua pihak diajak untuk mempelajari tulisan Christina Kheng yang berjudul Welcoming the Spirit (Menyambut Roh Kudus).

 

Para direktur karya merefleksikan kembali implementasi RAP di masing-masing karya. Dokumentaasi: Penulis

 

Setelah pengantar, Pater Setyodarmono sebagai delegat implementasi RAP mempersilakan para peserta yang hadir untuk memberi tanggapan atas pengantar yang disampaikan Provinsial. Ada banyak tanggapan yang muncul, terutama atas misi Provindo , yaitu dipanggil bertobat bersama Ignatius agar semakin dipercaya Gereja dan masyarakat Indonesia, gesit sebagai organisasi, dan berani memeluk tantangan-tantangan dunia secara terukur. Landasan teologi yang dijadikan pijakan adalah keyakinan bahwa Tuhan yang diabdi bukanlah sebagaimana dianalogikan sebagai seorang clock maker yang tidak lagi terlibat dengan ciptaannya sebab telah berjalan sesuai dengan mekaniknya.

 

Ada banyak sharing menarik dalam sesi setelah makan malam dan sesi lain pada hari berikutnya. Komunitas-komunitas dan lembaga karya, baik karya pendidikan maupun karya paroki, telah mengimplementasikan RAP dengan aneka gerakan, termasuk yang terkait dengan lingkungan hidup dan teknologi ramah lingkungan. Tanggapan menarik terkait lingkungan diberikan oleh Pater Setyo Wibowo yang melihat gerakan ramah lingkungan, terlebih teknologi kendaraan listrik, teknologi informasi, dan panel surya dari perspektif lain. Ia menangkap adanya paradoks terkait itu semua sebab emisi karbon yang dihasilkan teknologi ‘ramah lingkungan’ tersebut nyatanya lebih banyak menghasilkan emisi karbon. Ini menjadi catatan untuk dipelajari bersama. Terkait implementasi RAP, sharing dari para Jesuit yang berkarya di Keuskupan Ketapang juga tidak kalah menarik. Ada kisah-kisah menyentuh yang bisa disimak, misalnya terkait medan karya yang sulit dijangkau dan kesan positif dari umat beriman yang dilayani di sana. 

 

Menutup pertemuan ini, Pater Provinsial mengulang pesan Pater Arrupe agar kita jangan mengkerdilkan imajinasi. Meskipun sedikit dan kecil (minima), kita tetap harus berani bermimpi dan melakukan hal yang dikehendaki oleh Allah sesuai perencanaan yang telah kita buat. Semoga kita tidak bertindak untuk diri kita sendiri dengan bahasa yang juga hanya dapat dipahami oleh kita sendiri.

 

Kontributor: Hermanus Wahyaka – Tim Sekretariat

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *